Sunday, May 26, 2019

Masjid Agung Al Falah Nabire, Provinsi Papua Tengah

Masjid kebanggaan masyarakat Nabire masih dengan ornamen mimbar tilawah untuk MTQ tahun 2018.

Masjid Agung Al Falah Nabire adalah masjid terbesar di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Pembangunan masjid ini dimulai sejak tahun 2004 yang lalu. Keberadaan masjid Agung Al Falah ini menjadi sangat penting sebagai simbol eksistensi muslim di Nabire dan menjadi pusat aktivitas ke Islaman disana.
 
Kabupaten Nabire adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Tengah, terletak di punggung Pulau Papua menghadap ke luat teluk Cendrawasih. Disebelah utara berbatasan laut dengan kabupaten Kepulauan Yapen, Sebelah timur berbatasan darat dengan Kabupaten Intan Jaya, Paniai dan Deiyai, disebelah selatan berbatasan darat dengan kabupaten Dogiyai, sedangkan disebelah barat berbatasan darat dengan provinsi Papua Barat. Kabupaten Nabire ber-ibukota di Kota Nabire. 

Masjid Agung Nabire
Jalan Merdeka Legari Jaya, Legari Jaya
Kec. Nabire, Kabupaten Nabire, Papua Tengah


Kabupaten Nabire juga memiliki wilayah di beberapa pulau yang berada di laut Teluk Cendrawasih. Jumlah penduduk kabupaten Nabire berjumlah 145.101 jiwa (2017). Pada tanggal 6 Februari 2004, terjadi gempa bumi yang kemudian disusul pada tanggal 26 November 2004 di Nabire, gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang daerah ini.

Masyarakat Muslim di Nabire berasal dari berbagai provinsi, khususnya para transmigrasi yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa TImur, Jawa Barat, Gorontalo, Padang, Makassar dll selain dari masyarakat Muslim setempat termasuk dari Biak Numfor. Komposisi di kota antara Muslim dan non-Muslim kisaran 60:40 persen, dan kehidupan antar pemeluk agama di kabupaten Nabire terjalin sangat baik.

Megah dan besar, Alhamdulillah.
Pembangunan masjid ini memakan waktu cukup lama karena masalah dana. Panitia pembangunan sempat meminta bantuan dari kaum muslimin dimanapun berada untuk membantu pembiayaan pembangunan masjid ini melalui rekening Bank Mandiri 154-000-240838-7 atas nama Panita Pembangunan Masjid Al-Falah Kab. Nabire

Sebagai Masjid Agung Kabupaten, Masjid Agung Al Falah Nabire ini menjadi tempat utama aktivitas ke Islaman tingkat kabupaten Nabire, Seperi pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an tingkat kabupaten Nabire. Seperti pelaksanaan MTQ Nabire pada bulan maret 2014 yang lalu yang dibuka langsung oleh bupati Nabire Nabire Isaias Douw S.Sos.

Suasana sholat Idul Fitri di dalam Masjid Agung Al Falah Nabire.

Tahun 2018, Masjid Agung Al-Falah Nabire menjadi tuan rumah pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXVII Tingkat Provinsi Papua Tahun 2018 yang berlangsung meriah (seiring dengan pemekaran provinsi Papua, sejak tahun 2022 Nabire menjadi Ibukota Provinsi Papua Tengah). Demikian juga dengan peringatan Maulid Nabi dan peringatan hari hari besar Islam lainnya dipusatkan di Masjid Agung Al Falah ini.

Masjid Agung Al Falah Nabire tentu saja menjadi pusat pelaksanaan ibadah sholat Idul fitri dan Idul Adha. Pada hari raya Idul Adha 1429H/22 Agustus 2018 yang lalu masjid Agung Al Falah ini menyembelih  sebanyak 215 ekor hewan kurban, terdiri dari 199 ekor sapi dan 16 ekor kambing, dari jumlah hewan Qurban tersebut 1 ekor sapi merupakan sumbangan dari Presiden Joko Widodo. (Updated 4 Juli 2023)***

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid di Papua lainnya

Saturday, May 25, 2019

Masjid Agung Praya, Lombok Tengah

Masjid Agung Praya (foto dari IG@sjulifri27)
Masjid Agung Praya adalah masjid agung kabupaten Lombok Tengah yang dibangun di Praya sebagai Ibukota kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat. Masjid Agung Praya dibangun tahun 2000 dan berdaya tampung hingga sepuluh ribu jemaah sekaligus, menjadikannya sebagai salah satu masjid terbesar di Nusa Tenggara Barat.

Dari catatan sejarah yang dihimpun pengurus Masjid Agung, masjid terbesar di Gumi Tatas Tuhu Trasna itu berdiri sejak 1979. Bangunannya kala itu, tidak sebesar seperti saat ini. Hanya berwujud mushola. Namun, lahannya cukup luas mencapai empat hektar. Lahan bangunan masjid kala itu adalah kebun tebu.


Berdirinya Masjid Agung, berawal dari kepemimpinan bupati Lalu Sri Gede, ayah Danrem 162/Wirabhakti Kolonel CZI Lalu Rudy Irham Srigede. Saa itu, fokus program kerjanya adalah memperluas infrastruktur jalan di Kota Praya, pembangunan perkampungan dan sarana dan prasaran pendukung masyarakat.

Salah satunya, sarana rumah ibadah yaitu Masjid Agung. Lahan yang digunakan sendiri merupakan lahan milik pemerintah yang dikelola secara swadaya pengurus masjid kala itu. Hingga, seiring perkembangan waktu masjid berubah wujud. Perubahan terjadi sejak tampuk kepemimpinan Bupati HL Wiratmaja atau akrab disapa Miq Ngoh, tepatnya pada 2005.

Pada tahun itu, masjid tersebut dijadikan icon di Loteng sebagai masjid terbesar. Gelontoran anggaran dikucurkan pemerintahan Miq Ngoh. Termasuk sumbangan pihak ketiga dan masyarakat. Dasar pembangunan masjid telah diletakkan pemerintahan sebelumnya. Hingga sekarang, masjid itu berdiri kokoh.

Masjid Agung Praya (foto dari lomboksumbawa.travel)
Di tangan pemerintahan Bupati HM Suhaili, masjid direnovasi. Tepatnya Oktober 2014 lalu. Tidak tanggung-tanggung, Suhaili menyiapkan anggaran sebesar Rp 8 miliar lebih untuk mempercantik masjid ini. Dana ini, diperoleh dari sumbangan masyarakat Loteng, pihak ketiga, sumbangan sukarela PNS dan bantuan pemerintah melalui APBD sebesar Rp 2 miliar lebih.

Sebagai kekuatan yuridis dan menjadi catatan sejarah kemudian hari. Bupati HM Suhaili pun mengeluarkan surat keputusan (SK) kepengurusan Masjid Agung. Hingga dipilih Supardan menampuk posisi sebagai ketua yayasan. Sejak SK itu diterbitkan, Supardan pun bertekat wajah Masjid Agung harus berubah, dari suasana yang terkesan tidak terawat menjadi indah, asri dan nyaman.

Masjid Agung ini terlihat begitu megah, bermotif putih dan kombinasi biru tua di bagian kubahnya. Hamparan rumput di halamannya juga luas, dominasi warna putih di bagian dindingnya, menjadikan nuansa Masjid Agung ini begitu sejuk.

Interior Masjid Agung Praya, Lombok Tengah.

Kunjungan Presiden Joko Widodo

Presiden Joko Widodo pernah singgah ke masjid ini untuk menunaikan sholat Jum’at pada bulan April 2015 yang lalu dalam rangkaian kunjungan kerja beliau di provinsi Nusa Tenggara Barat. Saat itu beliau dalam perjalanan dinas untuk menghadiri peresmian Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Nusa Tenggara Barat.

MTQ Nasional ke XXVI di Masjid Agung Praya

Di bulan Agustus 2016 yang lalu, Masjid Agung Praya di Lombok Tengah ini menjadi salah satu venue pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an Nasional yang diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada kesempatan tersebut tampil 24 qori dan qoriah per hari yang berasal dari berbagai daerah.

Pelaskanaan MTQ tersebut mendapat sambutan meriah dari masyarakat setempat dan terbilang sukses, lancar dan tertib. Cukup menarik bahwa pada pelaksanaan tersebut panitia sempat diminta tambahan pengeras suara dari masyarakat sekitar, dengan harapan, lantunan ayat-ayat Alquran yang dibacakan peserta MTQ terdengar dari jauh, khususnya warga lingkar Masjid Agung.***

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga Masjid di NTB lainnya


Sunday, May 19, 2019

Masjid-e-Jafria, Kashmir, Masjid di tempat paling dingin di dunia

Masjid-e-Jafria, Dras, Jammu & Kashmir dengan gunung bersalju di latar belakangnya (foto google)

Masjid ini bernama Masjid-e-Jafria atau Hanfia Jamia Masjid, di google map masjid ini ditandai dengan nama “Post Office & Hanfia Jamia Masjid”, adalah masjid yang berada di daerah Dras, wilayah Jammu and Kashmir, India. Dras merupakan gerbang menuju Ladakh, Ladakh adalah perhentian terahir bagi para pendaki yang akan menuju ke pegununungan Himalaya, puncak tertinggi di muka bumi.

Dras berada di ketinggian 3280 meter dari permukaan laut, menjadikan masjid ini sebagai salah satu masjid di lokasi tertinggi di bumi, “masjid di negeri atap dunia”. Kashmir, Nepal dan Tibet sering disebut sebagai negeri di atap dunia karena saking tingginya.



Dras juga tercatat sebagai kawasan dengan suhu terendah kedua di bumi setelah Siberia di Russia. Tanggal 23 Maret 2011 lalu suhu di Dras mencapai rekor baru yang mencapai hingga 60 derajat selsius dibawah nol. Suhu yang benar benar membeku. 23 Maret 2011, suhu di Dras mencapai suhu terendah sepanjang sejarah hingga minus 60 derajat di bawah nol (foto dari mendiang panoramio)

Penduduk Dras mayoritas beragama Islam dan ada sedikit yang beragama Budha. Dras sudah sejak lama terkenal sebagai satu satunya jalur pendakian menuju Ladakh, karena nya kawasan ini sering disebut sebagai “gateway to Ladakh” dan penduduk setempat kerap kali disebut sebagai “the guardians of Ladakh’s gateway”.

Salju menutup wilayah Drass dengan suhu terendah pada 23 Maret 2011

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga