Sunday, June 30, 2019

Masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo

Masjid Agung Baiturrahim Gorontalo berdiri di pusat kota Gorontalo. Bangunan masjid yang memadukan senibina bangunan masjid Nusantara dan masjid modern ini merupakan salah satu masjid tua di provinsi Gorontalo.

Masjid Agung Baiturrahim adalah Masjid Agung di Kota Gorontalo, Ibukota Provinsi Gorontalo di Pulau Sulawesi. Masjid Agung Baiturrahim merupakan bangunan masjid terbesar dan termegah di kota Gorontalo. Sekaligus menjadi masjid tertua di kota Gorontalo. Lokasinya berdiri ruas jalan Wartabone ditengah tengah  kota Gorontalo.

Masjid Agung Baiturrahim Gorontalo pertama kali dibangun pada tanggal 18 Maret 1728 bertepatan dengan tanggal 6 Syaban 1140 Hijriah, oleh Raja Gorontalo ke-10 bernama Sultan Botutihe. Pada awalnya bangunan masjid ini dibangun sebagai sebuah bangunan berbentuk rumah panggung dengan tiang tiang tinggi. Bahan bangunannya seluruhnya menggunakan kayu kayu besi tanpa beton dan semen seperti saat ini.

Masjid Agung Baiturrahim
Jl. Raja Eyato, Limba B, Kota Sel.,
Kota Gorontalo, Gorontalo 96134



Bentuk bangunan seperti itu memang merupakan bangunan khas Gorontalo yang pada saat itu semua bangunan disana dibangun seperti itu. Pada masa itu juga disekitar masjid ini dan di Gorontalo masih jarang pemukiman penduduk, dengan kondisi alam yang masih asri banyak ditumbuhi berbagai pepohonan seakan masih berada di tengah hutan belantara, pilihan model rumah panggung adalah solusi atasi ancaman dari berbagai macam gangguan binatang buas dan liar.

Masjid ini didirikan bersamaan dengan perpindahan ibukota Gorontalo dari Dungingi ke Kota Gorontalo. Pembangunan masjid dilakukan oleh Paduka Raja Botutihe di pusat Kerajaan Gorontalo atau disebut Batato. Daerah ini meliputi Yiladiya (Rumah Raja), Bantayo Poboide (Balairung/Balai Musyawarah), Loji (rumah kediaman Apitaluwu atau Pejabat Keamanan Kerajaan), dan Bele Biya/Bele Tolotuhu (rumah pejabat kerajaan).

Fasad masjid dari beton tampak megah dengan sentuhan lengkungan pada bangunannya. penggunaan kaca patri pada jendela jendela besarnya memberikan efek cahaya temaram ke dalam masjid.
Pada tahun 1175 H atau bertepatan dengan tahun 1761 M, Raja Unonongo melakukan renovasi dengan mengganti tiang-tiang masjid yang semula terbuat dari kayu dengan bangunan berfondasi. Selain itu, dinding masjid yang semula terbuat dari kayu diganti dengan dinding batu setebal sekitar 0,8 meter.

Sejarah mencatat bahwa Masjid Agung Baiturrahim juga sempat rusak parah akibat terkena gempa bumi pada 1938. Kala itu, bangunan masjid dianggap tak layak untuk dijadikan tempat ibadah sehingga para jamaah terpaksa beribadah di bangunan darurat yang berada di dekat masjid. Keadaan tersebut berlangsung selama 8 tahun (1938-1946).

pada 1947 dilakukan pembangunan kembali Masjid Agung Baiturrahim oleh Abdullah Usman, Pimpinan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga atau kala itu disebut BOW (Burgerlijk Operture Walken). Selain renovasi-renovasi tersebut di atas, Masjid Agung Baiturrahim juga mengalami beberapa perubahan, baik bentuk fisik maupun kepengurusan (takmir) masjid. Perubahan-perubahan tersebut, antara lain

Interior Masjid Agung Baiturrahim Kota Gorontalo.
pada tahun 1964, masjid ini mengalami perluasan dengan penambahan serambi pada bagian utara dan barat di bawah kepanitiaan yang dipimpin oleh T. Niode; tahun 1969 dibentuk panitia pelaksana harian masjid yang dipimpin oleh H. Yusuf Polapa, kemudian K.O. Naki, B.A. dan A. Naue, sekaligus pimpinan ibadah oleh Kadi Abas Rauf; pada 1982 dilakukan penambahan ruangan untuk jamaah wanita pada bagian selatan oleh Drs. H. Hasan Abas Nusi, Walikota Kotamadya Gorontalo.

Pada tahun 1988 dilakukan penataan pagar dan halaman oleh Drs. Ahmad Najamuddin, Walikota Kotamadya KDH Tingkat II Gorontalo; pada 1996 dilakukan penataan sumur bor sebagai tempat pengambilan air wudhu dan pendirian menara masjid oleh Drs. H. Ahmad Arbie, Walikota Kotamadya Tingkat II Gorontalo; dan terakhir pada 1999, ketika Gorontalo dipimpin oleh Drs. H. Medi Botutihe, dilakukan pemugaran total Masjid Agung Baiturahim yang menghabiskan dana sekitar Rp. 3 Milyar. Usai dipugar, Masjid Agung Baiturrahim diresmikan oleh Presiden Baharuddin Jusuf Habibie di Istana Merdeka, pada 3 Rajab 1420 H atau bertepatan dengan hari Rabu, 13 Oktober 1999.

Gorontalo dikenal sebagai daerah hukum adat ke-19, di wilayah Republik Indonesia. Dengan filosofi adatnya: Adat Bersendikan Syarak dan Syarak Bersendikan Kitabullah, maka hampir dapat dipastikan bahwa seluruh warga Gorontalo asli adalah Muslim (beragama Islam).

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga

Saturday, June 29, 2019

Masjid Agung Baiturrahman Limboto - Gorontalo

Perpaduan arsitektur arab dan nusantara terlihat jelas pada rancangan atap masjid Agung Baiturrahman Limboto ini. Kubah utama masjid ini menggunakan atap limas, yang dikelilingi dengan kubah kubah bundar sekitarnya.

Kabupaten Gorontalo adalah salah satu kabupaten tertua di Provinsi Gorontalo. Ibu kota kabupaten ini terletak di Limboto. Sejak ditetapkan sebagai Kabupaten pada tahun 1959 hingga sekarang, Kabupaten Gorontalo sudah mengalami tiga kali pemekaran. Pemekaran pertama pada tahun 1999 yang melahirkan Kabupaten Boalemo, pemekaran ke dua pada tahun 2003 yang melahirkan Kabupaten Bone Bolango, dan terakhir pada tahun 2007 yang melahirkan Kabupaten Gorontalo Utara.

Masjid Agung Baiturrahman adalah masjid agung kabupaten Gorontalo yang dibangun di Limboto sebagai ibukota kabupaten Gorontalo. Masjid ini diresmikan penggunaannya di tahun 1979 dan merupakan masjid terbesar dan termegah di kabupaten Gorontalo. Berdiri di atas lahan wakaf seluas 62.500 meter persegi, masjid seluas 22.500 meter persegi ini diperkirakan mampu menampung hingga 2500 jemaah sekaligus.

Masjid Agung Baiturrahman Limboto
Jl. Cokroaminoto no.16, Kel.Kayubulan
Kec.Limboto, Provinsi Gorontalo
  


Lokasi masjid Masjid Agung Baiturrahman terletak di pusat kota Limboto, bersama Menara Keagungan Limboto yang berada tepat di sebelahnya, dan seolah berfungsi sebagai menara dari masjid agung kabupaten Gorontalo ini, dua bangunan megah tersebut layaknya satu kesatuan ikon kota.

Bentuk menara keagungan Limboto yang menyerupai menara Eifel di kota Paris, Prancis itu seringkali membuat netizen menyebut tempat ini sebagai the little Paris in Limboto. Pemandangan nya memang indah dimalam hari dengan cahaya lampu yang menerangi menara dan masjid Agung Baiturrahman ini.

A little Paris in Limboto
Masjid Agung Baiturrahman adalah masjid terbesar di Kabupaten Gorontalo yang terletak di pusat Kota Limboto. Bangunan masjid memadukan dua gaya arsitektur yaitu nusantara dan arab. Hal ini terlihat jelas dari kombinasi atap utama berbentuk limas dan tujuh kubah berbentuk bulat sebagai pendamping disekelilingnya.

Dari sisi luar, masjid tampak megah namun bersahaja dengan dua kombinasi warna putih dan abu-abu muda. Sedangkan bagian dalam masjid menampilkan kesederhanaan, dengan dinding masjid berwarna putih bersih dengan aksen berwarna emas pada bagian depan tempat mihrab. Mihrab pada Masjid Agung Baoturrahman ini dibedakan dengan menggunakan relief dinding berbentuk kotak dengan ragam hias kaligrafi dan motif batik.

Interior Masjid Agung Baiturrahman Limboto ini terutama keunikan pada ornamen sokogurunya.
Kombinasi warna emas dan hitam menjadikan mihrab terlihat mewah. Tepat di depan mihrab terdapat mimbar yang di desain seperti mimbar Ar-Raudah, yakni mimbar yang pernah digunakan Nabi Muhammad SAW untuk  berdakwah di Masjid Nabawi. Tiang mimbar mimbar menggunakan ragam hias ukiran segi lima dan motif bunga dengan jumlah lima buah. Angka lima ini menyimbolkan lima kerajaan yang ada di Gorontalo.

Sejarah kabupaten Gorontalo memang tidak bisa dipisahkan dari sejarah lima kerajaan yang ada disana. Kabupaten Gorontalo ditetapkan pada tanggal 26 November 1673. Penetapan ini didasarkan pada penandatanganan perjanjian ikatan keluargaan lima kerajaan yang disebut U Duluwo Limo Lo Pohala'a. 

Dinding sisi kiblat, mihrab dan mimbar Masjid Agung Baiturrahman Limboto.
Kelima kerajaan tersebut yakni Kerajaan Gorontalo, Limboto, Suwawa, Boalemo dan Atinggola. Kelima kerajaan tersebut selanjutnya menjadi wilayah pemerintahan Kabupaten Gorontalo yang merupakan kesatuan masyarakat hukum Limo Lo Pohala'a dengan empat unsur yakni wilayah, rakyat, pemerintah dan kedaulatan.

Masjid Agung Limboto ini dibangun dua lantai, tangga akses ke lantai dua ditempatkan di beranda depan masjid. Lantai dua masjid ini dibangun sebagai lantai mezanin yang berada di bagian belakang, sisi kiri dan kanan ruang sholat utama. Bagian cukup unik dari masjid ini dengan adanya kolam ikan yang ditutup dengan kaca tebal menyatu dengan lantai, letaknya diantara selasar dengan beranda. shalat rutin, Masjid Baiturrahman juga memiliki beberapa aktivitas rohani lainnya, seperti pelaksanaan hari-hari besar Islam, majelis taklim, TPA, perpustakaan, dan sebagainya.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga