Sunday, April 28, 2019

Masjid Agung Ibnu Batutah, Nusa Dua

Ruang sholat masjid Agung Ibnu Batutah di Nusa Dua ini berada di lantai dua, dari pelataran disediakan jejeran anak tangga mengantarkan jemaah langsung ke lantai dua.

Masjid Agung Ibnu Batutah merupakan Masjid Agung yang berada di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Masjid ini berada di pinggir jalan raya dari arah Nusa Dua menuju Uluwatu, sebelum sampai di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali.

Pembangunan masjid ini dilakukan oleh BTDC (Bali Tourism Development Center) yang sekaligus disebelah nya dibangun juga tempat ibadah umat Kristen (Gereja) dan tempat ibadah umat Hindu (Pura).

Masjid Agung Ibnu Batutah
Kompleks Puja Mandala Nusa Dua
Jl Kurusetra, Nusa Dua, Kabupaten Badung
Provinsi Bali


Keharmonisan antar ummat beragama di Bali terkenal sangat baik, komplek tempat masjid ini berada salah satu bukti yang terlihat nyata bagaimana rumah rumah ibadah berbagai pemeluk agama dibangun di dalam satu komplek.

Hanya di komplek Puja Mandala Nusa Dua ini kita dapat mendengar azan, disaat yang lain akan terdengar suara lonceng gereja dan kidung dari Pura yang berdiri masing masing berdekatan. Masjid Agung Ibnu Batutah diresmikan pada tanggal 20 Desember 1997.

Pemandangan di masjid ini sangat indah karena lokasi nya terletak di bukit yang cukup tinggi. bila kita berdiri dan melihat ke sebelah barat laut masjid kita akan melihat Kuta dan Bandara Ngurah Rai samar-samar di kejauhan.
  
Lantai dua Masjid Agung Ibnu Batutah.
Bangunan masjid yang begitu besar dibangun dua lantai dan beratap limas. Ruang sholat utama berada di lantai dua, ruangan sholat yang cukup besar dan terasa lapang karena tidak ada tiang tiang masjid yang berdiri ditengah ruangan, sedangkaan lantai dasarnya digunakan sebagai area pendukung aktivitas masjid ini,

Meski besar dan megah, masjid ini tampil dalam kesederhanaan yang ditampilkan lantai berwarna abu-abu berpadu dinding depan yang dilapisi keramik abu-abu tua, sangat kontras dengan bagian dalam kubah yang menampilkan gambar langit biru cerah.

Bagian mihrab masjid pun terkesan minimalis namun tetap anggun. Dominasi warna cokelat muda khas kayu dengan satu ornamen bulat bertuliskan lafaz Allah dan mimbar beraksen kayu senada dengan latar belakang mihrab.

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Saturday, April 27, 2019

Masjid Raya Kota Bogor


Masjid Raya Kota Bogor, megah dan modern.

Masjid Raya kota Bogor berada di Jl Raya Pajajaran No 10, Kota Bogor, sekitar 400 meter dari Terminal Baranangsiang arah ke kiri di pertigaan jika keluar dari jalan tol Jagorawi, letaknya yang berada di pusat keramaian kota Bogor menjadikan masjid ini sangat strategis. Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 1970 dan baru selesai tahun 1979. Pada awanya masjid ini dibangun dengan atap limasan khas Indonesia namun kemudian dilakukan revitalisasi yang dilakukan tahun 2006 dan baru diresmikan pada tanggal 16 Januari 2013 menghabiskan dana sekitar 22 milyar rupiah.

Masjid Raya Kota Bogor
Jl. Raya Pajajaran No. 10, Kecamatan Bogor Timur
Kota Bogor, Jawa Barat



Revitalisasi telah merubah total bentuk bangunan masjid ini dari semula beratap limas menjadi bangunan masjid berarsitektur modern dengan kubah besar yang diapit dua kubah kecil. Ruangan utama Masjid Raya Bogor yang cukup mewah dan lumayan lega, pintu pintu masjid dari kaca masjid kusen aluminium. Tembok dinding kiri kanan dan atas mihrab dilapis bahan semen fiber-glass, berhias kaligrafi petikan ayat Al-Quran serta ornamen lengkung dan garis. Di atas lubang mihrab terdapat kaligrafi kalimat “Allah” dan “Muhammad”.

Masjid Raya Kota Bogor dilengkapi dengan Gedung Pusat Pengembangan dan Pengkajian Islam di sisi kanan masjid dan perpustakaan umum di sekitar serambi masjid. Bagian dalam kubah utama Masjid Raya Bogor yang cukup indah dengan lampu kristal gantung berada tepat di tengahnya. Keseluruhan bangunan masjid ini memiliki luas sekitar 4.057 m2 ini ruang utamanya yang cukup luas, ditambah dengan balkon di sisi kiri kanan atas dengan penopang keemasan menambah kapasitas masjid.

Setelah revitalisasi, Masjid ini dilengkapi dengan menara tunggal yang letaknya terpisah lumayan jauh dari bangunan utama masjid dihubungkan dengan koridor cukup panjang antara masjid dan bangunan menaranya. Bagian dasar menara berbentuk segi empat tiga tingkat, dengan tingkat ketiga berukuran lebih kecil. Ornamen bulan bintang diletakkan di ujung menara masjid ini. Di suasana cuaca cerah masjid ini memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang gunung salak yang menjulang.***

Detil interior mihrab Masjid Raya Kota Bogor, Indah
Kaligrafi di Masjid Raya Kota Bogor.
 
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sunday, April 21, 2019

Masjid Raya Stabat Kabupaten Langkat

Masjid Raya Stabat, Masjid bersejarah di kabupaten Langkat.

Masjid Raya Stabat adalah salah satu masjid bersejarah yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
, selain Masjid Raya Azizi yang ada di Tanjung Pura. Masjid ini berada di Kota Stabat, ibukota Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tepat di sisi sungai Wampu, di pinggir Jalan Lintas Sumatera, Medan-Aceh.

Masjid bersejarah ini dibangun dua tahun setelah pembangunan Masjid Raya Azizi di Tanjungpura. Pada tahun 1904 saat Kesultanan Langkat dibawah kekuasaan Sultan Musa, pembangunan masjid Raya stabat mulai dikerjakan pembangunannya semasa Kejuruan Stabat Tengku HM Khalid.

Masjid Raya Stabat
JL. KH. Zainul Arifin, No. 130, Stabat Baru
Stabat, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara 20811



Pada mulanya bangunan masjid ini terdiri dari bangunan induk seluas 20 meter persegi. Kemudian ditambah teras dua meter keliling dengan satu buah menara. Saat itu jama’ah yang dapat ditampung hanya berkisar 300 orang. Semasa Kejuruan Stabat T HM Khalid, masjid ini  mulai berkembang dan terakhir diteruskan oleh ahli warisnya diantaranya Tengku Soelung Chalizar dan terakhir dilanjutkan oleh Tengku Syamsul Azhar hingga sekarang.

Kini Masjid Raya Stabat ini telah berkembang pesat, luas areal masjidnya saat ini menjadi 4.454 meter persegi dengan daya tampung mencapai 1350 jamaah. Fasilitas masjid juga dikembangkan seperti bangunan wudhu wanita, perpustakaan masjid dan aula. Teras masjid ditambah lagi dengan swadaya dan partisipasi masyarakat setempat,demikian pula pada bagian atapnya mulai direhab.Dulunya bagian atap kubang terbuat dari kayu besi dari Kalimantan,karena lapuk dimakan usia akhirnya atap kubah diganti dengan seng.

