Masjid Agung Garut, menilik dari tahun pembangunannya, masjid Agung ini merupakan masjid tertua diantara masjid masjid agung lainnya di kabupaten tetangganya. |
Garut adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa
Barat yang memiliki wilayah pantai di laut selatan Jawa. Kabupaten Garut
berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung disebelah barat,
Kabupaten Sumedang disebelah utara dan Kabupaten Tasikmalaya disebelah timur,
sedangkan sisi selatannya menghadap ke Laut Selatan Jawa. Sejak tahun 1809
Kabupaten Garut telah memiliki sebuah Masjid Agung, meskipun kini Masjid Agung
yang dibangun pada tahun tersebut sudah berubah total menjadi sebuah masjid
agung ber-arsitektur modern.
Dari
sisi usia sejak pertama kali dibangun di tahun 1809, Masjid Agung Garut ini
terbilang cukup tua dibandingkan dengan masjid masjid agung di wilayah
tetangganya. Seperti Masjid Agung Kota Tasikmalaya (tahun 1888), Masjid Agung Manonjaya
juga di kota Tasikmalaya (tahun 1837), Masjid Agung Bandung (kini menjadi Masjid
Raya Bandung) dibangun tahun 1812 dan Masjid Agung Cianjur (tahun 1810), Dari wilayah tetangganya
hanya Masjid
Agung Sumedang yang dibangun lebih dulu yakni tahun 1721.
Masjid
Agung Garut
Jl.
Ahmad Yani, Paminggir, Garut Kota
Kabupaten Garut, Jawa
Barat 44118
Masjid
agung Garut terletak di sebelah utara Alun-alun Garut. Menempati lahan wakaf seluas 4.480 m2.
Mesjid ini menjadi mesjid utama di kabupaten Garut serta menjadi pusat semua
kegiatan ke-Islaman di kabupaten Garut. Dahulunya antara mesjid dan
alun-alun dipisahkan oleh jalan Alun-alun Barat. Saat ini jalannya dihilangkan
sehingga mesjid menjadi satu dengan alun-alun.
Sejarah
Masjid Agung Garut
Pembangunan
mesjid agung Garut tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan kabupaten Garut. Berdasarkan catatan sejarah, pada
tanggal 15 September 1813 pertama kali dibangun sarana dan prasarana ibukota pemerintahan
dengan pembangunan pendopo,
kantor asistén residen, mesjid, penjara, dan alun-alun.
Tidak ada informasi pasti tentang tahun pembangunan
masjid ini namun diperkirakan Masjid Agung Garut ini telah berdiri sejak tahun
1809 atau bahkan mungkin jauh sebelum itu. Angka tahun tersebut di dasarkan
kepada penemuan tarikh tahun tertua yang terdapat di salah satu nisan kuburan
di komplek pemakaman di samping Masjid ini.
Metamorfosis Masjid Agung Garut |
Seperti telah diketahui bersama tentang sebuah tradisi
Islam yang menempatkan pemakaman berdekatan atau bersebelahan dengan masjid,
bukan sebaliknya. Dalam artian bahwa masjid telah dibangun terlebih dahulu
sebagai tempat peribadatan dan tempat penyelenggaraan jenazah hingga ke proses
pemakaman. Sehingga besar kemungkinan Masjid Agung Garut ini telah berdiri
sebelum tahun 1809.
Berdasarkan dokumen foto foto tua masa penjajahan
Belanda, Masjid Agung Garut ini pada awanya berbentuk seperti kebanyakan masjid
masjid tradisional asli Indonesia, berupa masjid dengan atap limas bersusun
tiga, sama halnya dengan masjid Agung Banten ataupun masjid Agung Sangciptarasa
Cirebon.
Hanya saja pada Masjid Agung Garut ini bangunannya
tampak ditambahkan bangunan tambahan di sisi timur memanjang dari bangunan
utama serta terdapat sebuah beranda di sisi depannya dengan sentuhan gaya eropa
dengan beberapa pilar pilar bundar menopang fasad bangunan yang terbuat dari
beton.
Interior Masjid Agung Garut |
Lantai bangunan ditinggikan lebih tinggi dari paras
tanah disekitarnya, sehingga ditempatkan sejejeran anak anak tangga berukuran
lebar sebagai akses ke masjid dari halaman depan. Sampai tahun 1920-an bangunan
masjid ini bertahan dengan bentuk demikian meskipun ada tambahan bangunan di
sayap kiri dan kanannya.
Perubahan bentuk terjadi di tahun 1940-an dengan
mengubah atap bangunan utama. Struktur atap bangunan utamanya masih berbentuk
limasan bersusun tiga, namun dibuat lebih lancip dan menjulang, atau dalam
bahasa sunda disebut atap nyungcung. Sedangkan bangunan di sayap kiri dan
kanannya dibangun dengan bentuk atap limas bersusun namun di puncaknya
ditempatkan sebuah kubah setengah bundar, mengesankan sebuah bangunan masjid
yang diapit oleh dua bangunan sayap kembar disisi dan kanannya.
Perubahan
signifikan atas mesjid ini terjadi pada tahun 1979 yang mengubah bentuk atap,
dari berbentuk lancip diganti memakai kubah dan plat beton. Bentuk kubah ini diubah kembali secara
menyeluruh pada tanggal 10 November 1994 dan diselesaikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1998.
Renovasi terakhir juga memperbaiki arah
kiblat dengan bantuan ahli geodesi dari ITB menggunakan GPS (Global Positioning
System).
Dokumentasi pemasangan ornamen kubah dengan helikopter TNI di tahun 1997. |
Pemasangan
kubah dengan Helikopter
Sebuah peristiwa menarik dan tak biasa dalam proses renovasi
masjid Agung Garut ini di tahun 1994 tersebut, pada saat proses pemasangan
kerangka kubah pada empat menara masjid ini, saat itu tidak tersedia peralatan
Crane untuk mengangkut kerangka tersebut ke puncak menara, dan juga karena
mungkin dianggap lebih praktis akhirnya
helikopter digunakan untuk keperluan itu.
Panitiapun meminta bantuan TNI. Alhasil, selama
tiga hari, tanggal 28 sampai 30 Desember 1997, satu helikopter SA-330 Puma
HT-3315 dari Skadron Udara 8 yang bermarkas di Pangkalan TNI Angkatan Udara
Atang Sendjaja Bogor, dan dibantu pula rekan-rekan pecinta alam Garut,
dikerahkan dalam pemasangan kubah menara Masjid Agung Garut ini.
Referensi
No comments:
Post a Comment