Masjid Agung Indramayu di Kabupaten Indramayu merupakan salah satu
masjid agung berusia tua di provinsi Jawa Barat, dan sejak saat berdiri sudah
menjadi pusat kegiatan keagamaan di daerah tersebut. Masjid Agung yang di kota
yang terkenal dengan buah mangga nya ini kini menjadi kebanggaan warga
kabupaten Indramayu.
Masjid Agung Indramayu berdiri di sisi barat alun alun margadadi, kawasan
pusat pemerintahan kabupaten Indramayu bersama sama dengan bangunan pendopo
kabupaten Indramayu yang berdiri di tepian Sungai Cimanuk, sungai yang
melintasi wilayah kabupaten tersebut dan sudah menjadi urat nadi peradaban
sejak masa kerajaan hingga masa colonial sebelum jalur perhubungan darat terbuka
lebar seperti saat ini.
Masjid Agung Indramayu
Alun-Alun, Margadadi, Kec. Indramayu
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45212
Dua versi sejarah Masjid Agung Indramayu ; 1820
atau 1937?
Sejauh ini belum diketahui dengan pasti kapan masjid Agung Indramayu ini
dibangun. Ada dua pendapat tentang tarikh pembangunannya. Ketua
Indramayu Historia Foundation, Nang Sadewo mengatakan, Masjid Agung dan Pendopo
Pemkab telah ada semenjak tahun 1820. Khusus untuk pendopo, pada masa itu
berfungsi sebagai kantor kademangan. Pendopo menjadi pusat pemerintahan fase
kedua dalam sejarah Indramayu.
Menurut beliau, pusat pemerintahan Indramayu, awalnya berada di Desa
Dermayu, Kecamatan Sindang. Tercatat telah ada semenjak tahun 1613. Namun
setelah Belanda hadir pada tahun 1620, pusat pemerintahan dipindahkan ke area
pendopo sekarang. Perpindahan tersebut, seiring perkembangan Sungai Cimanuk yang difungsikan
sebagai pelabuhan untuk bongkar muat komoditas. Sungai Cimanuk di area pendopo
sempat berfungsi sebagai pelabuhan komoditas mulai sekitar tahun 1500.
Kemudian pada tahun
1772, kejayaannya perlahan surut seiring terjadi perang antara tiga pihak,
yakni Belanda, Kerajaan Mataram, dan Kerajaan Banten. Pada tahun tersebut
fungsi pelabuhan yang semula dipakai sebagai tempat bongkar muat komoditas,
berubah menjadi tempat suplai persenjataan perang. Perubahan fungsi itulah yang membuat kejayaan
pelabuhan Cimanuk berangsur-angsur memudar.
Masih menurut Nang Sadewo, puncak kejayaan Bandar
Cimanuk adalah pada tahun 1513. Pada tahun tersebut, banyak kapal-kapal
pedagang dari beragam wilayah, mulai dari Cina, Mataram, sampai Batavia. Jejak sejarah itu
terekam dari berbagai sumber. Mulai dari naskah kuno, litografi, serta beberapa
buku-buku berbahasa belanda. Beberapa bahan tersebut ada di Leiden, Belanda,”
ujarnya.
Menurut dia, meski
pada tahun 1772 fungsi pelabuhan utama perlahan menyurut, namun pelabuhan-pelabuhan
kecil masih berfungsi sampai sekitar tahun 1940-an. Hingga akhirnya pada era
1950, Bandar Cimanuk akhirnya ditutup untuk aktivitas perdagangan seperti
sebelumnya, karena sungainya sering menimbulkan banjir.
Kontribusi Tjoe
Teng
Versi lain terkait sejarah masjid Agung Indramayu ini justru menyebutkan
bahwa pembangunannya dimulai tahun 1937 sebagai sebuah langgar (mushola)
berukuran kecil di tepian sungai Cimanuk. Disebutkan bahwa tingginya intensitas perdagangan pada saat itu membuat sebagian besar
warga pribumi yang beragama Islam berinisiatif gotong royong membangun sebuah
langgar sederhana dengan ukuran kecil di tepi Sungai Cimanuk.
Foto lama dari masa Hindia Belanda memang menunjukkan bentuk bangunan Masjid Agung Indramayu pada era awal memang sangat mirip dengan Masjid Agung Demak meski dalam bentuk yang lebih sederhana. |
Tujuan dibangunnya
langgar tersebut untuk memberikan sarana beribadah bagi ummat Islam di kawasan
tersebut. Keberadaan langgar yang saat itu belum bernama, cukup membantu ibadah
masyarakat Indramayu, serta sejumlah pedagang asal Tiongkok yang beragama Islam dan kerap
menjalankan aktivitas niaga di sana.
Seiring
perkembangan waktu, langgar kecil tersebut mulai dipugar, dan dibangun secara
gotong royong oleh masyarakat setempat. Pemugaran langgar tersebut tidak
terlepas dari peran sentral seorang mualaf asal Tiongkok bernama Tjoe Teng.
Tanah seluas 1 hektare milik Tjoe Teng yang terhampar di sisi langgar tersebut,
dihibahkan secara sukarela untuk kepentingan pembangunan langgar.
Interior Masjid Agung Indramayu dengan empat sokoguru dan sisi mihrab dengan mimbar berukir serta lampu gantungnya yang antik. |
Tjoe Teng yang saat
itu sangat terkenal sebagai saudagar kaya dengan berbagai jenis usaha baik
beras maupun komoditi lainnya, ikut menyumbangkan sebagian rezekinya untuk
pemugaran hingga pembangunan langgar. Tjoe Teng pun memiliki komitmen yang
cukup besar untuk membangun tempat ibadah yang representatif, meski ia
merupakan mualaf. Sikap dermawan sang mualaf asal Tiongkok ini membuat warga
pribumi sangat menghormatinya, dan menganggap Tjoe Teng sebagai penduduk pribumi.
Selain mendapatkan
bantuan dari Tjoe Teng, masyarakat sekitar ikut membantu baik dengan tenaga
maupun materi. Setelah dibangun secara gotong royong, Masjid Agung Indramayu pun
berdiri cukup besar di zamannya,
dan menjadi pusat ibadah kaum muslimin dan muslimat
Indramayu dalam menjalankan ibadah,
termasuk juga menjadi tempat sholat ied bagi sebagian
masyarakat Indramayu.
Sementara itu, situs kementerian agama memberikan data yang lebih baru
lagi menyebutkan bahwa masjid Agung Indramayu dibangun tahun 1965. