Sunday, June 29, 2025

Masjid Ar-Rohman 'Baret Hijau' Pangandaran

Masjid Unik berkubah baret hijau Jenderal TNI di Pangandaran dibangun oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.
 
Dibangun Panglima TNI Agus Subiyanto
 
Masjid dengan rancangan unik memiliki kubah berbentuk baret hijau TNI lengkap dengan bintang empat dan lencana Kostrad ini dibangun oleh Panglima TNI Agus Subiyanto di kampung halamannya di Dusun Haurseah, Desa Cijulang, Kecamatan Cijulang, kabupaten Pangandaran provinsi Jawa Barat. Lokasinya berdiri berseberangan dengan lapang Taruna dan SDN 2 Cijulang.
 
Keunikan masjid ini juga terlihat pada bangunan menara tunggalnya yang dibangun dalam bentuk tongkat komando TNI. Masjid yang kini menjadi  kebanggaan warga Pangandaran ini menjadi satu-satunya masjid dengan rancangan seperti ini. Bukan hanya bangunan masjidnya yang membanggakan bagi warga setempat tapi juga pembangunnya yang ternyata adalah putra daerah setempat.
 
Masjid Ar-Rohman (Masjid Baret Hijau)
Desa Cijulang, Kec. Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat 46394
https://maps.app.goo.gl/YweJNe9xPSFLRnuN9
 

 
Masjid ini diberi nama Ar-Rohman oleh pembangunnya mengikuti nama masjid sebelumnya yang sudah ada dilokasi tersebut namun sedikit berada didalam gang dibelakang bangunan bengkel. Di masjid Ar-rohman yang lama itu, Jenderal Agus Subiyanto belajar mengaji dan menunaikan sholat saat beliau masih bersekolah di tingkat dasar. Oleh karena itu, pembangunan masjid ini menjadi simbol perjalanan hidupnya sekaligus penghormatan terhadap tempat yang memiliki makna mendalam baginya.
 
Pembangunan Masjid Ar-Rohman
 
Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan pada Sabtu 3 Januari 2024 oleh Jenderal TNI Agus Subiyanto, didampingi oleh Ustadz Adi Hidayat. Dan diresmikan bertepatan dengan bulan suci Romadhon pada pada Sabtu, 1 Maret 2025 oleh Panglima TNI Agus Subiyanto dan juga didampingi oleh Ustadz Adi Hidayat, ditandai dengan penandatangan batu prasasti oleh Panglima TNI.
 
Peresmian masjid ini juga dihadiri oleh istri Panglima TNI Evi Sophia Indra Subiyanto dan ibu mertua serta rombongan lainnya, beberapa perwira tinggi TNI, Bupati Pangandaran Citra Pitriyami, Dandim 0625 Pangandaran Letkol Inf. Indra Mardianto Subroto, Kapolres Pangandaran AKBP Mujianto, Tujuh orang Syekh dari Mesir serta warga setempat.

Peresmian Masjid Ar-Rohman Kubah Baret Hijau di Pangandaran oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto pada tanggal 1 Maret 2025.

Fasilitas dan Kegiatan
 
Upacara peresmian masjid ini dilanjutkan dengan pengajian perdana dan pembagian sembako untuk warga setempat. Ibu-ibu pengajian berduyun-duyung berjalan kaki menuju Masjid Ar Rohman.
 
Berdiri di atas lahan seluas 803 meter persegi, dibangun dua lantai dilengkapi beberapa kamar mandi dan tempat berwudhu serta halaman yang di sekitarnya ditanami pepohonan dan tanaman rumput. Di samping halaman masjid ada taman kecil yang diberi identitas Masjid Ar Rohman.
 
Selain masjid, di kompleks Masjid Ar Rohman juga akan dibangun beberapa fasilitas keagamaan, termasuk madrasah, rumah singgah miniatur Ka'bah, serta kantor. Pembangunan masjid ini diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 35 miliar. Dengan kehadiran Masjid Ar Rohman, kini Desa Cijulang memiliki dua masjid besar, yakni Masjid Ar Rohman dan Masjid Al Islah yang terletak di depan Bundaran Marlin Cijulang.
 
Metamorfosis Masjid Ar-Rohman Kubah Baret Pangandaran.

Selain sebagai tempat ibadah. masjid ini juga akan menyelenggerakan kajian rutin terbuka untuk masyarakat umum. Dan khusus setelah peresmian selama satu bulan akan ada kajian yang di isi langsung oleh Syeikh dari Mesir. Selanjutnya, sebagaimana disampaikan Panglima TNI nantinya akan ada yang menetap di masjid ini untuk memberikan pengajaran Al-Qur’an dan sebagainya.
 