Rehabilitasi Masjid Raya Stabat

Rehabilitasi masjid silih berganti,namun perkembangannya terasa sangat lamban. Ketika itu bangunan  teras ditambah lagi semasa Bupati  Langkat  H Marzuki Erman. (1986). Tengku  Soelung Chalizar selaku Nazir Masjid bersama adiknya Tengku Syah Djohan yang baru diangkat sebagai Lurah Stabatbaru ( 30 Nopember 1991) dengan bantuan swadaya masyarakat yang dikoordinir H Ibnu Kasir selaku pengurus BKM Masjid Raya Stabat,  meneruskan pembangunan  dan rehab masjid tersebut

Pintu utama masjid 

Sejak Bupati Langkat H Marzuki Erman, H. Zulfirman Siregar,H Zulkifli Harahap dan H Syamsul Arifin SE serta Haji Ngogesa Sitepu sebagai Bupati Langkat sekarang ini , perhatian terhadap perkembangan dan keberadaan masjid diibukota kabupaten ini, terus berlanjut .

Sejak 5 Nopember 1994, tanah lapangan masjid sudah bertambah seluas 1.695 meter persegi yang merupakan wakaf mantan bupati alm H Zulkifli Harahap. Sekarang Masjid Raya Stabat sudah dapat menampung 1.350 jama’ah dengan fasilitas kamar wudhuk khusus kaum perempuan disamping kamar wudhuk yang sudah ada sebelumnya, selain itu terdapat bangunan Gedung Perpustakaan yang meraih Juara Harapan dalam lomba perpustakaan masjid se-Sumut tahun 2001.

Semasa Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu SH penataan halaman masjid terus berlanjut dan pada bagian samping kanan terdapat kantin tempat pedagang makanan yang tertata rapi yang dibangun sejak tahun 2010. Kantin tersebut pada tahun 2013 dibangun secara permanen dengan tiang stainless,atap seng daan lantai keramik seukuran 21 kali 4 meter.

Pada tahun itu juga kamar wudhu' direhab secara permanen dan pada bagian atasnya (lantai dua ) merupakan Aula Masjid Raya Stabat yang dimanfaatkan secara khusus untuk tempat pengajian, manasik haji dan umrah.

Bangunan unik khas tanah melayu di kabupaten Langkat.

Tradisi Bubur Pedas

Selama tiga tahun berturut-turut ( 1996-1998 ),Masjid Raya Stabat dijadikan sebagai lokasi pelepasan jama’ah calon haji sekabupaten Langkat. Bahkan jamaah haji asal NAD (Naggroe Aceh Darussalam) yang ketika itu berangkat melalui Bandara Polonia Medan,juga menjadikan Masjid Raya Stabat tempat transit.

Sementara itu salah satu keistimewaan masjid ini, terlihat pada setiap bulan Ramadhan, yaitu pengadaan menu khusus untuk bukan puasa bersama . Menunya merupakan makanan ringan khas Melayu yakni Bubur Pedas. Acara berbuka puasa bersama juga terbuka untuk para musafir yang singgah ke masjid ini.

Bubur pedas adalah makanan khas suku Melayu Deli, yang hanya dibuat oleh warga di saat-saat tertentu, seperti acara pernikahan, kenduri, sunatan, puasa dan Lebaran.Hal ini dikarenakan proses pembuatan bubur pedas yang rumit, karena menggunakan 40 jenis rempah rempah dan daun yang mengandung banyak khasiat.

Mimbar dan mihrab Masjid Raya Stabat.

Ke-40 jenis rempah dan daun ini, kemudian dicampur dengan kentang, wortel, tauge, yang menjadi bahan pembuatan bubur pedas, bahkan memakan bubur pedas bisa dicampur dengan sayur urap atau anyang.Setiap harinya, pihak masjid menyediakan 200 porsi bubur pedas buat warga dan pengguna jalan yang berbuka di masjid.

Hingga kini keberadaan Masjid Raya Stabat, menjadi tempat persinggahan dari kaum muslimin terutama jamaah yang melakukan perjalanan lintas Banda Aceh - Medan dan sebaliknya. Kini Masjid Raya Stabat yang menjadi kebanggaan bagi warga ibu kota Kabupaten Langkat tersebut, merupakan tempat persinggahan bukan saja untuk beribadah, tetapi juga untuk sekedar melepas lelah dalam perjalanan lintas Sumatera yang didukung areal parkir dan halaman yang asri.

Masjid kebanggaan masyarakat Stabat ini memiliki corak Melayu yang khas dengan warna masjid yang didominasi warna kuning dan hijau, warna kebesaran suku Melayu. Bangunan masjid ini ditopang oleh 100 lebih tiang penyangga.***

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Saturday, April 20, 2019

Masjid Raya Al Aman Aek kanopan, Labuhanbatu Utara


Masjid Raya Al-Aman Aek Kanopan.

Masjid Raya Al Aman Aek kanopan adalah masjid raya kabupaten Labuhanbatu Utara, provinsi Sumatera Utara. Masjid ini berada di Desa Aek kanopan, kecamatan Kualuh Utara yang merupakan ibukota kabupaten Labuhanbatu utara. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu, ditetapkan dengan UU RI Nomor 23 tanggal 21 Juli 2008 dan menetapkan hari jadinya pada tanggal 15 Januari 2009.

Bila dilihat dari udara, wilayah kabupaten Labuhanbatu Utara ini tampak seperti lukisan indah  streogram yang terbentuk dari bentangan kebun kebun kelapa sawit yang menjadi primadona pendapatan masyarakat daerah tersebut.

Masjid Raya Al-Aman Aek Kanopan
Jl. Gazali Sinaga, Aek Kanopan Timur
Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara
Sumatera Utara 21273



Masjid Raya Al-aman merupakan pusat aktivitas ke-Islaman kabupaten Labuhan Batu Utara (Labura). Lokasi masjid ini berada di lokasi yang sangat strategis di pusat kota Aek Kanopan. Lokasinya berdiri di pertigaan jalan linstas Sumatera dengan Jalan Gazali Sinaga, terpaut sekitar 450 meter dari komplek kantor Bupati Labuhanbatu Utara yang juga berada di ruas jalan lintas sumatera.

Lokasi masjid ini juga berdekatan dengan Terminal Bis Aek Kanopan dan menariknya Aek Kanopan ini, dari tata letak tempat ibadah-nya saja sudah cukuplah untuk menggambarkan kerukunan kehidupan beragama di Labuhanbatu Utara ini sangat harmonis.

Masjid ini bersebelahan dengan komplek Koramil 01 Aek Kanopan, SMA Muhammadiyah 9 Kualuh Hulu, di jalan Gazali Sinaga, berseberangan juga dengan SDN 115468 Aek Kanopan, dan masih satu ruas jalan yang sama bersebelahan dengan SMA Muhammadiyah terdapat Gereja HKBP Aek Kanopan.

Penduduk Labuhanbatu Utara di tahun 2015 total 351.097 jiwa. Dengan tingkat kepadatan 98,32 jiwa/km2. Mayoritas penduduknya beragama Islam (82.24%), Kristen Protestan (15.95%), Katolik (1.23%), Buddha (0.55%), Hindu (0.01%) dan Konghucu (0.01%).

Rencana pengembangan Masjid Raya Al-Aman Aek Kanopan.

Penggalangan dana untuk Palestina

Pada tanggal 19 Juli 2014 yang lalu masjid ini menjadi saksi aksi kepedulian muslim Labuhanbatu Utara terhadap rakyat Palestina dengan aksi penggalangan dana kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

Dalam kesempatan itu berhasil dikumpulkan dana sebesar Rp. 100 Juta Rupiah yang kemudian diserahkan oleh Bupati Labuhanbatu Utara H.Kharuddinsyah Sitorus SE atau biasa dipanggil Haji Buyung, didampingi Sekdakab Drs Edi Sampurna kepada Kepala Cabang Bank Muamalat Aekkanopan, Arif untuk diserahkan kepada rakyat Palestina melalui lembaga baitul mal muamalat yang  sudah ditugaskan untuk mengelola bantuan-bantuan yang diarahkan ke Palestina.

Posko Mudik

Di musim mudik lebaran Mesjid Raya Al-Aman Aek Kanopan ini menjadi salah satu tempat persinggahan para pemudik untuk melepas lelah. Mesjid Al-aman menyediakan posko peristirahatan bagi para pemudik, selain itu fasilitas parkir yang luas serta teratak tambahan dan kaspet sejuk di bawah pohon sangat bermanfaat bagi pemudik yang hendak beristirahat. Pemudik sekalian memanfaatkan waktu istirahat untuk shalat.

Kunjungan Cawapres Sandiaga Salahuddin Uno

Sebagai bagian dari safari-nya ke Sumatera Utara, Cawapres Sandiaga Uno, disambut antusias ribuan warga di Masjid Raya Al Aman Aekkanopan, Selasa (11/12/2018). Pekikan takbir dan sholawat terdengar mengiringi sandi saat memasuki kawasan masjid.

Kedatangan Sandi di dampingi anggota DPR RI Gus Irawan Pasaribu disambut antusias warga yang telah menanti sejak siang. Padatnya massa membuat tim pengaman kewalahan karena banyaknya warga yang hendak bersalaman dan foto bareng dengan mantan Wakil Gubernur DKI tersebut.

Hanya berselang beberapa menit saja, azan berkumandang dan rombongan masuk ke Masjid Al Aman untuk melaksanakan sholat Ashar berjamaah. Usai sholat, Gus Irawan Pasaribu selaku Ketua Tim Safari Maulid mengajak umat yang hadir mendoakan agar Sandiaga Uno dapat mencapai apa yang dicitakannya.

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sunday, April 14, 2019

Masjid Lama Kabanjahe, Pertama dan Tertua di Kabupaten Karo


Usia masjid ini tertulis dipintu gerbangnya, dibangun tahun 1902 dan selesai tahun 1904.

Masjid Lama Kabanjahe disebut sebut sebagai masjid pertama di Kabupaten Karo, mulai dibangun pada tahun 1902 dan selesai pada tahun 1904. Masjid Lama terletak di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe. Masjid ini  menjadi salah satu jejak sejarah penyebaran agama islam di Bumi Turang.

Masjid Lama Kabanjahe tidak terlalu besar dengan ukuran sekitar 80m2 diatas tanah 375m2. Masjid ini sudah terdaftar di Sistem Informasi Masjid Kementrian Agama RI dengan nomor ID masjid 01.4.02.06.01.000008

Masjid Lama Kabanjahe
Jl. Masjid No. 12 Kelurahan Lao Cimba, Kabanjahe
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Indonesia


Masjid Lama ini didirkan oleh pedagang islam yang datang ke Kabanjahe khususnya dari Aceh, Niat untuk membangun masjid keran belum ada satupun masjid di Kabanjahe pada saat itu untuk tempat mereka sholat.  Pembangunan masjid tersebut mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Sibayak Lingga, penguasa setempat pada saa itu dan pembiayaan pembangunannya dibantu oleh Sultan Langkat. Masjid ini dibangun dari kayu dengan desain arsitektur khas melayu.

Masjid Lama Kabanjahe yang berwarna hijau ini dibangun dari kayu dan berdesain arsitektur Melayu dengan atap bertingkat tiga. Di bagian serambinya yang berpagar hijau terdapat banyak kursi dan satu kentongan. Masjid terdiri dari dua ruangan dengan pintu terpisah. Sebelah kiri  ruang ibadah kaum pria, sedangkan di sisi kanan ruang ibadah wanita. Didalam masjid ini terdapat 3 Al-quran berukuran besar.

Pada bagian belakang masjid ini juga terdapat satu ruangan tambahan. Ruangan ini dulunya dijadikan pusat pengajian dan belajar agama Islam. Karena pada awal berdirinya, masjid ini merupakan pusat dakwah dan penyebaran Islam di Kabanjahe dan desa-desa lain yang letaknya berdekatan dengan Kota Kabanjahe.

Seiring dengan bertambahnya bertambahnya umat Islam di Kabanjahe yang membuat Masjid Lama tak lagi mampu menampung jamaah. Kemudian dibangun Masjid Agung yang berlokasi di pintu gerbang pusat kota Kabanjahe. Aktivitas peribadatan di masjid lama mulai berkurang, namun masjid ini tetap dipergunakan oleh muslim setempat untuk ibadah salat lima waktu dan tarawih saat Ramadan tiba.

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Saturday, April 13, 2019

Masjid Agung Nur Alannur Mandailing Natal

Berdiri megah di tepian sungai aek godang.

Masjid Agung Nur Alnnur merupakan masjid agung bagi Kabupaten Mandailing Natal di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Mandailing Natal juga sering disebut dengan Madina, Akronim dari MAnDaIling NAtal.

Mandailing Natal sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, setelah terjadi pemekaran, dibentuklah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Maret 1999.

Masjid Agung Nur Alannur
Jl. Trans Sumatera Bukit Tinggi - Padang Sidempuan
Kelurahan Dalan Lidang Panyabungan



Selain bangunannya yang megah, masjid Agung kabupaten Mandailing Natal ini juga menjadi vocal point di tempatnya berdiri, lokasinya berdekatan dengan sungai dan bendungan Batang Gadis Aek Godang, sehingga menambah keindahan pemandangan alami di lokasi tersebut.

Masjid kebanggaan warga Madina ini diresmikan oleh Bupati Madina H Amru Daulay,SH. Pada tanggal 30 Agustus 2010. Bangunan masjid agung modern ini berdiri diatas lahan seluas 21,197m2 dan bangunan seluruh lantai seluas 4,172m2. Upacara peresmian masjid ini turut dihadiri Alim Ulama cerdik Pandai, dari pesantren mustopa wiyah purba baru, SKPD Kabupaten Mandailing Natal dan masyarakat setempat.  

Puncak atap dan menara Masjid Agung Nur Alannur.
Peresmian masjid yang dilaksanakan bertepatan dengan bulan suci romadhon tersebut dilaksanakan setelah pelaksaan sholat tarawih berjamaah. Setelah selesai sholat Tarawih Bupati menandatangani Prasasti peresmian, dan secara simbolis membuka selubung papan nama Masjid Agung Nur Alannur.

Pembangunan masjid Agung Nur Alannur ini didanai APBD Madina secara multi year sejak tahun 2008 dan sampai dengan tahun 2012 seluruh jumlah total pembangunan Mesjid Nur Alannur ini mencapai Rp 56,678,049,000.

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sunday, April 7, 2019

Masjid Nurul Islam Muka Kuning – Batam

Masjid Nurul Islam - Muka Kuning diantara sakura yang bermekaran.

Masjid Nurul Islam Muka Kuning ini menjadi salah satu masjid paling unik di Indonesia. Di masjid ini sholat Tarawih selama bulan Romadhon dilaksanakan dua ship untuk mengakomodir jemaah yang bekerja di ship yang berbeda. Saking ramainya, jemaah yang hadir saat sholat Tarawih memadati setiap jengkal lantai masjid hingga ke pekarangan dan tempat parkirnya.

Apa dan dimana Muka Kuning itu

Muka Kuning, adalah nama deerah di Pulau Batam, propinsi Kepulauan Riau. Daerah  itu kemudian disulap menjadi kawasan industri maju dengan nama Batamindo Industrial Park hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Singapura.

Kawasan industri ini dibangun (tadinya di tengah hutan belantara pulau batam) dengan fasilitas lengkap. Infrastruktur sebagai kawasan industri sudah dipersiapkan sejak awal termasuk kawasan hunian bagi para pekerja nya yang ditempatkan ditengah tengah kawasan, biasa disebut dengan dormitory yang diperuntukkan bagi karyawan lajang. Ada blok khusus untuk para staf di Blok S dan blok khusus untuk karyawan yang sudah menikah (berkeluarga) di blok M.

Masjid Nurul Islam Muka Kuning Batam dari arah Gerbang utama Batamindo, terlihat menaranya yang menjulang diantara bunga sakura yang sedang bermekaran begitu indahnya.

Kawasan ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya termasuk didalamnya adalah community center, supermarket, mini market, rumah sakit, pujasera dan tentu saja Masjid Nurul Islam. Satu lagi fasiltas penunjang yang begitu menarik minat kala itu adalah WARTEL, bagi anda yang seumuran dengan penulis pasti ingat apa itu wartel alias Warung Telekomunikasi. Maklumlah kala itu Handphone masih belum populer seperti sekarang ini, wartel adalah tumpuan harapan untuk berkomunikasi dengan sanak keluarga yang jauh dimata hingga rela antri hingga tengah malam.

Batamindo Industrial Park (BIP) – Muka Kuning ini bukanlah satu satunya kawasan industri di Pulau Batam, masih banyak sederet kawasan industri lainnya. Pulau Batam memang di kembangkan sebagai kawasan industri di masa pemerintahan Pak Harto dibawah kendali Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau Batam Industrial Development Authority disingkat BIDA atau lebih dikenal dengan “Otorita Batam” yang di ketuanya ditunjuk langsung oleh Presiden. Dikemudian hari Otorita Batam berubah menjadi Badan Penguasaan Batam (BP Batam) disahkan dengan Peraturan Pemerintah No. 46.[i]

Masjid Nurul Nurul Islam dari arah barat

Masjid Nurul Islam yang diresmikan oleh Prof. DR. B.J. Habibie pada tanggal 26 Oktober 1991 menjadi sentral kegiatan ibadah dan dakwah yang dilakukan oleh para karyawan. Awalnya masjid ini memang satu satunya tempat ibadah di kawasan tersebut. Pada awalnya aktivitas di masjid ini ramai di setiap malam minggu dengan di isi berbagai kajian ke islaman. Dikemudian hari aktivitas dan program kerja masjid ini sudah semakin berkembang pesat dan dibentuk grup kerja yang diberi nama Nurul Islam Grup (NIG). Tentang profil dan apa saja aktivitas grup ini dapat langsung berkunjung ke situs internetnya di nurulislamgroup.co.id

Masjid Nurul Islam – Muka Kuning
Batamindo Industrial Park (Mukakuning)
Batam, Kepulauan Riau 29433, Indonesia[ii]


Sakura di Masjid Nurul Islam

Pihak pengelola kawasan Industri Batamindo memang menanam berbagai jenis pohon untuk menghijaukan kawasan ini. salah satu jenis pohon yang ditanam disana adalah jenis sakura yang menghasilkan bunga yang sangat indah pada musim berbunga yang bertepatan dengan musim berbunganya sakura di Jepang. Kini bunga bunga indah itu menjadi keindahan tersendiri bagi warga Muka Kuning khususnya dan bagi warga Batam umumnya.
  
Nurul Islam dari sisi yang lain



Sakura di halaman Masjid Nurul Islam, menara masjid di latar belakang
begini pemandangan di sepanjang jalan di depan masjid Nurul Islam saat sakura berbunga.
Masjid nurul Islam dari sisi selatan
Masjid Nurul Islam tampak keseluruhan dari sudut tenggara.

Referensi

Saturday, April 6, 2019

Masjid Baitul Izzah Islamic Center Tarakan

Aerial view Masjid Baitul Izzah Islamic Center Tarakan.

Masjid Baitul Izzah Islamic Center Tarakan dikenal sebagai masjid terbesar di Kota Tarakan dan di provinsi Kalimantan Utara. Sejak selesai dibangun dan diresmikan tahun 2012, masjid selalu menjadi pusat studi dan kegiatan keagamaan seperti pagelaran MTQ dan kegiatan kerohanian lainnya. Di tahun 2017 yang lalu masjid ini menjadi pusat STQ tingkat Nasional.

Komplek masjid ini dibangun di atas lahan seluas 30 hektar, terdiri bangunan utama yang luas dan terdiri dari beberapa lantai yang digunakan untuk sholat dan melakukan kegiatan islami lainnya. Interior masjid dihias dengan ukiran-ukirannya baik di pintu maupun jendela dan tembok-temboknya. Bangunan ini juga dilengkapi dengan jendea jendela besar, sehingga terlihat kemegahannya.

Islamic Center Tarakan
Jl. Sei Sesayap Kelurahan Kampung Empat
Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara



Di bangunan utama juga terdapat kantor dan dua aula yang cukup besar. Masjid ini juga dilengkapi dengan pelataran dan taman yang cukup luas lengkap dengan joging track yang selalu ramai di sore hari. Menariknya lagi di halaman masjid ini juga dibangun sebuah air mancur berukuran cukup besar.

Dan yang paling unik, tak jauh dari air mancur masjid ini masih berdiri kokoh menara bekas pengeboran minyak yang konon sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda menjadi pemandangan unik yang tak kan ditemukan di halaman masjid lain. Menara masjid dibangun terpisah dari bangunan utama ditempatkan dibagian belakang bangunan utama.


Halaman belakang didesain dengan menggunakan batu-batu kecil yang disusun dengan rapi dan apik dengan cara di-paving. Masjid ini memiliki lantai dasar yang digunakan untuk parkir pengunjung, di bagian sudut ruangan banyak ruangan atau bangsal kecil yang sengaja dibuat untuk pengunjung dari luar daerah jika di lokasi masjid tersebut sedang ada perhelatan. 

Tempat Transit Wahyu di Langit

Nama Baitul Izzah memiliki arti sebagai tempat transit wahyu di langit dipilih oleh Dewan Hakim Penamaan Masjid Raya Kota Tarakan. Nama ini diusulkan Iwan Magwan SH, warga Selumit Pantai RT 16.  Sebelum pelaksanaan salat Jumat di Masjid Raya Tarakan tanggal 16 Mei 2011, panitia mengumumkan usulan warga yang masuk 10 besar dari total 217 usulan nama Masjid Raya Tarakan yang diterima panitia.

Ketua Dewan Hakim Masjid Raya Tarakan sekaligus sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia Kota Tarakan, K.H. Zainuddin Dalila menyampaikan, terpilihnya usulan warga yang masuk 10 besar maupun penetapan Masjid Raya Tarakan bernama Baitul Izzah merupakan hasil seleksi Tim 11. Tim 11 yang orang-orangnya memiliki berbagai macam keahlian mulai dari ahli bahasa Arab, budaya Islam dan sebagainya yang akhirnya menetapkan usulan nama Baitul Izzah untuk Masjid Raya Tarakan.

Megah, besar dan luas.
Ada 200 lebih usulan nama yang masuk rata rata berupa nama masjid yang sudah banyak digunakan oleh masjid-masjid di Kaltim. Dari sekian banyak usulan kemudian terpilih 10 nama, berdasarkan kesepakatan panitia.
.
Selain memiliki nama yang langka, juga memiliki arti yang luas, baik dari segi bahasa maupun cocok dengan kondisi Kota Tarakan, dipilihlah nama Baitul Izzah.  terpilihnya nama yang menurut tim paling bagus dan belum pernah ditemukan. Sehingga dipilih nama Baitul Izzah.

Baitul Izzah sendiri mengartikan tempat yang berada di antara bumi dan langit. Dalam riwayat Alquran yang berjumlah 30 juz semuanya ditempatkan di Baitul Izzah oleh Allah SWT dan diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sesuai kebutuhan pada saat beliau diangkat menjadi Rasul kala itu.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga