Monday, June 10, 2019

Masjid Agung Indramayu, Jawa Barat

Situs kementrian Agama RI menyebutkan bahwa Masjid Agung Indramayu dibangun tahun 1965. Namun ada dua versi sejarah yang lain yang menyebutkan bahwa Masjid Agung Indramayu pertama kali dibangun sebagai sebuah langgar atau mushola ditahun 1937, versi lainnya bahkan menyebutkan sudah berdiri sejak tahun 1820.

Masjid Agung Indramayu di Kabupaten Indramayu merupakan salah satu masjid agung berusia tua di provinsi Jawa Barat, dan sejak saat berdiri sudah menjadi pusat kegiatan keagamaan di daerah tersebut. Masjid Agung yang di kota yang terkenal dengan buah mangga nya ini kini menjadi kebanggaan warga kabupaten Indramayu.

Masjid Agung Indramayu berdiri di sisi barat alun alun margadadi, kawasan pusat pemerintahan kabupaten Indramayu bersama sama dengan bangunan pendopo kabupaten Indramayu yang berdiri di tepian Sungai Cimanuk, sungai yang melintasi wilayah kabupaten tersebut dan sudah menjadi urat nadi peradaban sejak masa kerajaan hingga masa colonial sebelum jalur perhubungan darat terbuka lebar seperti saat ini.

Masjid Agung Indramayu
Alun-Alun, Margadadi, Kec. Indramayu
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45212



Dua versi sejarah Masjid Agung Indramayu ; 1820 atau 1937?

Sejauh ini belum diketahui dengan pasti kapan masjid Agung Indramayu ini dibangun. Ada dua pendapat tentang tarikh pembangunannya. Ketua Indramayu Historia Foundation, Nang Sadewo mengatakan, Masjid Agung dan Pendopo Pemkab telah ada semenjak tahun 1820. Khusus untuk pendopo, pada masa itu berfungsi sebagai kantor kademangan. Pendopo menjadi pusat pemerintahan fase kedua dalam sejarah Indramayu.

Menurut beliau, pusat pemerintahan Indramayu, awalnya berada di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang. Tercatat telah ada semenjak tahun 1613. Namun setelah Belanda hadir pada tahun 1620, pusat pemerintahan dipindahkan ke area pendopo sekarang. Perpindahan tersebut, seiring perkembangan Sungai Cimanuk yang difungsikan sebagai pelabuhan untuk bongkar muat komoditas. Sungai Cimanuk di area pendopo sempat berfungsi sebagai pelabuhan komoditas mulai sekitar tahun 1500.

Sentuhan gaya Masjid Agung Demak memang sangat kental pada arsitektur Masjid Agung Indramayu, hal itu yang menjadi dasar dugaan bahwa masjid ini dibangun oleh Wali Songo dan penyebaran Islam di Indramayu pun dilakukan oleh para tokoh yang sama.
Kemudian pada tahun 1772, kejayaannya perlahan surut seiring terjadi perang antara tiga pihak, yakni Belanda, Kerajaan Mataram, dan Kerajaan Banten. Pada tahun tersebut fungsi pelabuhan yang semula dipakai sebagai tempat bongkar muat komoditas, berubah menjadi tempat suplai persenjataan perang. Perubahan fungsi itulah yang membuat kejayaan pelabuhan Cimanuk berangsur-angsur memudar.

Masih menurut Nang Sadewo, puncak kejayaan Bandar Cimanuk adalah pada tahun 1513. Pada tahun tersebut, banyak kapal-kapal pedagang dari beragam wilayah, mulai dari Cina, Mataram, sampai Batavia. Jejak sejarah itu terekam dari berbagai sumber. Mulai dari naskah kuno, litografi, serta beberapa buku-buku berbahasa belanda. Beberapa bahan tersebut ada di Leiden, Belanda,” ujarnya.

Sejarawan berkeyakinan bahwa pembangunan Masjid Agung Indramayu serta pendopo kabupaten yang berada di sisi selatan Alun Alun atau sisi tenggara masjid ini berkaitan erat dengan peran sungai Cimanuk sebagai urat nadi transportasi di masa lalu pada saat perhubungan darat belum sebaik saat ini.
Menurut dia, meski pada tahun 1772 fungsi pelabuhan utama perlahan menyurut, namun pelabuhan-pelabuhan kecil masih berfungsi sampai sekitar tahun 1940-an. Hingga akhirnya pada era 1950, Bandar Cimanuk akhirnya ditutup untuk aktivitas perdagangan seperti sebelumnya, karena sungainya sering menimbulkan banjir.

Kontribusi Tjoe Teng

Versi lain terkait sejarah masjid Agung Indramayu ini justru menyebutkan bahwa pembangunannya dimulai tahun 1937 sebagai sebuah langgar (mushola) berukuran kecil di tepian sungai Cimanuk. Disebutkan bahwa tingginya intensitas perdagangan pada saat itu membuat sebagian besar warga pribumi yang beragama Islam berinisiatif gotong royong membangun sebuah langgar sederhana dengan ukuran kecil di tepi Sungai Cimanuk.

Foto lama dari masa Hindia Belanda memang menunjukkan bentuk bangunan Masjid Agung Indramayu pada era awal memang sangat mirip dengan Masjid Agung Demak meski dalam bentuk yang lebih sederhana.
Tujuan dibangunnya langgar tersebut untuk memberikan sarana beribadah bagi ummat Islam di kawasan tersebut. Keberadaan langgar yang saat itu belum bernama, cukup membantu ibadah masyarakat Indramayu, serta sejumlah pedagang asal Tiongkok yang beragama Islam dan kerap menjalankan aktivitas niaga di sana.

Seiring perkembangan waktu, langgar kecil tersebut mulai dipugar, dan dibangun secara gotong royong oleh masyarakat setempat. Pemugaran langgar tersebut tidak terlepas dari peran sentral seorang mualaf asal Tiongkok bernama Tjoe Teng. Tanah seluas 1 hektare milik Tjoe Teng yang terhampar di sisi langgar tersebut, dihibahkan secara sukarela untuk kepentingan pembangunan langgar.

Interior Masjid Agung Indramayu dengan empat sokoguru dan sisi mihrab dengan mimbar berukir serta lampu gantungnya yang antik.
Tjoe Teng yang saat itu sangat terkenal sebagai saudagar kaya dengan berbagai jenis usaha baik beras maupun komoditi lainnya, ikut menyumbangkan sebagian rezekinya untuk pemugaran hingga pembangunan langgar. Tjoe Teng pun memiliki komitmen yang cukup besar untuk membangun tempat ibadah yang representatif, meski ia merupakan mualaf. Sikap dermawan sang mualaf asal Tiongkok ini membuat warga pribumi sangat menghormatinya, dan menganggap Tjoe Teng sebagai penduduk pribumi.

Selain mendapatkan bantuan dari Tjoe Teng, masyarakat sekitar ikut membantu baik dengan tenaga maupun materi. Setelah dibangun secara gotong royong, Masjid Agung Indramayu pun berdiri cukup besar di zamannya, dan menjadi pusat ibadah kaum muslimin dan muslimat Indramayu dalam menjalankan ibadah, termasuk juga menjadi tempat sholat ied bagi sebagian masyarakat Indramayu.

Tjoe Teng, seorang mualaf Thionghoa dan juga pengusaha kaya Indramayu ini diyakini sebagai toko sentral pembangunan awal Masjid Agung Indramayu. Kedekatannya dengan muslim pribumi membuat masyarakat setempat pun menganggap beliau sebagai pribumi Indramayu.
Sementara itu, situs kementerian agama memberikan data yang lebih baru lagi menyebutkan bahwa masjid Agung Indramayu dibangun tahun 1965. Berdiri di atas lahan seluas 4000 meter persegi dengan status tanah SHM dan luas bangunan 3500 meter persegi dan berdaya tampung 1000 jemaah. Bisa jadi yang dimaksud di situs kementrian agama ini adalah pembangunan masjid Agung Indramayu di masa kemerdekaan dan merupakan bangunan masjid yang berdiri saat ini.

Arsitektur Masjid Agung Indramayu

Masjid Agung Indramayu dibangun dengan arsitektur khas Indonesia berupa bangunan masjid dengan atap limas bersusun tiga. Budayawan dan sejarahwan Indramayu, Fuzail Ayad Syahbana, menjelaskan, berdasarkan sejumlah saksi sejarah Masjid Agung Indramayu berupa foto-foto tempo dulu yang diperolehnya dari kantor arsip Hindia Belanda, Masjid Agung Indramayu memiliki satu ciri khas pada konstruksi bangunannya yang mirip Masjid Demak.

Jemaah sholat Ied di Masjid Agung Indramayu yang membludak hingga ke Alun Alun.
Bangunan utama berdiri di tengah, kemudian ditambahkan bangunan serambi di tiga sisinya serta beranda di sisi sebelah timur. Di masing masing empat penjuru serambi dibangun atap limas bersusun dua, menambah keindahan masjid ini dengah enam atap limas bersusun mencuat menusuk langit.

Ruang utama masjid didominasi ornamen kayu dari empat sokoguru perssegi empat, langit langit hingga sisi kiblatnya. Di dalam mihrab ditempatkan satu mimbar khutbah dari kayu berukir, posisi khatib ditempatkan pada posisi lebih tinggi hanya dengan undakan anak tangga. Satu lagi ukiran ditempatkan di tengah sebagai tempat imam dan satu jam duduk berukuran besar di sisi mihrab sebelah kiri. Ukiran lafazd Allah dan Muhammad ditempatkan dibagian atas mihrab dibalut dengan warna emas.

Masjid Agung Indramayu juga dilengkapi dengan sebuah menara dari kerangka beton di sisi tenggara masjid. Pemerintah setempat menata kawasan masjid ini cukup apik dengan membangun taman di sepanjang bantaran sungai Cimanuk di sisi barat masjid ini.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga


1 comment:

  1. rindu dengan suasana masjid agung waktu kecil yang membolehkan anak2 bermain kesana kemari dengan riang gembira

    ReplyDelete