Saturday, November 26, 2016

Masjid Terapung Oesman Al Khair Kayong Utara

Terapung. Masjid AGung Osman Al-Khair atau Masjid Kebaikan Oesman terlihat seakan akan mengapung di atas air laut di lepas pantai Sukadana kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Tak salah bila masjid satu ini telah menjadi objek wisata baru di kabupaten Kayong Utara sejak diresmikan. Tidak sekedar bangunannya yang memang menawan dipandang mata namun juga pemilihan lokasi tempatnya dibangun membuatnya memang menghadirkan keindahan yang tak ditemukan disemua bangunan masjid. Sebagian besar bangunan masjid berwarna putih itu dibangun di atas air laut, sehingga bangunan tampak melayang di atas air jika dilihat dari kejauhan. Tak pelak keindahan tersebut menjadikan masjid ini sebagai ikon baru Kayong Utara dan merupakan salah satu masjid termegah di Provinsi Kalimantan Barat.

Masjid Agung Oesman Al-Khoir nama masid ini, dibangun oleh di atas lahan wakaf dari Bpk Oesman Sapta Odang (Wakil Ketua MPR RI). Pembangunanya menghabiskan dana senilai Rp. 38 Miliar yang berasal dari dana patungan dari Oesman Sapta Odang sebesar Rp. 11 Milyar, dana corporate social responsibility (CSR) delapan BUMN sebesar Rp. 12 Milyar dan anggaran Pemerintah Kabupaten Kayong Utara dan swadaya masayarakat kayong Utara.

Masjid Agung Oesman Al-Khoir
Pulau Datok, Desa Sutera, Kecamatan Sukadana
Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat
Indonesia.


Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada Idhul Adha, Bulan Oktober 2012 yang juga turut dihadiri oleh Oesman Sapta Odang. Proses pembangunannya memakan waktu selama 3 tahun 7 bulan dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Oktober 2016, ditandai dengan penandatangan prasasti. “Ini merupakan masjid terapung yang indah dan megah dengan latar belakang laut," demikian puji Presiden Jokowi saat peresmian.

Masjid Oesman Al-Khoir berukuran 50 x 50 meter dan mampu menampung hingga 3000 jemaah sholat sekaligus, sedangkan untuk acara tabligh akbar dapat menampung hingga 5000 jemaah sekaligus. Dibangun dengan gaya arsitektur yang unik, mengikuti desain arsitektur masjid di Arab Saudi. Namun, lebih spesifik interior dan eksteriornya, mengikuti masjid-masjid di Maroko. Sedangkan kaligrafi yang menghiasai interior masjid didesain oleh imam Masjid Agung Yogyakarta. Untuk membuatnya “mengapung” di atas air laut, tiang tiang pancang masjid ini ditancapkan hingga sedalam 23 meter.

Senja jatuh di Masjid Oesman

Tentang nama masjid ini, sebagaimana dijelaskan oleh Bupati Kayong Utara Hildi Hamid pemilihan nama “Masjid Oesman Al-Khoir” untuk masjid ini memang merujuk kepada nama dari Oesman Sapta Odang yang telah “berbaik” hati menghibahkan lahan untuk pembangunan masjid ini serta memberi bantuan dana pembangunan.

Keindahan Berbalut Makna

Makna Islami dan adaptasi budaya lokal, terakulturasi dalam arsitektur masjid ini. Masjid ini memiliki sembilan kubah. Ada satu kubah besar. Kubah ini menandakan Kubah Rasullulah. Ada kubah berjumlah empat. Maknanya, menandakan keempat Sahabat Rasul. Yaitu, Abubakar, Umar, Usman dan Ali. Empat kubah itu dikelilingi empat kubah lagi. Empat kubah ini menandakan empat mahzab. Yakni, Mahzab Hambali, Hanafi, Maliki dan Syafii. Total kubah berjumlah sembilan tersebut, melambangkan Wali Songo, penyebar agama Islam di Indonesia.


Presiden Joko Widodo saat peresmian Masjid Oesman Al-Khair di dampingi oleh Oesman Sapta Odang (sebelah kanan foto)

Filosofi lain, masjid ini terapung di laut. Hal itu menyiratkan makna, asal usul masyarakat Kayong Utara merupakan masyarakat pelaut. Masyarakat nelayan. Masyarakat bahari yang menjunjung tinggi filosofi kebahariannya. Artinya, suka dengan tantangan dan mendambakan kemajuan. 

Dan faktanya Peresmian Masjid Agung Kayong Utara oleh Presiden Joko Widodo juga merupakan bagian dari kunjungan beliau meresmikan Festival Bahari bertajuk “Festival Sail Selat Karimata” yang dipusatikan di Pantai Laut Datok, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Festival Sail ini adalah acara tahunan yang menjadi primadona bagi para anak muda pecinta traveling, dunia bahari, dan kegiatan sosial. ***

No comments:

Post a Comment