Wednesday, December 12, 2018

Masjid Nurul Iman, Blok M Square Jakarta

Masjid Nurul Iman Blok M Square Mall, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Masjid Nurul Iman adalah masjid yang berada di lantai atap (lantai 7)  Mall Blok M Square di kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Masjid ini dibangun dari dana para pedagang yang dibangun dengan dana dari para pedagang di Blok M Square dan jamaah pengunjung, Masjid Nurul Iman.

Secara harfiah Nurul Iman berarti Cahaya Iman, keberadaan Masjid Nurul Iman di puncak gedung pusat perbelanjaan Blok M Square ini seolah menjadi penerang kawasan tersebut. Tidak hanya lokasinya yang unik namun masjid ini dibangun sebagai sebuah masjid sesungguhnya selayaknya masjid yang dibangun di atas tanah.


.
Masjid ini dibangun dengan amat megah, lapang, beserta fasilitas yang sangat memadai. Konsep arsitektur masjid di lantai 7 Blok M Square ini menyerupai Masjid Haram di Makkah. Sejak di halaman masjid, Jemaah disambut oleh miniatur Ka’bah, yang dibangun di area masjid ini ditujukan untuk kegiatan manasik haji.
.                                                                    
Masjid Nurul Iman tampak sederhana saja dengan kubah-kubah kecil di beberapa sudut bangunan. Detail lancip pada kubah, teras, dinding, dan perpaduan warna pada bagian relung masjid ini lebih mengingatkan pada gaya istana Persia.
.
Masjid Nurul Iman di lantai atap Blok M Square, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pintu masjid yang unik dengan ukiran dan sekaligus berfungsi sebagai ventilasi udara. Ruang ibadah Masjid Nurul Iman sanggup menampung sekitar 3.000 jamaah. Bagian dalam ruang masjid ini cukup lapang, dengan karpet yang nyaman untuk beribadah. 

Langit-langit masjid, khususnya bagian kubah yang merelung, dihiasi dengan lukisan awan dan sebuah lampu hias yang menggantung indah di tengahnya. Masjid Nurul Iman memiliki jadwal kajian rutin yang senantiasa dipadati Jemaah.

Blok M Square, anda bisa lihat kubah ke emasan tampak mungil di atap bagian belakang gedung mall tersebut.

foto dari akun IG @hendrajailani

Saturday, July 14, 2018

Masjid Agung Sholihin Kayu Agung

Masjid Agung Sholihin Kayu Agung.

Masjid Agung Sholihin Kayu Agung adalah masjid agung kabupaten Ogan Komering Ilir, provinsi Sumatera Selatan. Masjid ini berada di Kelurahan Sidakarsa, kota Kecamatan Kayu Agung ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir. Lokasi masjid ini persis bersebelahan dengan pendopo kabupaten sekaligus kediaman atau rumah dinas Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Lokasi masjid ini juga berada ditepian sungai komering yang melintasi kota Kayu Agung, sebuah taman dibangun di tepi sungai ini tak jauh dari masjid dan dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Taman Love yang menjadi tempat pavorit warga di senja hari termasuk menunggu waktu berbuka puasa.

Masjid Agung Sholihin Kayuagung
Kayuagung, Sidakersa, Kota Kayu Agung
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan 30615



Merujuk kepada data kementrian agama, masjid Agung Solihin Kayu Agung ini dibangun tahun 1948, diatas lahan wakaf seluas 1000 meter persegi dengan luas bangunan 500 meter persegi dan terdaftar dengan nomor induk masjid 01.2.06.02.04.000003.

Masjid Agung Solihin merupakan masjid terbesar di Kayu Agung sekaligus menjadi pusat aktivitas Ke-Islaman tingkat kabupaten Ogan Komering Ilir. Selama bulan suci Romadhon masjid ini begitu meriah dengan beragam aktivitas ummat.

Interior Masjid Agung Sholihin Kayu Agung.

Sholat Tarawih di masjid ini digelar 23 roka’at dan biasanya satu malam bacaan imamnya menghabiskan satu juz hafalan Al-Qur’an. Sedangkan untuk sholat Jum’at,dimasjid ini melantunkan dua kali azan sama seperti kebanyakan masjid masjid lainnya.

Arsitektur masjid ini banyak dipengaruhi oleh  gaya bangunan di awal kemerdekaan, sentuhan Eropa terlihat menyolok dibeberapa bagian termasuk penggunaan pilar pilar beton di dalam masjid, bentuk batang menaranya yang mirip dengan sebuah mercusuar namun ada sedikit sentuhan lokal pada bagian bangun kubah utamanya.

Masjid Agung Sholihin dari arah gerbang.

bagian atap masjid ini dihias beberapa bentuk kubah yang berdiri diatas tatakan kubah menyerupai menara menara pendek di atap masjid. Satu kubah dengan kerangka penopang yang cukup unik terlihat pada kubah di atas bangunan mihrab.

Halaman parkir masjid ini cukup luas di dalam pagar masjid. hanya ada satu akses untuk kendaraan yakni dari pintu gerbang utama yang menghadap ke jalan raya di tepi sungai sementara akses untuk pejalan kaki juga tersedia di sisi ruas jalan yang menghadap ke pendopo kabupaten.

Tersedia keran air untuk berwudhu di pelataran parkir dengan bentuk bentuk yang cukup unik, sedangkan kamar mandi toilet dan tempat wudhu utama berada di bagian belakang masjid sisi utara, di area tersebut juga terdapat sebuah beduk berukuran besar.

-----------------------------------
Follow akun instagram kami di @masjidinfo |  @masjidinfo.id  | @hendrajailani
------------------------------------

Baca Juga



Sunday, March 11, 2018

Masjid Agung Sukabumi


Kota Sukabumi sudah memiliki masjid agung sejak ahir abad ke 18, bangunan masjid agung yang lama kemudian direnovasi ke bentuknya yang baru seperti terlihat saat ini. Mulai di renovasi tahun 2012 dan diresmikan tahun 2013.
Di Kota Sukabumi, masjid yang paling besar dan tertua yakni Masjid Agung Sukabumi yang terletak di Kelurahan Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Lokasinya cukup strategis karena berada dekat dengan Pendopo Negara Kabupaten Sukabumi, Alun-Alun kota, dan pusat perbelanjaan di Sukabumi. Cukup menarik bahwa masjid Agung Sukabumi ini berdiri berdekatan dengan Gereja Sidang Kristus, yang merupakan tempat ibadah umat Kristen Protestan, menunjukkan bahwa kerukunan antar umat beragama di Sukabumi terjalin sangat baik.

Berdasarkan kisah tutur masayarakat setempat, masjid Agung Kota Sukabumi ini dibangun diatas tanah wakaf dari Ahmad Juwaeni di penghujung abad ke 19, dan masjid ini menjadi tempat dikibarkannya bendera merah putih untuk pertama kali di wilayah Sukabumi, meski tidak jelas benar sejak tahun berapa masjid ini pertama kali dibangun.

Masjid Agung Kota Sukabumi
Jl. Alun - Alun Utara, Cikole, Gunungparang
Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43111



Sejarah Awal Masjid Agung Kota Sukabumi

Diperkirakan masjid tersebut sudah berdiri pada akhir abad ke 19. Hal ini dibuktikan dengan bukti foto atau dokumentasi masjid pada 1890 masehi. Masjid Agung Sukabumi menjadi satu-satunya masjid yang berdiri di tengah Kota Sukabumi hingga akhir abad ke 19. Bangunan masjid lainnya baru bermunculan setelah memasuki abad ke 20. Di masa kolonial, masjid ini menjadi sentra perjuangan warga Sukabumi menghadapi para penjajah.

Selama berdiri hingga 2015, Masjid Agung Sukabumi sudah mengalami pemugaran dalam skala besar sebanyak enam kali. Pelaksanaan pemugaran dilakukan pada 1900, 1936, 1945, 1975, 2004, dan 2012. Pemugaran terahir hingga ke bentuknya saat ini dilakukan tahun 2012 dan selesai tahun 2013.

Masjid Agung Kota Sukabumi dengan tampilan baru ini begitu megah dengan polesan warna kuning emas pada kubahnya.

Renovasi Tahun 2013

Renovasi terahir Masjid Agung Kota Sukabumi ini dilaksanakan dengan peletakan batu pertama pembangunannya oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan Ahmad Heryawan dan Walikota Sukabumi, Mokh Muslikh Abdussyukur, pada tanggal 18 Februari 2012. Peresmian Masjid Agung Sukabumi setelah pemugaran terakhir dilakukan pada 12 Mei 2013, juga dilakukan oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Wali Kota Sukabumi, Mokh Muslikh Abdussyukur.

Bangunan masjid yang baru ini didesain oleh pemenang sayembara desain masjid yakni artsitek asal Bandung, Dedi Sudharmanwan. Saat ini bangunan masjid terlihat megah dengan kubah berwarna kuning keemasan. Uniknya, ada ornamen senjata khas Jabar yakni kujang di tiap menaranya. Hal ini menunjukkan perpaduan antara Islam denga budaya lokal.

Aerial View Masjid Agung Kota Sukabumi (foto dari akun instagram @fsiposeno)
Pada saat diremikan pembangunan masjid ini belum rampung seluruhnya, baru mencapai 94%. Sebagai masjid agung kota, Ketua DKM masjid ini dijabat oleh Walikota Sukabumi, Mokh Muslikh Abdussyukur, beliau juga yang menjadi tokoh sentral pemugaran terahiar masjid Agung Kota SUkabumi ini yang dalam proses pembangunannya juga sempat terganggu akibat kemacetan lalu lintas di ruas jalan Jakarta-sukabumi yang mengganggu pasokan bahan bangunan untuk pembangunan masjid ini.

Merujuk kepada penjelasan walikota Sukabumi pada saat peresmian, pemugaran masjid Agung Kota Sukabumi ini menghabiskan dana puluhan milyar rupiah berasal dari gotong royong semua warga dan pemerintahan Kota Sukabumi. Salah satunya melalui gerakan wakaf uang (Gawang). Selain itu, pembangunan masjid ini pun mendapatkan bantuan dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Interior Masjid Agung Sukabumi, juga di dominasi warna kuning emas.

Sumber dana pembangunan

Perkiraan awal pembangunan masjid ini membutuhkan dana sebesar Rp. 25 Milyar Rupiah. Dana tersebut berasal dari Gubernur Jawa Barat sebesar Rp9 milyar, APBD Kota Sukabumi Rp1 miliar dan sumbangan masyarakat Rp3 miliar. Dana tersebut ditambah lagi dari APBD Kota Sukabumi perubahan Rp2,5 miliar, dan rencananya ada sumbangan lagi dari Gubernur sebesar Rp8 miliar. Sedangkan sisanya sekitar Rp2 miliar, didapat dari sumbangan masyarakat dan juga dana dari para Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Arsitektur Masjid Agung Kota Sukabumi

Rancangbangun masjid Agung Kota Sukabumi paska renovasi tahun 2013 masih mempertahankan pola bangunan masjid sebelumnya dengan bangunan induk berkubah bundar ditambah empat menara di ke empat penjurunya, meski bentuknya secara keseluruhan berubah total.

Rancangan ruang mihrabnya minimalis, tidak terlalu banyak detil ornamen, namun tampak anggun.
Dirancang sebagai bangunan masjid modern, dengan kubah utama berukuran cukup besar ditambah kubah bundar berukuran lebih kecil di bagian berandanya. Warna emas mendominasi kubah masjid ini. Empat menaranya juga mendapatkan sentuhan warna emas disisi bagian atasnya, beberapa ornamen eksterior masjid jugamendapatkan sentuhan warna yang sama.

Yang paling menarik dan menjadi ciri khas masjid ini adalah bagian puncak menaranya yang tidak menggunakan kubah tapi menggunakan bentuk dasar bilah Kujang yang merupakan senjata khas masyarakat Sunda, yang di susun simetris menyerupai sebuah kubah. Ornamen ini cukup menarik karena tak ditemukan di masjid lain di Jawa Barat.

Interior masjid juga di dominasi dengan warna emas, pada empat pilar besarnya, langit langit hingga bagian mihrabnya, dipadu dengan penggunaan warna dasar putih. Lafazd Allah dalam bentuk sederhana ditempatkan di dinding kiblat di dalam mihrab berlatar warna gelap. Sementara karpet masjid ini di dominasi warna merah, karpet yang dipesan khusus disesuaikan dengan rancangan dan denah ruang masjid, empuk dan indah.[updated 11 Juni 2019]***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga


Saturday, March 10, 2018

Masjid Agung Al-Huda Tembilahan


Masjid Raya Al-Huda Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Tembilahan adalah kota kecamatan yang merupakan pusat pemerintahan kabupaten Indrahiri Hilir di provinsi Riau. Kota tua di pinggiran sungai Indragiri yang menawan. Sesuai dengan namanya, kabupaten Indragiri Hilir ini memang berada di bagian hilir Sungai Indragiri yang mengalir dari kabupaten Indragiri hulu, melewati kota Tembilahan dan bermuara ke Laut Cina Selatan di perairan kabupaten Lingga.

Sebagai ibukota kabupaten, Tembilahan memiliki sebuah masjid Raya yang cukup megah. Masjid Raya Al-Huda, lokasinya sangat menarik perhatian karena berada di tepian sungai Indragiri. Seperti kita ketahui bersama sebagaian besar perjalanan sejarah kota kota di Indonesia pada masa lalu menyandarkan sarana transportasi sungai dalam kehidupan kesehariannya, maka wajar bila kemudian fasilitas fasilitas umum pun lokasi nya tak jauh dari alur sungai.

Masjid Agung Al-Huda Tembilahan
Jl. Jenderal Sudirman, Tembilahan Kota
Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau 29214
riaugnn.com




Lokasinya yang berada di tepian sungai Indragiri ini menghadirkan pemandangan tersendiri bagi kota Tembilahan, bila dipandang dari arah sungai atau dari seberang sungai. Tampak kota tembilahan dengan latar depan Masjid Agung Al-Huda dengan kubah besar dan empat menaranya yang menjulang.

Masjid Raya Al-Huda Tembilahan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 1900-an dengan konstruksi bangunan dari kayu yang menggunakan atap sirap (atap yang terbuat dari kayu ulin). Kala itu masjid ini merupakan satu-satunya Masjid yang berada dikota Tembilahan, sehingga menjadi menjadi pusat kegiatan keagamaan kaum muslimin dan muslimat untuk kota Tembilahan dan sekitarnya.

Pembangunan masjid tersebut menggunakan biaya yang berasal dari sumbangan wakaf, infaq dan sedekah dari kaum muslimin dan muslimat yang berada di kota Tembilahan dan sekitarnya.

Masjid Raya Al-Huda Tembilahan dari masa ke masa.

Masjid ini dibangun dengan biaya yang berasal dari sumbangan waqaf, infaq, dan shadaqah dari kaum muslimin dan muslimat yang berada di Kota Tembilahan dan sekitarnya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan masjid yang lebih besar untuk menampung Jemaah yang semakin bertambah masjid ini mengalami beberapa kali renovai dan perluasan. Perombakan pertama dlakukan ditahun 1935, kemudian dilakukan perombakan lagi di tahun 1968 dan terahir tahun 1994. Bangunan mengah yang kini berdiri merupakan hasil pembangunan di tahun 1994 tersebut.

Perombakan tahun 1994 juga menambahkan bangunan kantor Yayasan Al-Huda dan kantor Pengurus Masjid Al-Huda, kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Indragiri Hilir dan ruang perpustakaan MUI dan MAsjid Al-Huda, lantai atas Masjid Al-Huda dipergunakan untuk kegiatan Tahfizil Quran, Taman Pengajian Al-Quran dan kegiatan Remaja Masjid Al-Huda.

Peresmian pemakaian Masjid Agung Al-Huda Tembilahan dilakukan oleh Bapak Drs H. Azwin Yacub ( Bupati Indragiri Hilir) pada tanggal 12 Januari 1999 bersamaan dengan tanggal 24 Ramadhan 1419H.

Referensi



Baca Juga