Doom adalah sebuah pulau di kota
Sorong, provinsi Papua Barat Daya. Lokasinya berada di lepas pantai kota Sorong,
dapat dicapai dengan perahu motor dari pelabuhan kota Sorong dalam waktu tempuh
sekitar 10 menit. Pulau Doom dapat
dihat dengan mata telanjang dari area pantai kota Sorong.
Di pulau ini, sejak tahun 1911 telah berdiri bangunan masjid Jami Doom yang
merupakan masjid pertama yang berdiri di wilayah Papua Barat Daya menjadi saksi
sejarah masuknya agama Islam di wilayah Kepulauan Sorong hingga Raja Ampat. Masjid
tua ini sudah beberapa kali mengalami renovasi hingga ke bentuk bangunannya
saat ini.
Masjid Jami Doom Sorong
Kepulauan
Doom Barat, Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong, Papua Barat Daya
Dimasa lalu, Pulau Doom merupakan
pusat pemerintahan Hindia-Belanda untuk wilayah Sorong dan sekitarnya, sampai
kini masih terdapat rumah warga bergaya khas arsitektur Belanda. Sedangkan
wilayah daratan Sorong dimasa itu mayoritas masih berupa hutan belantara.
Pulau ini juga menjadi saksi
sejarah perang dunia kedua di wilayah pasifik antara tentara sekutu dengan balatentara
kekaisaran Jepang. Satu bungker peninggalan tentara Jepang masih dapat dijumpai
hingga kini di pulau Doom.
Dimasa kini, Pulau Doom terdiri
dari dua kelurahan, yakni Doom Barat dengan 3 RW serta 10 RT dan Doom Timur
dengan 3 RW serta 18 RT. Becak yang didatangkan dari Surabaya menjadi
transportasi darat utama di pulau Doom selain sepeda motor.
Masjid jami di pulau Doom pertama
kali dibangun tahun 1911 menandai sejarah masuknya Islam ke wilayah tersebut,
dimasa itu wilayah Sorong hingga Raja Ampat masih merupakan wilayah kekuasaan
Kesultanan Tidore. Para da’i dari Kesultanan Tidore dikirim ke Pulau Doom untuk
menyebarkan agama Islam dan mendapatkan sambutan baik dari warga setempat.
Bangunan Masjid Jami yang
dibangun tahun 1911 berbentuk seperti rumah panggung, dindingnya dari kayu dan
beratap pelepah pohon sagu. Bangunan tersebut hancur akibat serangan tentara
sekutu terhadap tentara Jepang dimasa perang dunia kedua. Bangunan masjid yang
rusak tersebut kemudian dipindahkan ke lokasinya saat ini. Sedangkan lahan
tempat bangunan masjid pertama kini menjadi lapangan.
Pembangunan masjid di lokasi ini
dapat terealisasi berkat kebaikan masyarakat setempat yang telah menghibahkan
tanahnya. Mereka pun telah memeluk agama Islam. Dimasa kini jumlah umat Islam
di Pulau Doom mencapai sekitar 5.000 jiwa.
Tradisi Beduk dan Azan
Seperti halnya kebanyakan masjid
masjid di tanah air, Masjid Jami Doom di kota Sorong ini juga memiliki sebuah
beduk yang sudah berusia cukup tua. Bedug digunakan sebagai penanda jelang masuknya
waktu sholat fardhu.
Bukan hanya pukulan bedug yang
masih dipertahankan secara turun temurun dari sejak dari Imam pertama. Lantunan
suara azan untuk sholat lima waktu dimasjid inipun terbagi dua yakni; lantunan azan
yang terdengar dengan jelas dan da azan yang dipelankan atau tidak terdengar. Pada saat sholat Subuh, Magrib dan Isya, azan
akan dikumandangkan dengan pengeras suara, sehingga terdengar sampai ke seluruh
Pulau. Namun begitu sholat Zuhur dan Ashar, azan dikumandangkan tanpa pegeras
suara.
Setiap jelang sholat lima waktu, bedug masjid akan dipukul lima kali. dilanjutkan
dengan azan dan sholat lima waktu berjamaah. Pada setiap hari kamis, bedug akan
ditabuh pada pukul 18.00 WIT sebanyak 40 kali, dari suara keras lalu pelan
hingga menghilang suaranya. Usai sholat subuh di hari Jumat, akan dibunyikan
lagi. Untuk mengingatkan kembali kepada umat bahwa sebentar lagi masuk waktu sholat
jumat.
Beduk tua di Masjid Jami' Doom. |
Sedangkan caara menabuh bedug sebagai pertanda hari Jumat, bedug ditabuh tujuh kali tanpa irama, setelah itu, bedug akan dipukul secara berirama dengan pukulan yang cepat semampu si pemukul bedug. Lalu diulangi kembali memukul bedug seperti pukulan pertama sampai sebanyak tiga kali. Berbeda lagi untuk jelang Ramadhan atau jelang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, bedug dipukul dengan irama seperti hendak mau takbiran, atau acara silat, tidak ada batasan, si penabuh bedug akan memukul bedug sampai dirasa cukup lalu, berhenti.
Arsitektur Masjid Jami’ Doom
Masjid Jami’ Doom berkapasitas
sekitar 1500 jemaah. Bangunan masjid ini ditopang enam tiang alif (sokoguru) di
dalam masjid yang dicat berwarna hijau mantis. Dulunya tiang alif di masjid ini
hanya ada empat.
Toleransi Beragama yang Jempolan
Hubungan antara umat Islam dan
pemeluk agama lainnya di Pulau Doom terjalin begitu harmonis. Misalnya umat
nasrani juga mengikuti pawai obor ketika malam takbiran untuk menyambut Idul
Fitri dengan berjalan kaki mengelilingi Pulau Doom. Toleransi beragama sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Pulau Doom.
Tradisi Mengarak Hewan
Kurban Sebelum Disembelih
Masjid Jami Doom memiliki tradisi unik dalam perayaan Idul Adha, yaitu
dengan mengarak hewan yang akan dikurbankan. Tradisi tersebut secara turun
temurun masih dipertahankan dalam memberikan hewan kurban. Semenjak pagi, warga
telah berkumpul untuk memulai prosesi. sapi yang akan dikurbankan telah
dikenakan kain putih. Sementara kambing yang akan
disembelih, dipangku oleh seorang pria, dan diusung dengan tandu, yang oleh
warga setempat disebut alifah. Hewan kurban tersebut kemudian diarak keliling
kampung untuk menuju ke Masjid Jami Doom.***
Follow & Like akun Instagram kami
di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi
masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
https://www.kompas.tv/nasional/12052/tradisi-pulau-doom-arak-hewan-kurban-sebelum-disembelih
https://papuabaratpos.com/tradisi-yang-dijaga-suara-bedug-di-masjid-jami-doom/
Baca Juga
Masjid Al-Ishlah Arso IX, Keerom
Masjid Tembagapura, Mimika
Masjid Al Falah, Kepulauan Yapen
Masjid Agung Baiturrahman, Wamena
Masjid Agung Baiturrahman, Biak Numfor
Masjid An-Nur Agats, Asmat
Masjid Al-Mujahidin, Puncak Jaya
Masjid Agung Waisai, Raja Ampat
Masjid Raya Babussalam Timika, Mimika
Masjid Raya Al Aqsa, Merauke
Masjid “Baru” Baitul Muttaqin Tolikara
No comments:
Post a Comment