Masjid Agung Baiturrahim adalah Masjid Agung di Kota Gorontalo, Ibukota
Provinsi Gorontalo di Pulau Sulawesi. Masjid Agung Baiturrahim merupakan
bangunan masjid terbesar dan termegah di kota Gorontalo. Sekaligus menjadi
masjid tertua di kota Gorontalo. Lokasinya berdiri ruas jalan Wartabone
ditengah tengah kota Gorontalo.
Masjid Agung Baiturrahim Gorontalo pertama kali dibangun pada tanggal 18 Maret 1728 bertepatan
dengan tanggal 6 Syaban 1140 Hijriah, oleh Raja Gorontalo
ke-10 bernama Sultan Botutihe.
Pada awalnya bangunan masjid ini dibangun sebagai sebuah bangunan berbentuk
rumah panggung dengan tiang tiang tinggi. Bahan bangunannya seluruhnya
menggunakan kayu kayu besi tanpa beton dan semen seperti saat ini.
Masjid
Agung Baiturrahim
Jl. Raja Eyato,
Limba B, Kota Sel.,
Kota Gorontalo,
Gorontalo 96134
Bentuk bangunan seperti itu memang merupakan bangunan khas Gorontalo
yang pada saat itu semua bangunan disana dibangun seperti itu. Pada masa itu
juga disekitar masjid ini dan di Gorontalo masih jarang pemukiman penduduk,
dengan kondisi alam yang masih asri banyak ditumbuhi
berbagai pepohonan seakan masih berada di tengah hutan belantara, pilihan model
rumah panggung adalah solusi atasi ancaman dari berbagai macam gangguan
binatang buas dan liar.
Masjid ini
didirikan bersamaan dengan perpindahan ibukota Gorontalo dari Dungingi ke Kota
Gorontalo. Pembangunan masjid dilakukan oleh Paduka Raja Botutihe di pusat
Kerajaan Gorontalo atau disebut Batato. Daerah ini meliputi Yiladiya (Rumah
Raja), Bantayo Poboide (Balairung/Balai Musyawarah), Loji (rumah kediaman
Apitaluwu atau Pejabat Keamanan Kerajaan), dan Bele Biya/Bele Tolotuhu (rumah
pejabat kerajaan).
Fasad masjid dari beton tampak megah dengan sentuhan lengkungan pada bangunannya. penggunaan kaca patri pada jendela jendela besarnya memberikan efek cahaya temaram ke dalam masjid. |
Pada tahun 1175 H
atau bertepatan dengan tahun 1761 M, Raja Unonongo melakukan renovasi dengan
mengganti tiang-tiang masjid yang semula terbuat dari kayu dengan bangunan
berfondasi. Selain itu, dinding masjid yang semula terbuat dari kayu diganti
dengan dinding batu setebal sekitar 0,8 meter.
Sejarah mencatat
bahwa Masjid Agung Baiturrahim juga sempat rusak parah akibat terkena gempa
bumi pada 1938. Kala itu, bangunan masjid dianggap tak layak untuk dijadikan
tempat ibadah sehingga para jamaah terpaksa beribadah di bangunan darurat yang
berada di dekat masjid. Keadaan tersebut berlangsung selama 8 tahun (1938-1946).
pada 1947 dilakukan
pembangunan kembali Masjid Agung Baiturrahim oleh Abdullah Usman, Pimpinan
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga atau kala itu disebut BOW (Burgerlijk Operture
Walken). Selain renovasi-renovasi tersebut di atas, Masjid Agung Baiturrahim
juga mengalami beberapa perubahan, baik bentuk fisik maupun kepengurusan
(takmir) masjid. Perubahan-perubahan tersebut, antara lain
Interior Masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo. |
pada tahun 1964,
masjid ini mengalami perluasan dengan penambahan serambi pada bagian utara dan
barat di bawah kepanitiaan yang dipimpin oleh T. Niode; tahun 1969 dibentuk
panitia pelaksana harian masjid yang dipimpin oleh H. Yusuf Polapa, kemudian
K.O. Naki, B.A. dan A. Naue, sekaligus pimpinan ibadah oleh Kadi Abas Rauf;
pada 1982 dilakukan penambahan ruangan untuk jamaah wanita pada bagian selatan
oleh Drs. H. Hasan Abas Nusi, Walikota Kotamadya Gorontalo.
Pada tahun 1988
dilakukan penataan pagar dan halaman oleh Drs. Ahmad Najamuddin, Walikota
Kotamadya KDH Tingkat II Gorontalo; pada 1996 dilakukan penataan sumur bor
sebagai tempat pengambilan air wudhu dan pendirian menara masjid oleh Drs. H.
Ahmad Arbie, Walikota Kotamadya Tingkat II Gorontalo; dan terakhir pada 1999,
ketika Gorontalo dipimpin oleh Drs. H. Medi Botutihe, dilakukan pemugaran total
Masjid Agung Baiturahim yang menghabiskan dana sekitar Rp. 3 Milyar. Usai
dipugar, Masjid Agung Baiturrahim diresmikan oleh Presiden Baharuddin Jusuf
Habibie di Istana Merdeka, pada 3 Rajab 1420 H atau bertepatan dengan hari
Rabu, 13 Oktober 1999.
Gorontalo dikenal
sebagai daerah hukum adat ke-19, di wilayah Republik Indonesia. Dengan filosofi
adatnya: Adat Bersendikan Syarak dan Syarak Bersendikan Kitabullah, maka hampir
dapat dipastikan bahwa seluruh warga Gorontalo asli adalah Muslim (beragama
Islam).
------------------------------------------------------------------
Follow
& Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Referensi
Baca Juga
Masjid Agung Darussalam Palu, Kota Palu