Saturday, December 31, 2016

Masjid Agung Nurul Ikhlas di Cilegon

Empat menara setinggi 55 meter ditambah dengan kubah hijaunya.menjulang diantara pertokoan dan pusat perniagaan di pusat kota Cilegon merupakan fitur utama dari Masjid Agung Nurul Ikhlas ini. 

Masjid Agung Nurul Ikhlas adalah masjid agung bagi kota Cilegon provinsi Banten. Lokasi masjid ini berada di sisi ruas jalan Sultan Ageng Tirtayasa 2 di pusat kota Cilegon berseberangan dengan rumah dinas walikota Cilegon, diantara jejeran pertokoan pusat perniagaan di kota yang wilayahnya membentang hingga ke pelabuhan penyeberang Merak yang merupakan gerbang utama pulau Jawa dari arah laut dari arah pulau Sumatera. Empat menaranya yang unik dan menjulang plus kubah hijau ala masjid Nabawi nya itu menjadi fitur utama bangunan masjid agung Kota Cilegon ini.

Masjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon berdiri di atas lahan seluas 3600 m2. Menurut beberapa sumber masjid ini sudah berdiri sejak masa penjajahan Belanda dengan bentuk yang tak semegah, sebesar dan seindah saat ini. Kala itu masjid ini sudah memiliki menara namun tak setinggi menaranya saat ini, kemudian dilakukan perombakan, menara tunggalnya dibuat lebih tinggi dalam perombakan kedua bangunannya.




Pembangunan ulang masjid ini dilakukan oleh Pemkot Cilegon dimulai pada tanggal 2 Februari 2006, dengan masa pembangunan selama hampir tiga tahun menghabiskan dana sekitar 23 milyar Rupiah bangunan Masjid Agung Nurul Ikhlas berubah total dari bentuknya semula ke bentuknya saat ini, daya tamping Jemaahpun meningkat hingga mampu menampung 2000 jemaah sekaligus. Peresmian masjid ini dilakukan pada tanggal 27 Maret 2009 oleh Agama RI H. Maftuh Basuni dan Walikota Cilegon H. Tb. Aat Syafa’at.

Masjid Agung Nurul Ikhlas terdiri dari tiga lantai, lantai basemen (1.175 m2), lantai dasar (1.372) dan lantai satu (1.073 m2). Lantai basemen merupakan area pendukung tempat wudlu dan toilet berada di lantai ini. Ruang sholat utama berada di lantai dasar. Sementara lantai satu digunakan untuk ruang sholat wanita atau tambahan ketika sholat jumat atau Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan. Dari pintu gerbang, kita bisa langsung bisa melihat pintu utama masuk ke dalam masjid.

Tangga, jembatan dan jalan akses langsung menuju ke lantai satu masjid ini disediakan di bagian luar masjid mengarah ke empat buah pintu besar yang langsung terhubung ke ruang sholat utama. Area parkir masjid ini tidak terlalu luas sehingga daya tampung kendaraanpun juga terbatas pula.Pemilihan material untuk masjid ini memang cukup apik. Interior dan ekterior masjid ini di dominasi oleh marmer bewarna putih hitam abu abu hingga ke ruang dalamnya menghadirkan suasana yang sejuk ditengah kota Cilegon yang panas. Masjid ini memang dirancang sebagai sebuah bangunan modern sesuai dengan kondiri kota Cilegon yang bergerak sebagai sebuah kota modern.***



Sunday, December 25, 2016

Masjid Agung An Nur Pare, Kediri

Masjid An-Nur ini dibangun di kota kecamatan dengan kemegahan yang tak kalah dengan masjid agung kabupaten.

Pare adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sebagai sebuah kecamatan, Pare tergolong maju. Berbagai infrastruktur seperti hotel, rumah sakit besar, pusat perbelanjaan, dan kantor-kantor perwakilan bank ada di sana. Salah satu yang mencirikan pesatnya kemajuan Pare adalah Masjid Agung An-Nur. Masjid megah ini merupakan pusat syiar Islam di Pare dan Kediri. Lokasinya di jalan utama kota menegaskan keberadaan masjid sebagai landmark wilayah Pare.

Pola arsitekturnya indah. Tak tanggung-tanggung, konsep arsitektur masjid ini telah mendapat penghargaan dari Kerajaan Saudi Arabia sebagai juara pertama sayembara internasional untuk kategori Perancangan Arsitektural Masjid, termasuk pemanfaatan teknologi modern dalam arsitektur masjid. Sayembara ini digelar dalam rangka memperingati 100 tahun lahirnya Kerajaan Arab Saudi pada akhir Januari 1999 lalu.




Masjid yang namanya diambil dari nama pejuang Islam tersohor di Pare, yakni Kiai Nurwahid, tersebut mengambil pola dasar arsitektur khas Jawa Klasik. Hal ini dapat dilihat pada atap masjid yang berbentuk tajug dengan model piramid di ujung atasnya. Menariknya, atap ini dibuat dengan sudut kemiringan yang cukup ekstrem sehingga terkesan menjulang tinggi ke langit.

Keindahan masjid diperkuat dengan keberadaan kolam tepat di area plaza masjid. Pada waktu-waktu tertentu, kolam tersebut merefleksikan bayangan masjid secara utuh hingga menghasilkan pemandangan yang sangat indah. Pada malam hari pun kolam menjadi aksen keindahan tersendiri karena dilengkapi lampu di sepanjang bibir dan tengah kolam.

Meskipun mengambil gaya Jawa Klasik, pada Masjid An-Nur ini juga diberlakukan modifikasi. Tiang utama atau biasa disebut sebagai soko guru yang pada kebanyakan masjid Jawa Kuno berjumlah empat, pada masjid ini masing-masing tiang digandakan lagi menjadi empat soko guru yang disatukan oleh balok pengikat saling bersilangan.

Bagian dalam ruang utama masjid tampil bersahaja, tidak terlalu banyak menggunakan detail ornamen. Konsep ruang memang dibuat terbuka sehingga pencahayaan alami dari luar bebas menerobos ke dalam ruang. Tidak banyak detail ornamen yang tampak pada mihrab masjid ini. Mihrab hanya dibentuk dari tiga lapis garis lengkung sebagai pembeda dengan bagian lain. Mimbar yang diletakkan di mihrab pun terlihat sederhana.

Keunikan lainnya adalah beduk di ruang utama ibadah. Di kebanyakan masjid, biasanya beduk diletakkan di plaza atau luar ruang utama. Namun, keberadaan beduk ini terkesan sebagai aksen ruang yang menegaskan keutamaan ruang tersebut. Masjid yang rancangannya terilhami oleh arsitek asal Amerika Serikat, John Portman, tersebut berhasil memadukan berbagai keunikan menjadi satu bentuk yang megah namun tetap elegan. Hasilnya, kesan ramah pun terasa kental di sana.***


Saturday, December 24, 2016

Masjid Islamic Centre Dr. H. Moeldoko

Masjid Islamic Center ini merupakan impian dari Pak Moeldoko sejak lama dan beliau wujudkan dengan memulai peletakan batu pertama pembangunannya pada saat beliau masih menjabat sebagai Panglima TNI.

Masjid megah yang masih gres ini bernama Masjid Islamic Center Dr. H. Moeldoko. Nama masjid yang sama sekali tak berarima arab seperti kebanyakan nama masjid yang biasa dikenal, nama masjid ini memang dinamai sesuai dengan nama pembangunannya yakni, Jendral TNI (Pur) Dr. H. Moeldoko, mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Masjid Megah nan modern ini berdiri di tepian ruas jalan raya Kayen di kecamatan Bandar Kedung Mulyo, kabupaten Jombang, ruas jalan yang saban hari di lalui oleh Pak Jenderal dengan berjalan kaki semasa masih menempuh pendidikan sekolah menengah dikampung halaman nya.

Masjid Islamic Center Dr. H. Moeldoko
Jl. Raya Kayen, Kayen, Bandar Kedung Mulyo
Kabupaten Jombang, Jawa Timur 61462



Pembangunan Masjid Islamic Center Dr. H. Moeldoko di mulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 5 Oktober 2014 dan diresmikan pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2016 langsung oleh Jenderal (purn) Dr. H. Moeldoko dihadiri oleh Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko, Ketua DPRD Jawa Timur A Halim Iskandar.

Pada saat peresmian, Dr. H. Moeldoko mengatakan bahwa “Masjid ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang telah membesarkan saya hingga sampai seperti ini. Selain itu Masjid ini saya persembahkan untuk bangsa dan negara.

Arsitektur masjid terisnpirasi saat Moeldoko melakukan perjalanan spiritual dan berkunjung ke puncak peradaban Islam, yaitu Masjid Biru di Istambul, Turki. Selain itu, kemegahan Masjid Ar Rayyan, Kebon Sirih, Jakarta, juga semakin membulatkan niat Moeldoko untuk segera merealisasikan cita-citanya membangun masjid.

Langgam bangunan masjid Turki sangat kental pada Masjid ini, perhatikan fasad bangunannya yang tinggi datar dan kokoh, lalu kubah besar di atap masjid plus menaranya yang menjulang.

Lahan tempat masjid ini berdiri merupakan lahan milik Pemkab Jombang sedangkan dana pembangunan masjid seluruhnya ditanggung oleh Pak Moeldoko. lokasi Islamic Centre ini sengaja dipilih di kawasan Bandar Kedungmulyo. Pasalnya, lokasi tersebut jaraknya dekat Kecamatan, Purwoasri, Kabupaten Kediri dan juga dekat dengan Kota Jombang. Masing-masing jaraknya hanya 10 kilometer.

Kecamatan Purwoasri, Kediri dan Jombang memang memiliki sejarah tersendiri bagi mantan Panglima TNI. Pasalnya, Pak Moeldoko dilahirkan di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri. Sedangkan Jombang adalah tempat Beliau mengahabiskan masa mudanya. Dia bersekolah di SMPP Jombang (sekarang SMA Negeri 2 Jombang).

Atas dasar itu pula Pak Moeldoko ingin memberikan hal terbaik untuk masyarakat Jombang dan Kediri. Yakni dengan mendirikan komplek Islamic Centre. Dalam komplek tersebut terdapat masjid mewah berarsitek Turki Istambul dengan dua menara tinggi menjulang. Seluruh aset tersebut pengelolaannya diserahkan ke Pemkab Jombang. Kecuali untuk panti asuhan, yang tetap beliau tangani sendiri. Di panti asuhan tersebut terdapat 14 anak yatim. dan beliau sudah berniat untuk menyekolahkan mereka hingga sekolah tingkat tinggi.

Selain masjid, di komplek tersebut juga terdapat gedung Islamic Centre, serta pusat oleh-oleh. Karena masjid mewah itu memang diproyeksikan sebagai tempat wisata religi. Masjid ini berukuran 30x30 meter dan mampu menampung sekitar 1500 jamaah. Sedangkan luas lahan mancapai 6.685 meter persegi. Bukan hanya itu, di komplek tersebut juga terdapat sekolah TK dan TPQ berukuran 8×24 meter persegi, serta panti asuhan. Terakhir terdapat tiga unit toko atau pusat oleh-oleh.***


Sunday, December 18, 2016

Masjid Al-Ishlah Arso IX Keerom

Berbentuk masjid masjid tradisional di pulau Jawa, masjid Al-Ishlah Arso IX ini merupakan salah satu dari masjid masjid serupa di kabupaten Keerom, provinsi Papua.

Keerom adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua yang berbatasan langsung dengan Republik Papua Nugini, bersama sama dengan kota Jayapura, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan kabupaten Merauke. Keerom juga merupakan wilayah kabupaten di provinsi Papua yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Pekembangan wilayah kabupaten ini salah satunya adalah keberhasilan program transmigrasi sejak masa pemerintahan mendiang Presiden Soeharto.

Terdapat tiga distrik di Kabupaten Keerom yang merupakan daerah penempatan trasnmigran antara tahun 1964 hingga tahun 2000 yaitu Distrik Arso 4.820 KK atau 20.033 jiwa, Skanto 3.309 KK atau 13.729 jiwa dan Distrik Senggi 330 KK atau 1.218 jiwa. Daerah asal para transmigran antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT (Flobamora).

Di tahun 2008 Bupati Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, Drs Celsius Watae mendapat pengharagan dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) karena keberhasilannya dalam melakukan pendampingan kepada para eks transmigran di kabupaten tersebut.

Kabupaten Keerom merupakan wilayah pemekaran dari Jayapura. Berdasarkan undang-undang Nomor 26 Tahun 2002, Luas wilayahnya mencapai 9.365 kilometer persegi dengan 7 distrik yang masuk wilayah Kabupaten Keerom, yaitu Arso, Waris, Senggi, Skanto, Web, Arso Timur dan Towe. Sesuai dengan UU 26/2002, kabupaten Keerom beribukota di Waris, namun karena belum tersedianya infrastruktur yang memadai, roda pemerintahan kabupaten, dijalankan di Arso.

Zikir dan Sholawat di masjid Al-Ishlah Arso IX

Keerom memiliki banyak potensi, seperti pertanian yang menghasilkan padi, perkebunan dari kelapa sawit, peternakan di antaranya ayam, dan perikanan yang menghasilkan pendapatan ikan air tawar. Belum lagi buah merah, buah populer dari Papua dan hanya di Papua. Begitu pula dengan sarang tawon.

Sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Masjid dan mushola dengan mudah dapat ditemukan di kabupaten Keerom. Salah satunya adalah Masjid Al-Ishlah Arso IX yang berada di kampong Intaimilyan Skanto. Salah satu kawasan yang berkembang melalui program transmigrasi.

Masjid Al-Ishlah Arso IX dibangun pertama kali tahun 1990 diatas tanah seluas 1000 meter persegi dan luas bangunan 600 meter persegi. Tanah tempat masjid ini berdiri berstatus Sertifikat Hak Milik (SHM). Masjid Al-Ishlah juga sudah terdaftar di kementrian agama dengan nomor I.D. masjid 01.4.32.11.05.000008.

Masjid Al-ishlah Arso IX
Jl. Nusantara, UPT IX Kampung Intalmilyan
Disttrik Skanto, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Keerom, Papua 99468, Indonesia


Para pengurus masjid dan mayoritas jamaahnya adalah para transmigran muslim dari luar Papua. Di malam Jum’at, praktis aktifitas masyarakat muslim di sini seperti terhenti. Aktivitas masjid ini cukup makmur termasuk penyelenggaraan pengajian dengan mengundang Ustadz dari Pulau Jawa seperti yang dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Agustus 2016.

Sekitar 500 jemaah begitu antusias dan berbondong-bondong mendatangi Masjid Al-Islah guna menghadiri pengajian, dzikir dan sholawat yang terselenggara atas kerjasama ta’mir Masjid Al-Islah dengan Majelis Ta’lim Al-Munawwarah Kabupaten Keerom dengan menghadirkan Gus Anom bin Syech Arifin bin Ali bin Hasan dari Sidoarjo Jawa Timur. Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Kabupaten Keerom M. Markum, Dansatgas Yonmek 516/CY Letkol Inf.  Lukman Hakim dan Ketua MUI Kabuapten Keerom H. Nursalim.***

Saturday, December 17, 2016

Masjid Al-Mukarrom, Masjid Jum’at Pertama di Pangkal Pinang

Dibangun tahun 1928, Masjid Al-Mukarrom Tuatunu, tempat penyelenggaraan sholat Jum'at pertama di kota Pangkal Pinang.

Masjid Al-Mukarrom merupakan salah satu masjid tertua di pulau Bangka terutama di kota Pangkal Pinang, berbagai sumber di dunia maya menyebut Masjid ini sebagai tempat pertama penyelenggaraan sholat Jum’at berjamaah di kota Pangkal Pinang, meski kabar tersebut belum dapat di validasi. namun keberadaan Masjid ini masih terawatt dan digunakan masyarakat muslim disana.

Didirikan tahun 1928, awalnya berada di tengah kampung tua atau kampung lama tuatunu, sekarang terletak persis di ujung kampung Tuatunu. belum ada informasi tambahan tentang lokasi masjid yang dimaksud, apakah terjadi pemindahan bangunan masjid dari lokasi lama ditengah kampung ke lokasinya saat ini atau karena jumlah penduduk yang bertambah ke satu sisi kampung saja sehingga membuat masjid ini kini seolah berada di ujung kampung.

Masjid Al Mukarrom
Jl. Tua Tunu Raya, Tua Tunu, Gerunggang
Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung 33173



Secara umum, bangunan masjid Al-Mukarrom Tua Tunu ini terbagi menjadi dua bagian, yakni bangunan utama dan bangunan tambahan berupa pendopo terbuka dengan gaya bangunan yang lebih modern. Bangunan utama masjid berdenah persegi empat dinding tembok permanen dana tap bertingkat tiga. Satu kubah dari bahan metal berukuran kecil ditempatkan di ujung paling atas atap bangunan utama.

di bagian depan (timur) masjid terdapat Menara sederhana menggunakan kerangka besi tempat menempatkan pengeras suara. Disebelah Menara besi ini terdapat satu sumur tua lengkap dengan timba dan tiangnya. Sedangkan di sisi selatan masjid terdapat kulah atau bak penampungan air untuk berwudhu lengkap dengan gayungnya.***

(data di olah dari berbagai sumber)

Monday, December 12, 2016

Masjid Agung Al-Ittihad Tebo

Sussana Sholat Idul Fitri di Masjid Agung Al-Ittihad Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi

Kabupaten Tebo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Kabupaten ini berasal dari hasil pemekaran Kabupaten Bungo Tebo, tanggal 12 Oktober 1999. Pusat pemerintahan kabupaten Tebo berada di Muara Tebo. di Pusat pemerintahannya, kabupaten Tebo telah memiliki masjid Agung dengan nama Masjid Agung Al-Ittihad Tebo yang merupakan masjid termegah dan terbesar di kabupaten Tebo.

Pembangunan masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama pembangunan masjid agung Al-Ittihad Tebo di tahun 2013, proses pembangunanya terbilang cukup singkat hanya sekitar selama dua tahun. Masjid Agung Al-Ittihad selesai dibangun dan diserahterimakan dari PT. Nindya Karya Selaku kontraktor pembangunan masjid kepada Dinas PU kabupaten Tebo pada tanggal 9 Maret 2015 dengan biaya pembangunan mencapai Rp. 60 Milyar Rupiah.

Masjid Agung Tebo
Jl. Muara Bungo Jambi, Pal 2, Muara
Bedaro Rampak, Tebo, Kabupaten Tebo,
Jambi 37573 Indoensia

  

Masjid tersebut tidak langsung difungsikan setelah proses serah terima karena masih ada beberapa perbaikan yang harus dilaksanakan termasuk mempersiapkan segala kelengkapan masjid tersebut, termasuk pengujian pasokan air, lampu lampu penerangan, pasokan listrik cadangan, toilet, sound system dan sebagainya.

Baru pada bulan suci Romadhan 1436H / Juli 2015 masjid ini mulai difungsikan sekaligus menjadi sholat Idul Fitri pertama yang diselenggarakan di masjid ini dihadiri oleh Bupati Tebo H.Sukandar dan Sekda Tebo Noor Setyo Budi serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Tebo dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Tebo.

Interior Masjid Agung Tebo

Animo masyarakat muslim Tebo begitu tinggi untuk menunaikan sholat Ied di masjid Agung yang baru tersebtu, jemaah dari berbagai daerah kabupaten Tebo tumpah ruah ke masjid ini tidak saja yang berasal dari ibukota kabupaten namun juga diramaikan oleh jemaah yang datang cukup jauh dari Muara Tebo. Pada 12-17 Oktober 2015 Masjid Agung Al-Ittihad ini menjadi tuan rumah penyelenggaraan MTQ ke-45 tingkat provinsi Jambi. Kabupaten Surolangun keluar sebagai juara umum dalam perhelatan tersebut.

Sebagai masjid agung kabupaten, Masjid Agung Al-Ittihad Tebo ini menjadi pusat aktivitas ke-Islaman tingkat kabupaten Tebo termasuk penyelenggaraan peringatan hari hari besar islam seperti perayaan menyambut tahun baru Islam, maulid nabi, Idul Fitri dan Idul Adha, dan juga menjadi titik keberangkatan dan kedatangan Jemaah haji kabupaten Tebo, yang dilepas dan disambut langsung oleh bupati Tebo di masjid ini.***

Masjid Agung Al-Ittihad Kabupaten Tebo, Jambi

Masjid Agung Al-Ittihad Tebo ini berarsitektur Masjid Universal dengan kubah besar bewarna hijau di atap masjid ditambah dengan empat ornamen semi kubah di ke-empat penjuru atap. Ada empat bangunan Menara berdenah segi empat di ke-empat penjuru bangunan masjid yang masing masing dibangun terpisah dari bangunan utama. 

Bangunan masjid ini menggunakan begitu banyak bentuk geometris. di sisi timur masjid terdapat area plaza yang cukup luas sebagai area tambahan untuk menampung Jemaah sewaktu waktu dibutuhkan. Selain dari itu, masjid Agung Al-ittihad Tebo juga dilengkapi dengan  area parkir dan taman yang cukup luas hingga mencapai 3300 meter persegi.***

Sunday, December 11, 2016

Masjid Agung Al Mabrur Tanjung Pandan

Berkubah hijau seperti kubah Masjid Nabawi

Masjid Agung Al-Mabrur adalah masjid agung Kabupaten Belitung yang berada di Kota Tanjung Pandan. Lokasi masjid ini berdiri merupakan pusat kota Tanjung Pandan, Ibukota Kabupaten Belitung, yang  juga merupakan lokasi yang memiliki keterkaitan sejarah yang sangat erat dengan berdirinya kota Tanjung Pandan.

Lokasi Masjid Agung Al-Mabrur berada di persimpangan Jalan Sudirman dan Jalan Sekolah berseberangan dengan Tugu Pendidikan (ditengarai dulunya merupakan semacam alun alun), SD negeri 9 Tanjung Pandan (dulunya merupakan Sekolah Rakjat – SR) yang merupakan salah satu sekolah tertua di Belitung. Salah satu ruas jalan di sebelah tugu pendidikan tersebut bernama Jl. Depati Rahat yang merupakan nama dari Depati Belitung.

Masjid Agung Al Mabrur  
Alamat: Jl. Sekolah, Tanjung Pandan
Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung 33411
Indonesia



Berawal dari Masjid Depati Saleh

Kawasan tempat Masjid Agung Al-mabrur ini berdiri adalah daerah yang dulu nya merupakan kawasan Huma (ladang yang luas) sehingga dikenal dengan nama Kampung Ume. Kampung tersebut pertama kali tahun 1854 dibuka oleh KA Mohammad Saleh sebagai Depati Depati Pulau Belitung dengan gelar Tjakraningrat IX (1854-1873).

Di tahun 1854 KA Mohammad Saleh memangku jabatan Depati menggantikan kakaknya, KA Rahat yang wafat di tahun tersebut, beliau yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan dari Kampung Gunong (kini berada di sepanjang sisi selatan Jalan Merdeka Tanjung Pandan) ke Kampung Ume di ikuti oleh sebagian besar bangsawan Belitung, dan daerah itupun kemudian dikenal dengan Kampung Raje.

Berdiri di lokasi strategis di pertigaan jalan Sudirman, Sekolah dan Jl. Depati Rahad, pusat kota Tanjung Pandan

Di tempat ini, KA Mohammad Saleh membangun mesjid berbahan kayu, yang dikembangkan pada tahun 1868. Tahun 1870 dibangun kembali dengan bantuan pemerintah Kolonial Belanda, selesai tahun 1872. Mesjid Depati Saleh ini adalah cikal bakal masjid agung Al- Mabrur sekarang.

Meski letaknya terpaut cukup jauh dari komplek kantor butapi Belitung, sebagai masjid agung kabupaten masjid Agung Al-Mabrur ini menjadi pusat aktivitas ke-Islaman di kabupaten Belitung, termasuk menjadi titik keberangkatan dan penyambutan Jemaah Haji dari Kabupaten Belitung. Calon / Jemaah Haji kabupaten Belitung akan berangkat dan kembali dari tanah suci melalui Embarkasi Haji Palembang, Sumatera Selatan.***

(data di olah dari berbagai sumber)

Saturday, December 10, 2016

Masjid Tuo Pulo Kambing, Aceh Selatan

Masjid Tuo Pulo Kambing

Masjid Pulo Kambing merupakan salah satu masjid tua di Aceh serta menjadi masjid tertua di Kabupaten Aceh Selatan. Disebut sebagai masjid Tuo Pulo Kambing karena memang berada di Gampong (Desa) Pulo Kambing, kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan. Dengan usianya (paling tidak) lebih dari 600 tahun, Masjid Tuo Pulo Kambing telah masuk ke dalam daftar Cagar Budaya di Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan dengan nomor penetapan PM.90/PW.007/MKP/2011 tanggal 17 Oct 2011.

Masjid tua milik muslim Pulo Kambing ini berada di tengah tengah Desa Pulo Kambing, berbatasan dengan Rumah penduduk di sisi utara dan barat, SDN Kluet Utara di sebelah selatan dan berada di tepian jalan desa yang membentang di sisi sebelah timurnya. Arsitekturnya memang unik, perhatikan mastaka di ujung atapnya yang sangat khas.

Pada dasarnya arsitektur Masjid Tua Pulo Kambing ini sama dengan masjid masjid tradisional asli Indonesia, berupa bangunan masjid dengan atap limas bersusun tiga, namun susunan atap paling atas nya dibangun berbeda dengan dua susun atap dibawahnya. Meski berusia sudah teramat tua masjid ini terdiri dari 3 lantaiPondasinya begitu kokoh, dinding kayu, dan besinya pun masih sama seperti pertama kali masjid ini dibangun.
  
Masjid Tuo Pulo Kambing
Jl. Klueet Utara, Pulo Kambing
Kec. Kluet Utara, Kab. Aceh Selatan
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam


Keluarkan Air dari Sokoguru

Masjid Tuo Pulo Kambing di topang oleh empat sokoguru (tiang) yang berdiri di tengah tengah ruang utama masjid. Masing masing ke empat sokoguru ini berdiameter sekitar satu meter dengan ketinggian masing masing sekitar 15 meter dengan ukiran kaligrafi yang mengisahkan riwayat kebesaran kerajaan-kerajaan Islam di Aceh.

Salah satu dari empat sokoguru masjid ini dikenal luas masyarakat karena sejak masjid ini selesai dibangun, salah satu sokoguru masjid ini mengeluarkan tetesan air bening dan dingin hingga membasahi lantai masjid ini yang kala itu masih berlantai tanah.

Tetesan air tersebut kemudian dikumpulkan dan di ambil warga untuk dijadikan obat, dan Alhamdulillah khasiatnya bisa mengobati berbagai penyakit yang di derita masyarakat. Saat ini tetesan air dari tiang tersebut tidak sederas di masa lalu sejak lantai masjid di keramik dan pangkal sokoguru dicor semen. Sejenis tempat penampungan dibuat di sekitar satu sokoguru ini untuk menampung air yang menetes dari tiang tersebut.

Dua Versi Sejarah Masjid Tuo Pulo Kambing

Ada dua versi tentang sejarah Masjid Tuo Pulo Kambing ini. Versi pertama menyebutkan bahwa masjid Tuo Pulo Kambing Didirikan oleh Tgk Ali Basyah (Teungku Aceh) semasa kepemimpinan Keujruen Kluet (setingkat Ulee Balang) ke 11 yakni Teuku Meurah Adam, sekitar sembilan abad (900 tahun) yang lalu, jauh sebelum penjajah Belanda masuk ke Aceh. Kala itu wilayah kekuasaan Keujruen Kluet meliputi Kasik Putih, Samadua hingga Trumon, sebelum dibentuk Kewedanaan.

Penampungan tetesan air di salah satu sokoguru Masjid Tuo Pulo Kambing

Versi kedua, menyebutkan bahwa keberadaan masjid tertua ini tidak terlepas dari usaha dan kegigihan Syehk Syamsuddin, atau Syeh Muhammad Husen Al Fanjuri bin Muhammad Al Fajri Kautsar, seorang ulama murid seorang ulama sufi asal Persia (kini Iran dan sekitarnya), pada tanggal 8 Agustus tahun 1351 Masehi, lebih dari 6 abad (600 tahun). Ada perbedaan tarikh yang teramat jauh antara versi pertama dan versi kedua sejarah pembangunan masjid ini.

Pada masa masa masa awal, masjid ini merupakan masjid utama muslim Kluet Raya. Pada masa itu tidak semua gampong memiliki masjid dan rumah rumah penduduk pun masih jarang, sehingga masjid Pulo Kambing menjadi pusat ibadah masyarakat Kluet Raya, baik shalat lima waktu maupun sembahyang jamaah Jumat dan hari raya. Seiring perjalanan waktu, islam telah berkembang pesar dan gampong gampung sudah memiliki masjid, kini masjid Pulo Kambing Menjadi Masjid Desa Pulo Kambing (saja). Masjid ini pun telah beberapa kali di renovasi meskipun secara fisik dan ciri khasnya tetap dipertahankan.

Masjid Tuo Pulo Kambing ini sempat menjadi tempat perlindungan saat musibah gempa dan tsunami melanda kawasan Aceh pada tahun 2004 lalu. Masjid Tua Pulo Kambing bukanlah satu satunya bangunan tua yang ada di Pulo Kambing, disekitar masjid ini, bangunan yang berusia lebih tua pun masih kokoh berdiri. Salah satunya adalah rumah keluarga kerajaan di era Kerajaan Aceh Darussalam. hingga kini masjid ini tidak sepi dari pengunjung, baik penduduk Aceh Selatan maupun luar daerah. ***


Wednesday, December 7, 2016

Bantu Muslim Asli Papua Bangun Masjid di Kabupaten Sorong

Maket masjid Al-Jabal Maiboh

Desa Maiboh merupakan sebuah desa terisolir yang terletak di Kel. Klabinain Distrik Aimas, Kabupaten Sorong Papua Barat. Jarak tempuh dari pusat kota sekitar 30 KM. Mereka yang tinggal di Desa Maiboh adalah 100 % Asli Muslim Papua. Total Jiwa yang mendiami Kampung Maiboh ini kurang lebih 400 jiwa dan sebagian dari mereka adalah muallaf.

Jika mereka ingin Shalat Jum'at maupun Shalat Hari Raya, mereka harus berjalan keluar Desa kurang lebih 3 KM untuk sampai di Masjid Kampung tetangga atau Kelurahan Tetangga. Karena sebagian besar dari mereka adalah muallaf, otomatis permasalahan praktik ibadah praktis masih sangat kurang. Masih banyak di antara mereka belum paham dan mengerti tentang tatacara Bersuci, Shalat, serta Adab sesuai syariat Islam.


Tidak hanya itu, mereka pun menjadi objek misi orientalis yang berniat menggoyahkan aqidah mereka. Alhamdulillah atas usaha dakwah ini kami masih mampu mempertahankannya. Hal ini yang mendorong AFKN Sorong melakukan pembinaan demi pembinaan untuk mereka. Namum dalam melakukannya, mendapati berbagai macam kendala yaitu adalah Sarana Ibadah yang saat ini digunakan tidaklah layak.

Hal ini membuat kehadiran Masjid di Desa Maiboh menjadi vital untuk kemudahan warga dalam beribadah dan keberlangsungan syiar Islam. Tergerak dengan kondisi di atas, Yayasan Alfatih Kaaffah Nusantara dibawah binaan Ustadz M Zaaf Fadhlan Rabbani Al Garamatan, berniat membangun Masjid yang nantinya akan digunakan sebagai central dakwah ummat Islam, pemberdayaan ekonomi berbasis masjid dan tempat belajar mengaji.

Pembuatan pondasi Masjid Al-Jabal Maiboh

Selain itu agar para Muballigh/ah yang datang ke Papua dapat kami arahkan ke Desa Maiboh guna memberikan Bimbingan. Adapun lokasi Masjid yang akan dibangun letaknya pas di rumah hunian Masyarakat Muslim Asli Papua dari Suku Kokoda ada juga dari Suku Raja Ampat.

Penggalangan dana untuk pembangunan masjid ini di inisiasi oleh Bpk. Ruslan Rasid, S.Pd.I (No. Hp. 082399260445) selaku Ketua Yayasan Alfatih Kaaffah Nusantara Kabupaten Sorong, Papua Barat, melalui situs kitabisa.com. Klik link dibawah ini untuk melakukan donasi.