Terapung. Masjid AGung Osman Al-Khair atau Masjid Kebaikan Oesman terlihat seakan akan mengapung di atas air laut di lepas pantai Sukadana kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. |
Tak salah bila masjid satu ini
telah menjadi objek wisata baru di kabupaten Kayong Utara sejak diresmikan.
Tidak sekedar bangunannya yang memang menawan dipandang mata namun juga
pemilihan lokasi tempatnya dibangun membuatnya memang menghadirkan keindahan yang
tak ditemukan disemua bangunan masjid. Sebagian besar bangunan masjid berwarna
putih itu dibangun di atas air laut, sehingga bangunan tampak melayang di atas
air jika dilihat dari kejauhan. Tak pelak keindahan tersebut menjadikan masjid
ini sebagai ikon baru Kayong Utara dan merupakan salah satu masjid termegah di
Provinsi Kalimantan Barat.
Masjid Agung Oesman Al-Khoir nama
masid ini, dibangun oleh di atas lahan wakaf dari Bpk Oesman Sapta Odang (Wakil
Ketua MPR RI). Pembangunanya menghabiskan dana senilai Rp. 38 Miliar yang
berasal dari dana patungan dari Oesman Sapta Odang sebesar Rp. 11 Milyar, dana
corporate social responsibility (CSR) delapan BUMN sebesar Rp. 12 Milyar dan anggaran
Pemerintah Kabupaten Kayong Utara dan swadaya masayarakat kayong Utara.
Masjid
Agung Oesman Al-Khoir
Pulau Datok, Desa Sutera, Kecamatan Sukadana
Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat
Indonesia.
Pembangunan masjid ini dimulai
dengan peletakan batu pertama pada Idhul Adha, Bulan Oktober 2012 yang juga
turut dihadiri oleh Oesman Sapta Odang. Proses pembangunannya memakan waktu
selama 3 tahun 7 bulan dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 15
Oktober 2016, ditandai dengan penandatangan prasasti. “Ini merupakan masjid
terapung yang indah dan megah dengan latar belakang laut," demikian puji
Presiden Jokowi saat peresmian.
Masjid Oesman
Al-Khoir berukuran 50 x 50 meter dan mampu menampung hingga 3000 jemaah sholat
sekaligus, sedangkan untuk acara tabligh akbar dapat menampung hingga 5000
jemaah sekaligus. Dibangun dengan gaya arsitektur yang unik, mengikuti desain
arsitektur masjid di Arab Saudi. Namun, lebih spesifik interior dan
eksteriornya, mengikuti masjid-masjid di Maroko. Sedangkan kaligrafi yang
menghiasai interior masjid didesain oleh imam Masjid Agung Yogyakarta. Untuk
membuatnya “mengapung” di atas air laut, tiang tiang pancang masjid ini
ditancapkan hingga sedalam 23 meter.
Senja jatuh di Masjid Oesman |
Tentang nama masjid ini, sebagaimana
dijelaskan oleh Bupati Kayong Utara Hildi Hamid pemilihan nama “Masjid Oesman Al-Khoir”
untuk masjid ini memang merujuk kepada nama dari Oesman Sapta Odang yang telah
“berbaik” hati menghibahkan lahan untuk pembangunan masjid ini serta memberi
bantuan dana pembangunan.
Keindahan Berbalut Makna
Makna Islami dan adaptasi budaya lokal,
terakulturasi dalam arsitektur masjid ini. Masjid ini memiliki sembilan kubah.
Ada satu kubah besar. Kubah ini menandakan Kubah Rasullulah. Ada kubah
berjumlah empat. Maknanya, menandakan keempat Sahabat Rasul. Yaitu, Abubakar,
Umar, Usman dan Ali. Empat kubah itu dikelilingi empat kubah lagi. Empat kubah
ini menandakan empat mahzab. Yakni, Mahzab Hambali, Hanafi, Maliki dan Syafii.
Total kubah berjumlah sembilan tersebut, melambangkan Wali Songo, penyebar
agama Islam di Indonesia.
Presiden Joko Widodo saat peresmian Masjid Oesman Al-Khair di dampingi oleh Oesman Sapta Odang (sebelah kanan foto) |
Filosofi lain, masjid ini
terapung di laut. Hal itu menyiratkan makna, asal usul masyarakat Kayong Utara
merupakan masyarakat pelaut. Masyarakat nelayan. Masyarakat bahari yang
menjunjung tinggi filosofi kebahariannya. Artinya, suka dengan tantangan dan
mendambakan kemajuan.
Dan faktanya Peresmian Masjid Agung Kayong Utara oleh
Presiden Joko Widodo juga merupakan bagian dari kunjungan beliau meresmikan
Festival Bahari bertajuk “Festival Sail Selat Karimata” yang dipusatikan di
Pantai Laut Datok, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Festival Sail
ini adalah acara tahunan yang menjadi primadona bagi para anak muda pecinta
traveling, dunia bahari, dan kegiatan sosial. ***
No comments:
Post a Comment