|
Masjid Besar Al-Hidayah atau lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning Bedugul. [foto: Fathonikudo] |
Nama resminya adalah Masjid Besar Al-Hidayah
namun lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning merujuk kepada desa tempatnya
berada, di desa yang sama juga terkenal dengan kawasan wisata Bedugul dengan
danau Bratan dan Pura Ulun Danu nya. Pura bersejarah yang pernah menghias uang
kertas Rp. 50.000 rupiah.
Bila Pura Ulun Danu berada di danau Bratan,
sehingga bila dilihat dari kejauhan tampak pesonanya yang seolah terapung
dipermukaan air danau yang jernih, maka Masjid Candikuning atau masjid besar Al
Hidayah justru berada dilereng bukit diseberang jalan dari Danau Bratan.
Masjid Besar Al
Hidayah
Jalan
Denpasar – Singaraja, Desa Candikuning
Masjid Besar Al Hidayah dibangun dilereng
bukit, sehingga untuk mencapai masjid ini dari jalan raya, harus melewati
jejeran anak tangga dimulai dari gerbang hingga ke pelataran masjid. Sesampai
dipelataran masjid, pengunjung akan langsung disuguhi dengan pemandangan
bentang alam Bedugul yang menawan.
Sepanjang jalan dari tempat parkir Ulun Danu
hingga ke Masjid Besar Al Hidayah, terdapat jejeran kios kios yang menawarkan
berbagai souvenir menarik khas Bali yang bernuansa Islami, seperti
mukena, sarung khas Bali, sejadah khas Bali, buku-buku dan berbagai souvenir
lain-nya yang tak
ditemukan di objek wisata lainnya.
Masjid Besar Al Hidayah Bedugul selain
mengelola pondok pesantren, sekolah madrasah hingga ke jenjang Aliyah, juga
mengelola agrowisata Strawberry dan Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) yang cukup populer sebagai lokasi edukasi pertanian bagi siswa siswa
berbagai sekolah di Bali.
|
Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning. |
Sejarah Singkat
Masjid Al-Hidayah Bedugul & Persaudaraan antara Ummat Hindu dan Muslim di
Bali
Masjid Al-Hidayah Bedugul
dibangun sejak 1927, berdiri di atas tanah wakaf dari Kumpi Awal dan Kumpi
Nurdinah, ikrar wakaf dilakukan dihadapan Guru Alimun, seorang pemuka Muslim setempat kala itu. Semula,
bangunan masjid-nya sangat sederhana. Ukurannya sekitar 5x5 meter persegi.
Karena itu, kebanyakan orang menyebutnya Langgar Candikuning. Sejak dibangun, tidak hanya difungsikan sebagai tempat shalat berjamaah, tetapi juga
sarana pendidikan Islam, khususnya bagi anak-anak dan pemuda.
Langgar Candikuning pertama kali direnovasi
ditahun 1948, renovasi selanjutnya dilakukan ditahun 1978, menyusul kemudian
tiga kali perbaikan skala kecil dilakukan agar mampu
menampung jamaah yang
semakin bertambah. Adapun bangunan masjid Besar Al-Hidayah yang tampak saat ini
merupakan hasil renovasi pada tahun 2009.
Muslim di Candikuning berada di
tengah mayoritas Hindu, namun
komunitas Muslim selalu hidup damai dan rukun bersama ummat Hindu.
Masing-masing umat memang menjunjung tinggi semangat toleransi dan kebersamaan. Di Bali, terdapat
istilah nyama beraya yang merujuk pada ikhtiar menjaga keharmonisan masyarakat.
Secara harfiah, terminologi itu berarti ‘saudara semua'.
|
Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning dari masa ke masa. |
Sejarah pembangunan masjid Candikuning ini tak
lepas dari ikatan persaudaraan yang begitu kuat dalam kerukunan. Pembangunan masjid
ini sejak awal sejarahnya dibangun secara bergotongroyong yang tidak saja
dilakukan oleh kaum muslimin saja namun juga Bersama sama dengan ummat Hindu setempat.
Ukiran ukiran yang ada dibangunan masjid saat ini dikerjakan oleh warga yang
beragama Hindu dengan khat hurup arab nya diberikan takmir masjid untuk diukir.
Contoh sederhana lainnya dari kerukunan warga
disana, pada tiap perayaan Maulid Nabi pihak takmir Masjid
Besar al-Hidayah selalu mengundang ummat Hindu untuk makan bersama dan sebagainya. Diketahui bahwa di kampung tersebut
juga dikenal luas terdapat dua makam kuno yang dipercaya
masyarakat setempat sebagai makam tokoh Islam di masa lalu.
Di puncak pegunungan,
terdapat makam Syekh Hasan dan di bagian lereng terdapat makam kuno
Syekh Husein. Kedua makam tokoh Muslim tersebut, tidak hanya dirawat dan
dihormati umat Islam saja. Tapi juga oleh umat Hindu di wilayah itu. Di desa
tersebut, juga terdapat makam ulama besar, Habib Umar bin Yusuf al-Magribi. Tokoh
tersebut dikenal luas
sebagai salah satu wali pitu, perintis dakwah Islam di Pulau
Dewata.***
Rujukan
https://bali.jpnn.com/destinasi/18761/masjid-al-hidayah-candikuning-rujukan-wisatawan-saat-berlibur-ke-bedugul?page=2
https://www.republika.id/posts/34294/masjid-besar-al-hidayah-cermin-toleransi-di-pulau-dewata
http://www.balimuslim.com/tabanan-area/masjid-besar-al-hidayah-bedugul
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/06/02/npb77o-indahnya-masjid-candi-kuning-bedugul-habis
http://bundakheiza.com/blog/masjid-al-hidayah-bedugul
No comments:
Post a Comment