Sunday, June 25, 2017

Masjid Agung Baitur Rahman Ngawi


Masjid Agung Baiturrahman Kabupaten Ngawi.


Masjid Agung Baiturrahman merupakan masjid agung kabupaten Ngawi yang berada di sisi barat dari alun-alun kota Ngawi. Masjid Agung Ngawi merupakan satu dari masjid agung kabupaten di Indonesia yang masih mempertahankan arsitektur masjid asli Indonesia dalam senibina bangunannya meski bangunan yang kini berdiri dibangun tahun tahun 2010.

Masjid Agung Baiturahman Kabupaten Ngawi pertama kali didirikan oleh Bupati Ngawi ke enam, Raden Mas Tumenggung Brotodiningrat pada hari Selasa Kliwon tanggal 25 Nopember 1879 M atau tanggal 10 Besar Tahun Be atau tanggal 10 Dzulhijjah 1296 H. Tetapi saat itu masjid belum diberi nama, dan orang-orang menyebut “Masjid Gedhe”. Data-data tersebut bersumber dari prasasti yang terukir dalam tulisan huruf Arab berbahasa Jawa dan Bahasa Arab pada papan kayu jati di atas pintu masuk dari ruang serambi ke ruang induk, menghadap ke timur.

Masjid Agung Baiturrahman Ngawi  
Margomulyo, Kec. Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur 63217



Penggunaan nama Baiturrahman baru dikukuhkan pada masa Bupati Soelardjo, dengan Surat Keputusan Nomor 68 Tahun 1988 tanggal 7 April 1988, menetapkan Masjid Agung Kabupaten Ngawi tersebut diberi nama “BAITUR-RAHMAN” yang berarti Rumah yang Penuh Kasih Sayang. Penetapan tersebut dilaksanakan setelah selesainya proses pemugaran besar besaran terhadap masjid tersebut

Selain terukir tulisan-tulisan tersebut, papan prasasti ini sangat mungkin juga dimasudkan sebagai hiasan, melihat gaya simetris yang tertuang dalam pahatan berlubang untuk lafadz “Bismillahirrahmanirrahiim” berupa unggas di kanan dan kiri bagian pinggir yang tentu saja menjadikan tulisannya yang satu terbalik, begitu juga halnya dengan tulisan “Muhammad” pada bagian tengah kanan dan kiri. 

Meskipun pintu asalnya semua yang merupakan bagian yang seolah menyatu dengan prasasti ini ikut dipugar, namun untuk pelestarian sejarah, prasasti tersebut tetap dalam ukuran aslinya dikembalikan pada tempatnya, yakni “direkatkan” pada tembok atau di pintu yang baru. 

Cahaya senja di Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
 
Kecuali prasasti yang menyatakan oleh siapa dan kapan masjid didirikan, terdapat pula prasasti yang terukir pada papan tebal kayu jati di atas lengkung gawang masuk ke Mimbar yang juga berukir dan terbuat dari kayu jati. Prasasti yang bertuliskan huruf Arab dan menghadap ke timur ini merupakan ‘pengingatan pembuatan mimbar pada Sabtu Pon tanggal 17 Jumadil awal 1810, bertepatan dengan tanggal 16 April 1881 Masehi atau tanggal 16 Jumadil awal 1298 Hijriah.

Masih pada mimbar ini, di bagian belakang menghadap ke barat di belakang tempat duduk, tertulis prasasti yang terukir dengan huruf Arab berbahasa Jawa yang berarti Pengingatan penyelesaian pembuatan mimbar pada hari Sabtu Pahing tanggal 18 bulan Romadhon tahun Jimakhir 1298 tanggal 12/13 Agustus 1881.

Masih ada lagi satu prasasti pada logam tembaga yang berada di mustaka masjid atau hiasan yang dipasang dpuncak paling tinggi atap masjid. Tulisan yang juga merupakan ukiran dengan huruf Arab dan berbahasa Jawa itu terdapat pada bagian dalam dari Mustaka Tulisan itu bermakna “Pengingatan dinaikannya mustaka hari Jumat Kliwon saat jam 4 sore tanggal 1 Syawal tahun Jimakhir 1298 atau tanggal 26 Agustus 1881. Yang membuat mustaka Kanjeng Brotodiningrat. Urunan dari parandawa (?) 1421 kurang (?) dari 155). Lengkapnya tanggal/bulan dan tahunnya adalah 26 Agustus 1881 Masehi; 30 Romadhon 1298 H; 1 Syawal 1810 tahun Jawa Jimakir.

Interior Masjid Agung Baiturrahman Ngawi
 
Renovasi Masjid Agung Baiturrahman Ngawi

Masjid Agung Kabupaten Ngawi, telah mengalami beberapa kali perbaikan dan pemugaran antara lain: Tahun 1924, penggantian atap sirap bangunan induk dengan seng oleh Bupati Ngawi ke 10. Kemudian pembangunan serambi dan gapura dilaksanakan tahun 1977 oleh Bupati Soewojo
.
Tahun 1981Bupati Panoedjoe menambahkan ruang Jamaah wanita (pawastren) sekarang digunakan untuk ruang perpustakaan dan tempat wudhu wanita, dan pemasangan karpet hijau direkatkan pada tegel asli di ruang induk dan sebagian di ruang serambi tanpa dilem (tanpa direkatkan).

Pemugaran besar besaran dilakukan pada tahun 1986, oleh Bupati Soelardjo, dimulai pada hari Jumat Legi tanggal 18 Juli 1986 M atau tanggal 11 Dzulqa’dah 1406 H atau tanggal 11 Selo tahun Je dan selesai hari Jumat tanggal 15 April 1988 M, atau tanggal 27 Sya’ban 1408 H atau tanggal 27 Ruwah 1920 Be, yang peresmiannya dilakukan oleh H. Zahid Hussein. Dan setelah pemugaran tersebut ditaksir masjid dapat menampung 3000 orang

Mimbar Antik di Masjid Agung Baiturrahman Ngawi

Dalam pemugaran tersebut menelan beaya Rp 360.000.000,- (tiga ratus enam puluh juta rupiah) yang berasal dari Swadaya Masyarakat sebesar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan bantuan Presiden Rp 160.000.000,- (seratus enam puluh juta rupiah). Dan terahir kalinya, Masjid ini mengalami pembangunan kembali pada tahun 2007 s/d 2009 dan dibangun menjadi bentuk yang sekarang ini, dan kemudian diresmikan pemakaiannya oleh Gubernur Jawa Timur H. Sukarwo pada 26 Oktober 2010.

Dalam kaitannya dengan Perjuangan Bangsa dan Umat Islam Masjid Agung Baitur Rahman pernah berfungsi sebagai tempat penampungan dan perlindungan tokoh-tokoh umat Islam dari keganasan PKI pada waktu terjadinya Pemberontakan PKI akhir bulan September – awal bulan Oktober 1948.***


Saturday, June 24, 2017

Masjid Agung Baitussalam Kabupaten Magetan


Masjid Agung Baitussalam Magetan


Masjid Agung Baitussalam merupakan masjid agung di kabupaten Magetan, Jawa Timur. Lokasinya berada di ruas jalan Basuki Rahmat di pusat kota Magetan. Bangunan masjid megah bergaya modern ini merupakan hasil rehabilitasi dan pembangunan pada tahun 2012 yang lalu.

Sebagai masjid agung kabupaten, Masjid Agung Baitussalam Magetan ini berada di sisi barat alun alun Magetan berseberangan dengan Komplek Sekretariat Daerah kabupaten Magetan yang berada di sisi timur alun alun.

Masjid Agung Baitussalam Magetan
Jl. Basuki Rahmat Barat, Magetan
Kec. Magetan, Kabupaten Magetan
Jawa Timur 63361



Upacara peletakan batu pertama proyek rehabilitasi dan pembangunan masjid ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2012 oleh Bupati Magetan Drs. H. Sumantri MM. Proses pembangunan di tahun 2012 ini mengubah total masjid Agung Magetan yang sebelum nya telah berdiri di lokasi yang sama.

Bangunan masjid agung yang lama di runtuhkan dan kemudian dibangun ulang, Bangunan masjid sebelumnya penuh dengan nuansa masjid tradisional beratap joglo dilengkapi dengan satu menara. Sedangkan masjid baru saat ini seluruh ekteriornya menggunakan gaya bangunan masjid modern dengan kubah besar di atap masjid dan di apit dengan dua menara.

Masjid Agung Baitussalam Magetan sebelum renovasi tahun 2012
 
Masjid Agung Baitussalam Magetan dibangun dua lantai berbentuk mezanin mengelilingi ruang sholat utama. Beberapa tiang tiang beton berukuran besar berdiri kekar di ruang utama menopang struktur lantai dua dan struktur atap bangunan masjid. Kubah utama masjid ini begitu besar dan menjadi fitur utama di bagian dalam masjid.

Sisi dalam kubah utama masjid ini di bagian dalam masjid di hias dengan lukisan berpola geometris dan warna hijau kuning cerah mendominasi ruang dalam masjid. Mihrabnya di hias dengan keramik keramik juga berpola geometris dengan ukuran lebih kecil dan mengesankan ruang mihrab dan sisi kiblat yang sederhana, sama seperti mimbarnya yang berukuran kecil di dalam mihrab.***


Mihrab dan mimbar masjid agung baitussalam magetan
Interior Masjid Agung Baitussalam Magetan

Bangunan lama Masjid Agung Baitussalam Magetan saat diruntuhkan tahun 2012.


Sunday, June 18, 2017

Masjid Al-Mubarok Berbek, Tertua di Kabupaten Nganjuk


Bangunan baru masjid Al-Mubarok di sisi depan menutupi seluruh nya bangunan asli yang berada dibelakangnya.


Masjid Al-Mubarok adalah saah satu masjid tertua dan bersejarah di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Masjid ini juga biasa disebut dengan Masjid Yoni Al-Mubarok karena adanya Yoni Kuno di halaman masjid ini yang kemudian diubah suai menjadi sebuah jam matahari sebagai penunjuk waktu sholat. Selain itu masjid ini juga seringkali disebut sebagai masjid kanjeng Jimat merujuk kepada nama pembangunnya.

Masjid bersejarah ini terletak di Desa Ngrawen kecamatan Berbek, ±8km arah selatan kota Nganjuk. Kecamatan Berbek sendiri merupakan ibukota kabupaten Nganjuk, di kecamatan ini pula sejarah kabupaten Nganjuk bermula sebagai sebuah Kadipaten Berbek dibawah pemerintahan seorang adipati.

Masjid Al-Bubarik Berbek
no, Jl. Mayjen Supeno No.76, Ngrawan
Berbek, Kabupaten Nganjuk
Jawa Timur 64471


Masjid Al-Mubarok pertama kali didirikan tahun 1745 oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat, Adipati Berbek pertama yang ditunjuk oleh Kraton Yogyakarta. Beliau berkuasa di daerah ini pada saat hampir seluruh penduduk nya masih memeluk agama Hindu dari era kekuasaan majapahit di kaki gunung Wilis.

Bukan mudah bagi beliau untuk berdakwah di daerah kekuasaannya tersebut, Penduduk lereng gunung Wilis yang sangat mempercayai agama peninggalan raja-raja terdahulu masih asing dengan Islam. Mereka lebih percaya kepada ajaran Hindu. Namun upaya sang adipati pada ahirnya membuahkan hasil hampir seluruh rakyat akhirnya memeluk agama baru itu.

Pada tahun 1745, Kanjeng Jimat mewakafkan sebidang tanah pekarangan miliknya yang dulu menjadi tempat peribadatan para pendahulunya di Desa Kacangan untuk didirikan sebuah Masjid yang kemudian diberi nama Masjid Al-Mubarok yang merupakan masjid pertama yang dibangun di wilayah kadipaten Berbek (kini menjadi Kabupaten Nganjuk).

Ruang mihrab dan mimbat tua di masjid Al-Mubarok Nganjuk

Sedangkan untuk rakyatnya yang tetap bersikukuh pada keyakinannya memeluk Hindu, Sang Adipati membuka lahan di lereng gunung Wilis sebelah sisi timur untuk memberikan hak hidup dan menjalankan ibadah bagi penduduk Hindu itu, tempat itu kini dikenal sebagai Dusun Curik, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Masjid pertama di Kadipaten Berbek (cikal bakal Kabupaten Nganjuk) itu hingga kini masih menyimpan peninggalan bersejarah di kompleksnya. Berupa batu Yoni, batu Asah dan Lingga. Menunjukkan bahwa dulunya adalah tempat ibadah agama para pendahulu Sang Adipati.

Arsitektur Masjid Al-Mubarok

Beberapa ornamen bersejarah di masjid ini diantaranya adalah Mimbar dari kayu jati berukir dibuat tahun 1758, bedug tahun 1759, atap masjid dari ijuk tahun 1760 yang pada akhirnya diganti sirap. Di halaman depan terdapat yoni yang sekarang difungsikan sebagai tempat untuk melihat dan menentukan waktu sholat. Di area masjid terdapat kompleks makam kuno Kanjeng Jimat yang selalu ramai dikunjungi peziarah utamanya malam jumat legi.

Dari sisi belakang tampak bangunan masjid nya yang masih beratap tumpang bersusun tiga.


Pada sisi kiri dan kanan Mihrab, terdapat Condro Kolo (tulisan yang menunjukkan watak bilangan) berbunyi "Adege Mesjid ing Toya Mirah" dengan Sengkalan "Toto Caturing Pandito Hamadangi" yang berarti Berdirinya Masjid di Tanah Ini 1745 H.

Ada cerita unik tentang Masjid yang didirikan Kanjeng Jimat Sosrokoesoemo ini. Pernah suatu ketika bedug yang ada di Masjid Al-Mubarok dipindahkan ke Masjid Jami' Nganjuk (Masjid Baitussalam). Namun keesokan harinya, bedug yang sudah ada sejak abad 17 itu kembali dengan sendirinya di Masjid Al-Mubarok. Wallahualam Bishawab.

Seperti halnya tempat-tempat religi bersejarah yang lain, Masjid Al-Mubarok sekarang selalu diserbu para jamaah, baik dari Nganjuk sendiri maupun dari luar kota. Mereka berbondong-bondong berziarah ke makam Kanjeng Jimat yang ada di komplek Masjid, lalu berdzikir dan berdo'a di Masjid.

Beduk di masjid Al-Mubarok Berbek
Nyoni yang kini menjadi jam matahari
Gapura makam Kanjeng Jimat

Referensi

Saturday, June 17, 2017

Masjid Agung Darul Muttaqin Batang

Masjid Agung Darul Muttaqin, Batang, Jawa Tengah

Batang, adalah nama kecamatan sekaligus Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Batang  berada di tepian pantai utara pulau Jawa, dilalui oleh jalur darat bersejarah “Anyer – Panarukan” yang dibangun dengan tenaga kerja paksa di jaman penjajahan Belanda saat Hindia Belanda dibawah kekuasaan Gubernur Jenderal Daendels (1808). Pusat pemerintahan Kabupaten Batang berada di kecamatan Batang lengkap dengan bangunan Masjid Agung nya yang bernama Masjid Agung Darul Muttaqin. 

Alamat Masjid Agung Darul Muttaqin

Jl. Ahmad Yani, Kelurahan Kauman, Kec. Batang
Kabupaten Batang, Jawa Tengah – Indonesia


Masjid Agung Darul Muttaqin Batang terletak di sisi barat alun alun, di jantung Kota Batang. Posisinya yang begitu strategis menjadi sebab selalu ramai nya masjid ini dikunjungi oleh jamaah baik yang berasal dari sekitar Kota Batang maupun juga para musafir luar kota. Sebelum menjadi Masjid Agung, dahulunya masjid ini bernama Masjid Jami’ Kota Batang, sebelum Batang menjadi kabupaten lagi, terpisah dari Kabupaten Pekalongan.

Arsitektur Masjid Agung Darul Muttaqin Batang

Bangunan masjid dengan perpaduan arsitektur modern di bagian serambi dan bangunan asli di bagian utama masjid ditambah dengan menara tunggal. Masjid ini sudah direnovasi menjadi bangunan berlantai dua, mampu menampung hinngga 2000-3000 jemaah sekaligus. Bangunan tambahan masjid hampir seluruhnya dibalut dengan keramik dan marmer. 

Menara tunggal di depan masjid setinggi 29 meter, konon angka dua-nya melambangkan Allah & Nabi Muhammad S.A.W sedangkan angka 9-nya melambangkan Wali Songo, penyebar Islam di tanah Jawa. Badan Menara berbentuk segi enam, melambangkan Rukun Iman. Ruangan dibagian bawah Menara dimanfaatkan untuk kantor pengurus masjid dan perpustakaan.

Bagian depan Masjid Agung Darul Muttaqin Batang

Bangunan asli Masjid ini berbentuk bangunan tradisional beratap limas bersusun, khas bangunan masjid asli Indonesia. Ruang utama masjid, telah mengalami renovasi, namun masih tetap nampak keasliannya. Sebagian besar ornament dalam ruangan dari kayu. Struktur atap bangunannya ditopang 12 tiang yang dipercantik dengan ukiran ukiran kayu, dan seluruh ornamen kayu di dalam ruangan ini di lapis plitur dan pernis. Serambi masjid telah mengalami perombakan menyeluruh sehingga terkesan lebih modern. Saat singgah  kesana, ruang utama masjid ini sedang dalam proses perbaikan. 

Tarikh pembangunan Masjid

Terkait dengan tarikh pembangunan masjid, pada mimbar kayu Masjid Agung Darul Muttaqin Batang terdapat ukiran angka 1242 H (1821 M), dan di ruang imam ada pula ukiran angka 1247 H (1826 M). Bisa jadi angka tahun tersebut adalah tahun renovasi atau perluasan masjid, mengingat bahwa kabupaten Batang sendiri sudah berdiri sejak abad ke 17 meski kemudian dilebur kedalam kabupaten Pekalongan tahun 1936 di masa kolonial Belanda dan di masa kemerdekaan kemudian dibentuk lagi sebagai kabupaten mandiri di tahun 1965.

Sejarah mencatat pada tahun 1850-an di Batang pernah hidup seorang ulama besar bernama KH. Ahmad Rifai yang merupakan pendiri gerakan Rifaiyyah yang terkenal menjadi penentang kolonialisme Belanda waktu itu. Dalam sejarahnya, KH. Ahmad Rifai pernah ‘diadili’ Belanda karena ajaran-ajarannya dianggap menentang pemerintah kolonial.

Bagian dalam Masjid Agung Darul Muttaqin Batang di malam hari

Di bagian belakang Masjid Agung Darul Muttaqin Batang terdapat sebuah makam orang yang menjadi muadzin di Masjid Agung Darul Muttaqin Batang. Muadzin tersebut tewas tertembak oleh peluru penjajah sehingga untuk menghormatinya jenazah dimakamkan di bagian belakang Masjid Agung Darul Muttaqin Batang.

Aktivitas Masjid Agung Darul Muttaqin Batang

Aktivitas pendidikan di Masjid Agung Batang ini telah mendirikan dan menjalankan tiga lembaga pendidikan yaitu RA/TK Al Karomah, TPQ Al Karomah, dan SMP Islam Batang. Selain tiga lembaga tersebut, di belakang Masjid Agung Darul Muttaqin Batang juga terdapat sebuah madrasah aliyah, madrasah ibtidiyyah, dan madrasah diniyyah yang menjadi keluarga besar" Masjid Agung Darul Muttaqin Batang meskipun dalam naungan lembaga/yayasan lain.

Masjid Agung Darul Muttaqin Batang di malam hari

Ada istilah KABELMAS (Kampus Belakang Masjid) yang melekat dengan fasilitas pendidikan di Masjid Agung ini, karena di belakang Masjid Agung Darul Muttaqin Batang terdapat kompleks pendidikan mulai dari tingkat TK sampai SLTA. Pengajian rutin di masjid ini diselenggarakan setiap malam rabu dan sudah menjadi tradisi selama hampir 20 tahun. Ta’mir masjid juga mengelola lembaga keuangan BMT dan panti asuhan.

Kegiatan remaja dan pemuda Islam di Masjid Agung Darul Muttaqin Batang terwadahi dalam organisasi Ikatan Pemuda dan Remaja Islam Masjid Agung Batang (IPRIMA). Beberapa kegiatan telah dilakukan oleh IPRIMA untuk menyemarakkan hari-hari besar Islam misalnya Gema Muharram yang diselenggarakan untuk menyambut Tahun Baru Hijriyah dan Festival Tong-Tong Prek untuk menyemarakkan bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Tradisi Masjid Agung Batang

Di Batang ada tradisi kliwonan, semacam pasar malam yang diadakan setiap malam Jumat Kliwon yang sudah mentradisi secara turun temurun. Di Masjid Agung Darul Muttaqin Batang ada sebuah sumur yang airnya dipercaya bisa menjadi media pengobatan penyakit dan tolak bala (atas izin Allah tentunya)