Filosopi Rancangan
 
Masjid ini sempat menjadi perhatian dan viral di media sosial karena rancangannya yang sangat unik tersebut. Dan ternyata dibalik rancangannya itu tersembunyi beberapa makna filosofis sebagaimana dibacakan oleh Ustadz Adi Hidayat.
 
1. Masjid yang berbentuk baret hijau bintang 4 bermakna persembahan dari abdi Tuhan yang bertugas sebagai abdi bangsa dan negara.
 
2. Bintang 4 bermakna puncak pengabdian sebagai hamba Allah dan abdi negara, juga perlambang komitmen menunaikan empat pokok ajaran Islam (sholat, zakat, puasa, haji).
 
3. Lambang Kostrad dalam baret bermakna komitmen menjadi kesatria yang menjaga bangsa sekaligus manunggal bersama rakyat.
 
4. Jumlah bintang dan lambang (mihrab) bermakna gabungan ikhtiar dan tawakal selama mengabdi di TNI yang puncaknya ingin diridhoi Allah, sekaligus keselarasan Pancasila dengan rukun Islam yang 5.
 
5. Menara masjid berbentuk tongkat komando yang puncaknya berlafadz Allah bermakna ketaatan dan kepatuhan prima kepada sang Pencipta sekalipun telah menjadi seorang Panglima.***

Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Besar Al-Istiqomah Pangandaran
Masjid Agung Ciamis
Masjid Agung Kota Banjar
Masjid Agung Kota Tasikmalaya
 
Rujukan
 
https://www.pikiran-rakyat.com/news/pr-019051357/berapa-biaya-pembangunan-masjid-ar-rohman-baret-hijau-pangandaran-dibangun-panglima-tni-agus-subiyanto   
https://www.pikiran-rakyat.com/news/pr-019114132/masjid-kubah-baret-milik-panglima-tni-itu-bernama-masjid-jami-ar-rohmah-resmi-dibuka-untuk-warga?page=all
https://priangan.tribunnews.com/2025/03/01/melihat-lebih-dekat-masjid-kubah-baret-hijau-bintang-4-di-cijulang-pangandaran 
https://priangan.tribunnews.com/2025/03/01/panglima-tni-resmikan-masjid-kubah-baret-hijau-bintang-4-di-pangandaran-ini-filosofinya

Saturday, June 28, 2025

Masjid An-Nur Islamic Sport Center Bantaeng

Masjid An-Nur Islamic Sport Center Bantaeng, sebelumnya dikenal akan dibangun sebagai Masjid Kubah Bola di kawasan Pantai Seruni Bantaeng.
 
Awalnya Dirancang “Berkubah Bola Sepak”
 
Masjid An-Nur Islamic Sport Center adalah sebuah masjid yang dibangun di kawasan pantai Seruni Bantaeng Sulawesi Selatan. Bangunan Masjid ini dibangun untuk melengkapi fasilitas sport center dan kawasan kuliner yang sudah ada ditempat tersebut. Sesuai dengan lokasinya, maka rancangan awal masjid ini rencananya akan dibangun dengan kubah sebuah bola sepak yang biasa dipakai untuk olahraga sepak-bola berukuran besar.
 
Namun kemudian rancangan tersebut berubah meski dengan bentuk yang sama dengan rancangan awal berupa kubah cawan atau kubah setengah bola pada rancangan masjid Usmaniah, namun dengan corak tidak benar benar seperti corak sebuah bola sepak.
 
Masjid An-Nur Islamic Sport Center
Kawasan Pantai Seruni, Jl. Seruni, Tappanjeng
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan
 

 
Sejarah Pembangunan
 
Peletakan batu pertama pembangunan masjid “kubah bola” tersebut dilakukan pada hari Jum’at tanggal 1 Agustus 2014 yang lalu oleh Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah. Bangunan Masjid ini dibangun untuk melengkapi fasilitas sport center dan kawasan kuliner yang sudah ada ditempat tersebut, untuk memenuhi kebutuhan ibadah pengunjung Pantai Seruni. Posisinya yang strategis membantu masyarakat menemukan fasilitas ibadah dengan mudah.
 
Ukuran masjidnya memang tidak terlalu besar dirancang berukuran berukuran 10 X 10 meter berkapasitas 160 jema’ah, peletakan batu pertama pembangunannya disaksikan Pemimpin Wilayah Muhammadiyah M Syaiful Saleh, Ketua Aisiyah Sulsel Nurhayati Azis, pimpinan SKPD dan tokoh masyarakat Bantaeng. Pembangunan masjid tersebut diperkirakan menghabiskan anggaran Rp 1,9 miliar.
 
Masjid An-Nur Islamic Sport Center Bantaeng melengkapi fasilitas di kawasan Islamic Sport Center Pantai Seruni Bantaeng.

Ketua Panitia Pembanguan Masjid Islamic Sport Center Munawar Sahabuddin melaporkan, pembangunan masjid di kawasan Pantai Seruni menambah ikon baru di Bantaeng. Masjid 1 lantai ini memiliki serambi dengan lebar 4 meter dan lingkaran luar 8 meter untuk batas suci. Masjid ini juga dilengkapi dua ruangan masing-masing pada sisi kanan untuk Imam dan sisi kiri untuk ruang rapat dan perpustakaan.
 
Khusus tempat pengambilan wudhu didesain untuk duduk sesuai sunnah. Demikian pula dengan toilet. Tadinya terkait dengan rencana “kubah bola”, telah dikonsultasikan dengan beberapa Kiyai di Bantaeng dan daerah lainnya. Konsep tersebut disesuaikan dengan letak masjid serta penunjukan Bantaeng menjadi tuan rumah Porda ke 15 provinsi Sulawesi Selatan.
 
Peresmian dan Penggunaan
 
Sholat Jum’at pertama kali diselenggarakan di Masjid Sport Center Seruni Bantaeng ini pada 13 Januari 2017 tak lama setelah diresmikan. Pada kesempatan itu Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantaeng H. Muhammad Yunus. S.Ag., M.Ag bertindak sebagai khotib, Ust. Abd. Khalik, S.Pd, M.Pd bertindak sebagai Imam.
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Agung Jeneponto
Masjid Terapung Makasar
Masjid Agung Al-Munawwir Pinrang
Masjid Agung Nurul Iman Kabupaten Barru
Masjid Islamic Center Dato Tiro, Bulukumba
  
Rujukan
 
http://www.bantaengkab.go.id/web/berita-266-kawasan-pantai-seruni-di-lengkapi-masjid.html
http://beritabulukumba.com/17851/kerennya-masjid-islamic-sport-center-bantaeng
https://bantaengkemenag.blogspot.com/2017/01/h-muhammad-yunus-khatib-pertama-di.html

Sunday, June 22, 2025

Masjid Besar Taqwa Tompong Warisan Dari Masa Kerajaan Bantaeng

Masjid Besar Taqwa Tompong 
 
Masjid Besar Taqwa Tompong adalah masjid tua yang berdiri kokoh di Kampung Tompong, Kelurahan Letta, kecamatan Bantaeng kabupaten Bantaeng provinsi Sulawesi Selatan. Selain dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Butta Toa (julukan bagi daerah Bantaeng), masjid ini juga menjadi saksi bisu sejumlah pertemuan raja, pemangku adat dua belas, serta aktivitas penyebar agama Islam di Bantaeng, pada masa lalu.
 
Sebagaimana ditulis di papan nama dibagian depan masjid, Masjid Besar Taqwa Tompong dibangun pada 27 Rabiul Akhir 1302 Hijriah bertepatan dengan tanggal 8 Februarui 1885 Masehi pada masa kekuasaan Kerajaan Bantaeng, salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Sulawesi Selatan. Masjid Besar Taqwa Tompong ini memiliki peninggalan masa lalu berupa Al-Qur’an tulisan tangan.
 
Masjid Besar Taqwa Tompong
Jl. Bete-Bete, Letta, Kec. Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan 92411
 
 
Sejarah Masjid Besar Taqwa Tompong
 
Masjid Besar Taqwa Tompong bermula dari sebuah langgar yang dibangun tahun 1885 atas prakarsa para pemangku adat dua belas atas persetujuan Raja Bantaeng, Karaeng Panawang (1877-1913), yang merupakan raja pertama BantaengLanggar tersebut menjadi tempat beribadah umat Islam, dan melakukan pengajian, serta kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.
 
Tempat ini juga kerap digunakan raja bersama para pemangku adat untuk melakukan pertemuan dan rapat. Langgar tersebut yang kemudian dibangun menjadi Masjid Besar Taqwa Tompong dalam kurun waktu 1887 – 1913.
 
Masjid Besar Taqwa Tompong sebelum dilengkapi kanopi beranda.

Bangunan Masjid ini berdiri diatas tanah wakaf dari La Bandu seorang sudagar
asal Wajo Kabupaten Sengkang yang menetap dan menikah dengan perempuan Bantaeng. Selain mewakafkan tanahnya. La Bandu juga turut mendanai pembangunan masjid ini yang dirancang oleh La Pangewa seorang arsitek yang didatangkan dari Bone oleh La Bandu.
 
Arsitektur Masjid Besar Taqwa Tompong
 
Bentuk dasar bangunan utama Masjid Besar Taqwa Tompong ini mirip dengan Masjid Tua Palopo dan Masjid Al-Hilal Katangka. Bagian yang paling khas dari masjid ini terdapat pada mastaka dipuncak atap masjid yang dihias dengan sebuah guci dari era Dinasti Ming – China.

Bangunan utamanya berdenah segi empat dengan atap limas bersusun tiga. Bangunannya sarat dengan simbol-simbol filosofis, Di dalam masjid ada empat pilar (sokoguru) beton berukuran 80x80cm, berarti empat sahabat Nabi Muhammad saw, yaitu Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab,Usman bin Affan, dan Ali Bin Abu Thalib.
 
Interior Masjid Besar Taqwa Tompong dengan empat pilar beton, mihrab dan mimbar.

Langit-langit masjid memiliki 17 balok rangka menandakan 17 rakaat sholat lima waktu. Lima pintu masjid menyimbolkan lima rukun Islam, dan enam jendela, menyimbolkan enam rukun iman. Sejak dibangun, bentuk masjid yang sarat filosofis tersebut tak pernah diubah.
 
Berdiri di atas lahan 857 meter persegi. Bangunan berukuran panjang 31,5 M x lebar 21 M x Tinggi 16 meter. Terdiri dari tiga lantai. Saat ini lantai  kedua dan ketiga tidak lagi difungsikan. Sebelumnya digunakan sebagai tempat belajar agama dan mengaji bagi anak-anak setempat, dan juga tempat muazin mengumandangkan azan.
 
Tinggalan masa lalu di masjid ini masih terdapat sebuah mimbar khutbah yang terbuat dari kayu bayam berukit dihiasi relief dan kaligrafi yang berasal dari Singapura, lalu juga ada Kitab Suci Al-Qur’an tulisan tangan dan dua perangkat pengeras suara untuk azan yang berbentuk seperti terompet terbuat dari kayu dan besi.
 
Masjid Besar Taqwa Tompong. Kiri atas : atap limas bersusun tiga. Kanan atas : Guci dari era dinasti Ming menjadi mastaka dipuncak atap masjid. Kiri bawah: tangga menuju lantai atas. Kanan bawah : lantai atas masjid yang terbuat dari kayu. 

Untuk mengurangi dampak cuaca dan mencegah kerusakan dan memudahkan perawatan, kini tembok masjid ini ditutup dengan tegel begitupun dengan empat pilar (sokoguru) yang berdiri ditengah ruangan masjid.
 
Dimasa kini masjid Besar Tampong telah dilengkapi dengan sebuah bangunan menara tinggi berdenah segi empat dengan atap juga berbentuk atap limas (kerucut) beberapa corong pengeras suara ditempatkan disana dibawah atap. Sehingga muazin tak lagi menyuarakan azan dari lantai tiga masjid ini.
 
Cagar Budaya
 
Masjid Besar Tampong juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX melalui Surat Keputusan Bupati Bantaeng nomor 410/406/VIII/2019.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
  
Rujukan
 
Arsitektur Masjid Tampong Sebagai Hasil Akulturasi / Sufyan, Jurusan sejarah dan kebudayaan islam fakultas adab dan ilmu budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:
 

Saturday, June 21, 2025

Masjid Kuno Al Hikmah Dusun Soyog kota Serang

Masjid Al-Hikmah Dusung (Lingkungan) Soyog, desa Taktakan, Kota Serang, Banten.
 
Masjid Kuno Al Hikmah adalah sebuah masjid kuno di dusun Soyog Desa Taktakan kecamatan Taktakan kota Serang provinsi Banten. Masjid tua dengan arsitektur unik yang masih dipertahankan bentuknya hingga kini sejak renovasi terahir ditahun 1950.
 
Meskipun warga setempat tidak mengetahui dengan pasti sejak kapan masjid ini dibangun, situs admin.taqmir.com menyebutkan bahwa Masjid Al-Hikmah Dusun Soyog ini dibangun pada tahun 1963 dengan status tanah Wakaf.
 
Masjid Al Hikmah Dusun Soyog
Lingkungan Soyog Desa Taktakan kecamatan Taktakan
kota Serang provinsi Banten
https://maps.app.goo.gl/5mTRSifpmmvqWG3U6
 

 
Arsitektur Masjid Kuno Al Hikmah Dusun Soyog
 
Atap bertingkat masjid ini menjadi daya tarik utama, atap masjid ini berupa atap limas bersusun empat dipuncak atap dilengkapi dengan mastaka. Pintu pintu dan jendela masjid ini dibuat menggunakan daun pintu dan jendela berkisi kisi kayu yang kini sudah jarang ditemui pada bangunan bangunan baru, di sisi bagian atasnya dibuat berlengkung.
 
Bangunan masjid ini terdiri dari tiga bagian, bagian paling tua berada disisi paling barat dan menjadi ruang sholat utama tempat dimana mihrab dan mimbar ditempatkan. Dibagian dalam bangunan pertama ini terdapat tembok pemisah dengan bukaan beton berlengkung yang sejatinya merupakan area paling awal dari bangunan masjid ini sebelum diperluas tanpa merobohkan bangunan awalnya.
 
Baru dan Lama. Bangunan sebelah kiri adalah bangunan baru yang dibangun kemudian dengan bentuk yang serupa dengan bangunan asli. Sebelah kanan bagian dari bangunan lama.

Seluruh ruangan utama ini ditutup dengan karpet sajadah. Menurut keterangan tokoh masyarakat setempat lantai pada bagian ini dibangun dari campuran pasir dan tanah liat, tidak menggunakan semen atau perekat lainnya.
 
Dibelakang bangunan utarama telah berdiri bangunan masjid baru berukuran hampir sama dengan bangunan awal  dengan atap yang dibuat senada meski fasad atau dinding, jendela dan pintunya berbeda bentuk.

Dan diantara kedua bangunan tersebut terdapat bangunan yang menjadi penghubung antara kedua bangunan tersebut dengan gaya bangunan sama persis dengan bangunan utama. atapnya terdiri dari dua atap tumpang. Dulunya bagian ini adalah area kolam wudhu yang kemudian diubah menjadi area sholat tambahan untuk jemaah perempuan.
 
atas : Fasad bangunan asli Masjid Al-Hikmah. Kiri bawah: mastaka di puncak atap masjid. Kanan Bawah : Mihrab Masjid.

Tradisi Masjid Kuno Al Hikmah Dusun Soyog
 
Masjid ini memiliki tradisi khusus yang hanya hadir di bulan Ramadan bernama tradisi Dalailan. Tradisi ini merupakan membaca kitab karangan Imam Al Jazuli yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Biasanya tradisi ini dilakukan full selama 30 hari bulan Ramadan.
 
Tradisi ini dimulai pukul 16:00 WIB, dan diawali dengan membaca hadrah dan selawat dipimpin oleh ustaz dengan menggunakan pengeras suara. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca kitab Dalailan.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga Masjid di Banten Lainnya
 
Masjid "Kubah Pelangi" Al Furqon Bandara Soeta
Masjid Agung Al-A’raf Rangkasbitung, Lebak
Masjid Agung Al-Amjad Tangerang
Masjid Raya Al-A'zhom Tangerang
Masjid Agung Nurul Ikhlas di Cilegon
 
Rujukan
 
https://admin.taqmir.com/dkm/40194/masjid-al-hikmah-taktakan-kota-serang.html
https://www.merdeka.com/jabar/melihat-arsitektur-unik-masjid-kuno-al-hikmah-di-serang-pertahankan-bangunan-asli-sejak-renovasi-1950-98409-mvk.html?page=4
https://banten.tribunnews.com/2021/04/22/masjid-al-hikmah-di-kampung-soyog-taktakan-rutin-gelar-dalailan-selama-ramadan-sebelum-buka-puasa?page=all#goog_rewarded.
 

Sunday, June 15, 2025

Masjid Al Hikmah Kampung Islam Buitan, Karangasem provinsi Bali

Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan (simas-kemenag)
 
Masjid Al-Hikmah Buitan adalah sebuah masjid kuno bersejarah di kampung Buitan Kecamatan Manggis kabupaten Karangasem provinsi Bali. Sejarah masjid ini sejalan dengan perkembangan masuknya islam di wilayah Bali, dan dikenal sebagai salah satu Masjid tertua di Kabupaten Karangasem.
 
Sejarah Masjid Al-Hikmah Buitan
 
Didirikan sekitar tahun 1000 Hijriah atau 1580 Masehi, hal ini dikuatkan dari hasil seminar di   pada tahun 1979 tentang keberadaan Masjid di Bali dan dikuatkan peninggalan Prasasti yang masih tersimpan dengan baik. Dua prasasti batu tertulis dengan huruf arab  berbahasa melayu yang bertuliskan:
 
“Pada hari jum’at pada tahun ba’hijriah nabi sallallahualaihiwassalam 1000” , ”Sudah selesai Tembok ini pada bulan robiul awal tanggal empat hari rabu”
 
Prasasti, yang berada di dekat masjid itu, ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Orang yang menulis prasasti diperkirakan leluhur masyarakat Buitan, seorang pelaut Bugis yang makamnya dirawat umat Hindu di dekat kuburan Hindu di Kecamatan Manggis.
 
    Masjid Al Hikmah  
    Kampung Islam Buitan, Buitan, Desa Buitan
    Kec. Manggis, Kab. Karangasem,  Bali 80871
 
 
Setelah melewati rentang waktu 400 tahun lebih bangunan masjid ini telah mengalami sekian kali pemugaran dan renovasi. Menurut pengakuan dari salah satu sesepuh setempat H Muhammad Safei bin H Abdulrahman Alm, bahwasanya bentuk awal masjid tersebut seperti masjid di Demak Dengan ketinggian dari halaman ke lantai masjid 7 meter.
 
Bangunan tersebut dilengkapi 17 anak tangga, dinding terbuat dari tanah liat (tatal,sejenis batu bata yang dlm pembuatannya masih mengunakan ukuran tangan dan tidak di bakar seperti batu bata saat ini) dan berpondasi batu kali/batu pantai sisa peninggalan pondasi masih bisa dilihat di depan halaman masjid.
 
Ukuran bangunan masjid kurang lebih 10x10 meter beratatapkan alang alang, tiang penyangga sebanyak 4 buah berbahan kayu jati berbentuk kotak berdiameter 30 cm dengan ketinggian kurang lebih Sembilan meter. Juga terdapat tempat wudlu beserta kamar mandi tanpa atap.
 
Ekterior Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan (simas-kemenag)

Untuk pintu masjid berbahan kayu jati berbentuk persegi panjang membuka kee dalam sebanyak 2 buah bermotif ukiran bali (bunga bunga) handle pintu berbahan dasar kuningan berbentuk lingkaran
 
Jejak masa lalu Islam di wilayah Manggis juga terdapat kuburan tua yang diyakini oleh masyarakat Hindu di wilayah Manggis bahwa kuburan itu adalah kuburan Muslim, dan mereka selalu menyatakan Masyarakat Hindu bertanggung jawab atas perawatan kuburan ini secara turun – temurun meskipun mereka tidak tahu pasti sejak kapan kuburan tersebut ada disana.
 
Pada tahun 2006 ada perwakilan pengempon (yang merawat) kuburan tersebut yang datang kepada masyarakat Muslim di Buitan dengan niatan ingin menyerahkan pengelolaan kuburan kepada masyarakat muslim di Kampung Buitan, yang pada akhirnya pengelolaan kuburan tua itu disepakati untuk dikelola oleh kedua belah pihak yakni pihak umat Hindu dan Pihak umat Muslim yang ada di Buitan
 
Interior Masjid AL-Hikmah Kampung Islam Buitan.

Tempat pengungsian bencana Gunung Agung
 
Saat terjadi bencana Gunung Agung ditahun 2017 silam Masjid Al-Hikmah Buitan ini menjadi salah satu masjid yang untuk pengungsi seiring dinaikkannya status Gunung Agung dari level waspada ke siaga menyusul meningkatnya gempa vulkanik yang terdeteksi melalui pos pemantauan. Teras, halaman hingga ruang-ruangan di dalam masjid menjadi lokasi untuk hunian aman pengungsi.
 
Posko pengungsian yang didirikan di dalam Masjid Al Hikmah tersebut terdapat penyandang disabilitas, ibu menyusui, lansia dan pengungsi yang sedang menderita stroke. Terdapat 305 jiwa pengungsi yang ditampung dimasjid ini termasuk 124 diantaranya anak-anak yang masih aktif bersekolah. Sebagian di antara pengungsi tersebut masih pulang pergi ke rumah masing-masing untuk keperluan mendesak.
 
Posko Masjid Al Hikmah memiliki layanan dapur umum yang menyediakan makanan bagi para pengungsi, air dan layanan kesehtan dari Rumah Sehat Baznas (RSB) Sidoarjo yang mengirimkan dua dokter dan dua perawat.

Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan.
 
Keunikan Akulturasi
 
Salah satu tradisi unik di Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan ini adalah tradisi Mangibung alias makan bareng ini, tersaji beragam masakan bercita rasa Bali seperti pepes ikan, telur bumbu Bali, sate tusuk, ikan goreng, dan masakan lainnya. Siapa saja usai sholat di masjid itu boleh menikmati sajian di atas nampan-nampan meski tidak menyumbang makanan.
 
Saat Hari Raya Kuningan oleh umat Hindu, masyarakat muslim turut diundang makan, lauk pauk yang disajikan seperti ayam dan kambing, disembelih oleh warga Muslim Buitan agar halal sesuai permintaan warga setempat.
 
Kampung yang dihuni oleh sekitar 40 keluarga ini berada di pinggir pantai. Kebanyakan masyarakatnya adalah nelayan yang rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan kebudayaan untuk mempertemukan umat Islam dan Hindu.
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 

Saturday, June 14, 2025

Masjid Agung Baiturrahim Kaimana, Peninggalan Kerajaan Sran Eman Muun

Masjid Agung Baiturrahum Kaimana peninggalan kerajaan Islam Sran sekaligus masjid tertua di kabupaten Kaimana provinsi Papua Barat. (kabarpapua.co).

Masjid Agung Baiturrahim adalah masjid Agung di Kaimana kabupaten Kaimana provinsi Papua Barat. Masjid Agung yang kini berdiri megah dengan gaya bangunan masjid modern sejatinya merupakan bangunan masjid tua peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Islam Sran Eman Muun sekaligus merupakan masjid tertua di kabupaten Kaimana.
 
Kerajaan Islam SranEman Muun adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah eksis di wilayah kabupaten Kaimana, awalnya kerajaan ini berdiri dan berpusat di Pulau Adi di laut Arafuru sebelum kemudian dipindahkan ke Kaimana.
 
   Masjid Agung Baiturrahim Kaimana Papua Barat
   Kampung Sran, Kaimana Kota, Kec. Kaimana, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
   https://maps.app.goo.gl/FZFY76oJEvXc6rdY7
 

 
Masjid Agung Baiturrahim Kaimana berdiri di tepi pantai tak jauh dari pelabuhan laut Kaimana kini mendominasi pemandangan kawasan tersebut dengan kemegahan dan keindahan arsitekturnya dengan satu kubah besar diatap bangunan utama diapit oleh empat menara tinggi menjulang ditambah empat menara yang lebih pendek.
 
Meskipun merupakan bangunan yang awalnya merupakan masjid kuno peniiggalan kerajaan Sran, tak ada yang tersisa dari banguna asli-nya di Masjid Agung Baiturrahim ini dari bangunan aslinya. Namun demikian sejarahnya tak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Islam Sran. Selain Masjid Agung Baiturrahim Kaimana, peninggalan lain dari Kerajaan Sran yang masih ada adalah komplek pemakaman keluarga Kerajaan Sran.
 
Menurut Umar Sabuku, Mangkubumi Kaimana mewakili Abdul Hakim Ahmad Aituarauw Raja Sran Kaimana VIII mengatakan, Semua peninggalan seperti istana dan benteng, dihancurkan oleh bangsa barat pada perang berkepanjangan. Yang tersisa adalah masjid di Kampung Sran dan saat ini sudah lima kali dipugar.

Masjid Agung Baiturrahim di tepian pantai dan tak jauh dari Pelabuhan Kaimana. (kompasiana)
 
Renovasi Masjid Agung Baiturrahim Kaimana
 
Terkait dengan perubahan bentuk masjid peninggalan kerajaan Sran menjadi sebuah Masjid Agung modern, Mohamad Lakotani, Ketua Nahdatul Ulama Kabupaten Kaimana, banyaknya dana sosial yang disediakan bagi masyarakat membuat warga berlomba-lomba untuk merombak masjid. Akibatnya, bentuk asli dari masjid yang seharusnya dipertahankan, berubah total menjadi tampilan masjid modern.
 
Renovasi dan pembangunan terahir terhdap masjid agung Baiturrahim Kaimana dilakukan pada tahun 2008 dan diresmikan oleh Gubernur Papua Barat Drs. Dominggus Mandacan, M. Si didampingi Wakil Bupati Kaimana Hasbulla Furuada, S.P serta Raja Namatota dan Masyarakat setempat. Peresmian ditandai dengan pemancangan Tiang Alif pada tanggal 23 Maret 2022 dilanjutkan dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan prasasti serta penguuntingan pita pada pintu utama  yang telah dipersiapkan.
 
Dana renovasi masjid ini dari dana bantuan biaya Pemerintah Kabupaten Kaimana sebesar  2,5 Miliar dan Bantuan  dari donator sebesar 350 juta, serta bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat sebesar 500 Juta.
 
Golden hour Masjid Agung Baiturrahim Kaimana. (IG @ant_tiflen)

Gubernur Papua Barat Dalam sambutannya berharap disamping masjid sebagai tempat ibadah, Umat Islam wajib memakmurkan masjid, masjid  juga dapat dimanfaatkan  umat islam  dalam menjabarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta nilai persaudaraan  dan kerukunan diantara sesam umat beragama di Papua Barat.
 
Sebagai masjid agung kabupaten, masjid agung Baiturrahim Kaimana menjadi tempat pelepasan keberangkatan jemaah haji dari kabupaten Kaimana. Pada tahun 2023 sebanyak 40 calon jemaah haji kabupaten Kaimana diberangkatkan dari masjid ini menuju embarkasi haji Makassar Sulawesi Selatan.
 
Menariknya bahwa dari 40 calhaj Kaimana tersebut 16 orang diantaranya dibiyai oleh pemkab Kaimana. Upacara pelepasan calon jemaah haji Kaimana saat itu dipimpin oleh Bupati Kaimana Freddy Thie. Dalam sambutannya Bupati Freddy Thie meminta calon jemaah haji untuk mendoakan Kaimana agar selalu diberkati.
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Jami Doom, Masjid Pertama di Papua Barat Daya
Masjid Agung Al Falah Nabire
Masjid Tembagapura, Mimika
Masjid Al Falah, Kepulauan Yapen, Papua
Masjid Agung Baiturrahman, Wamena
Masjid An-Nur Agats, Asmat
Masjid Al-Mujahidin, Puncak Jaya, Papua
Masjid Agung Waisai, Raja Ampat, Papua Barat
Masjid Raya Babussalam Timika, Mimika, Papua
Masjid Raya Al Aqsa, Merauke, Papua
 
Rujukan
 
https://papuabarat.tribunnews.com/2023/06/03/bupati-freddy-thie-minta-calon-jamaah-haji-doakan-kaimana-agar-selalu-diberkati
https://kaimanakab.go.id/gubernur-papua-barat-resmikan-masjid-jami-baitul-rahim-kaimana.html
https://regional.kompas.com/read/2013/08/07/2116167/Masjid.Agung.Baiturrahim.Peninggalan.Kerajaan.Sran.Eman.Muun.

Sunday, June 8, 2025

Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone Takalar

Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone saksi bisu penyebaran Is;lam di Takalar.
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone adalah salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan. Lokasinya berada di Dusun Sanrobone, Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, provinsi Sulawesi Selatan.
 
Lokasinya berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Makassar. Bahkan ada versi cerita mengatakan masjid ini lebih tua dari masjid paling tua yang diakui saat ini, Masjid Tua Katangka (1603 M), di Kabupaten Gowa.
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
Dusun Sanrobone, Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, provinsi Sulawesi Selatan 92231
 
 
Masjid tua ini berdiri bersebelahan dengan komplek makam raja raja Sanrobone yang berada tepat di sisi selatan masjid menjadi penanda utama bahwa masjid ini memiliki keterkaitan sejarah dengan kerajaan Sanrobone yang pernah ada disana. Sisi barat atau bagian belakang masjid ini juga dipenuhi makam makam tua.
 
Arsitektur Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone diapit oleh dua ruas jalan raya di sisi barat dan timurnya. Sisi timurnya memiliki halaman yang cukup luas tempat dimana pintu utama berada. Masjid ini juga dapat diakses dari ruas jalan disebelah timurnya dengan melalui komplek pemakaman tua dibelakang masjid.
 
Bersebelahan dengan komplek makam para raja Sanrobone. Menariknya cungkup cungkup makam (bewarna putih dekat menara) bentuknya sama persis dengan cungkup makam para raja Gowa di komplek Masjid Tua Al-Hilal Katangka.

Terdiri dari bangunan utama dan satu menara tinggi ditambah dengan area tempat wudhu. Bangunan utama mesjid ini berdenah bujursangkar berukuran 10x10 meter dengan atap limas bersusun tiga sebagaimana bangunan khas masjid masjid Nusantara. Sekilas pandang tak terlihat kekunoan dari bangunan masjid ini mengingat seluruh bangunannya sudah didominasi bangunan beton.
 
Bangunan utama ini kemudian ditambahkan bangunan baru disisi depan-nya (sisi barat) dengan bangunan teras dan beranda menghadap ke pekarangan. berdasarkan rekaman foto foto yang ada, bangunan tambahan tersebut setidaknya ditambahkan setelah tahun 2017.
 
Sisi belakang Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone.

Bangunan utama masjid ini dibangun cukup tinggi dari permukaan tanah dilengkapi dengan enam anak tangga. Struktur atapnya ditopang oleh empat pilar beton (sokoguru) ditengah ruangan masjid. Sebuah mimbar kayu berukir dan sebuah beduk melengkapi masjid ini.
 
Sejarah Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
 
Menurut penuturan bapak Abdul Rozak pengurus Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone, bahwa sejarah masjid ini dijelaskan didalam sebuah manuskrip berbahasa Makasar diseburkan bahwa pembangunnya adalah seorang pedagang dan ulama dari Minangkabau yang disebut masyarakat setempat sebagai Datu Mahkota atau Sultan Pagaruyung pada sekitar tahun 1012 Hijriah (sekitar tahun 1671-1672 Masehi).
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone tahun 2016 (akun google the viersi)

Pada saat pertama dibangun dengan luas 8 rafa x 8 rafa setara dengan 10x10 meter. Bangunan awalnya satu tiang, kemudian diubah menjadi empat tiang, dan ditahun 1900-an kembali dengan satu tiang dan kini kembali dengan empat tiang. Awalnya tiang masjid ini dari kayu ulin dengan atap dari daun lontar dan daun nipah.
 
Dijelaskan juga bahwa salah satu peninggalan dari era awal masjid ini adalah adanya sebuah sumur untuk menyediakan air bagi jemaah. Sumur tersebut masih digunakan hingga kini dan alhamdulillah airnya tak pernah kering mencukupi untuk kebutuhan jemaah.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan