|
Tertua di Singkil. Masjid Raya Baiturrahim Singkil merupakan masjid pertama dan tertua di kalbupaten Aceh Singkil |
Aceh Singkil adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kabupaten dengan sejarah yang
cukup panjang. Di kabupaten ini ada satu masjid yang berkaitan erat dengan
sejarah Singkil sudah berdiri sejak pertma kali Islam masuk dan berkembang di
Singkil, yakni Masjid Baiturrahim Singkil. Masjid ini telah berdiri sejak 1836
Miladiah.
Masjid Agung Baiturrahim yang
berada di Pusat Kota Singkil, Ibukota Kabupaten Aceh Singkil, adalah Masjid
pertama dan yang paling tua. Sebelum
bernama Masjid Agung Baiturrahim, masjid ini bernama Masjid Jamik Baiturrahim
yang dibangun pada tahun 1256 H/1836 M di Singkil lama sebelum akhirnya
dipindahkan ke Singkil baru pada tahun 1909.
Masjid Agung Baiturrahim sempat
mengalami renovasi pada masa kolonial Belanda dan diperluas pada tahun 1953.
Pada mulanya Masjid Agung Baiturrahim berukuran 17 m x 17 m dengan 1 kubah,
lalu ukurannya berubah menjadi 20 m x 30 m yang ditambah dengan adanya 1 kubah
kecil pada sebelah timur masjid. Pada
tanggal 28 Maret 2005 Masjid Agung Baiturrahim mengalami kerusakan berat yang
disebabkan oleh gelombang pasang dan gempa bumi.
Lokasi Masjid Raya
Baiturrahim Singkil
Jl. M. Tahir Pasar, Singkil, Kabupaten Aceh
Singkil, Aceh
Lalu pada tanggal 7 Mei 2005
dibentuk Panitia Pembangunan Masjid Baiturrahim yang ditugaskan khusus untuk
memperbaiki dan merehabilitasi masjid yang rusak supaya bisa dipergunakan
sekaligus merencanakan pembangunan masjid baru sebagai pengganti masjid yang
rusak. Desain baru dari bangunan
masjid memiliki ukuran 37 m x 37 m dengan empat menara tinggi, empat menara
kecil dan satu kubah yang besar.
Desain bangunan baru Masjid
berukuran 37 x 37 m dengan 4 menara tinggi, 4 menara kecil dan satu kubah besar
serta 4 Kubah kecil. Kubah besar, atap dan ornamennya diupayakan supaya
terlihat mirip dengan bentuk masjid yang dibangun pada tahun 1909.
Sejarah Masjid Raya Baiturrahim Singkil
Merujuk kepada Buku Masjid
Bersejarah di Nanggroe Aceh, diterbitkan oleh Bidang Penamas, masjid Raya
Baiturrahim pertama kali dibangun sekitar tahun 1256 H/1836 M, pembangunan
dilakukan oleh Raja Singkil di ibukota kerajaan Singkil (Singkil lama) dengan
nama Masjid Jamik Baiturrahim. Konstruksinya dibangun dengan bahan kayu kapur,
meranti laut, atap daun rumbia dan ijuk. Namun Informasi tentang masjid ini
dalam catatan sejarah sangat sulit ditelusuri, apalagi Singkil lama sempat porak
poranda di hantam gempa bumi dan tsunami (geloro laut) pada tahun 1883 M.
|
Sederhana dengan satu kubah allumunium di puncak atapnya |
Peristiwa ini terjadi berbarengan dengan meletusnya Gunung Krakatau
di Selat Sunda yang memporak porandakan segalanya. Dari itu kita hanya bisa
berasumsi bahwa raja di Kerajaan Singkil telah mengadopsi sistem pemerintahan
Islam sesuai perkembangan kala itu. Tentunya kenyataan ini meniscayakan
dibangunnya sebuah masjid induk sebagai tempat beribadah dan kegiatan
kemasyarakatan lainnya, baik yang bersifat keagamaan maupun agenda kerajaan.
Orang Singkil tidak patah arang
menghadapi bencana, maka atas titah raja, secara berangsur-angsur penduduk
Singkil hijrah ke daerah baru (Singkil sekarang/Pondok Barö). Di tempat yang
baru ini mereka memulai kehidupan dengan moto: “Selagi esok matahari masih
terbit kehidupan akan terus berlangsung”. Di pusat Kota Singkil ini (Singkil
Baru), juga dibangun sebuah masjid dengan nama yang lama, Masjid Jamik
Baiturrahim.
|
Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Singkil di halaman bangunan masjid yang lama |
Pada tahun 1328 H/1909 M, atas
gagasan Perkasa Raja Singkil, Datuk Abdurrauf bersama rakyat membangun masjid
yang lebih besar, menggantikan masjid lama yang tidak memadai lagi menampung
jamaah. Masjid tersebut dibangun di sebelah timur rumah datuk dengan konstruksi
bangunan dari kayu kapur, rasak, meranti, beratap seng, dan lantai beton.
Masjid ini telah menggunakan kubah sebagai bagiannya, untuk menopang kubah,
ditengah masjid didirikan sebuah tiang beton.
Arsitektur masjid, dekorasi, serta ornamen interior dan eksterior
dari bahan kayu, diukir relif dan kaligrafi berciri disain Timur Tengah dan
Melayu Kuno. Bersamaan dengan pembangunan masjid dibangun pula sebuah sumur bor
di perkarangan masjid untuk kebutuhan bersuci. Sampai saat ini sumur bor
tersebut masih berfungsi dengan baik walau sudah berusia lebih dari 100 tahun.
|
Tiang tiang pancang pondasi bangunan masjid baru di halaman Masjid Raya Baiturrahim |
Pada saat kepemimpinan Datuk
Abdul Murad, putra Datuk Abdurrauf, kepengurusan Masjid Jamik Baiturrahim
dipimpin oleh H. Abdul Malik (Imam Pulo Pinang) sebagai imam, dan H. Umar
sebagai khatib. Pada tahun 1942, saat Kepala Nagari dijabat oleh Aminuddin
Sagu, kepengurusan masjid ini dipimpin oleh Imam Abdullah dengan dibantu oleh
Imam Ilyas. Adapun jabatan khatib masjid dijabat oleh Khatib Ahmad.
Di era kemerdekaan Republik
Indonesia, wilayah Singkil telah mengalami beberapa kali perubahan status,
mulai dari kewedanaan hingga kabupaten. Namun status dan fungsi Masjid
Baiturrahim tidak pernah berubah. Masjid ini tetap berfungsi sebagai masjid
pemerintahan yang sangat berjasa dalam melahirkan dan mengisi pembangunan di
negeri yang diberi nama Aceh Singkil ini.
Pembangunan Masjid Baiturrahim
Pada tanggal 25 Maret 2006,
dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Baiturrahim oleh Pj.
Gubernur Aceh, Mustafa Abu Bakar, disaksikan oleh H. Ismail Saleh Lubis, selaku
ketua panitia pembangunan masjid. Acara tersebut menandai dimulainya
pembangunan masjid Baru yang lebih megah bagi Kabupaten Singkil dengan nama
Masjid Raya Baiturrahim Singkil. Lokasi pembangunannya mengambil tempat di
halaman depan bangunan masjid lama. Masjid megah yang kini berdiri di Aceh
Singkil adalah bangunan masjid yang mulai dibangun tahun 2006 tersebut.***
Baca Juga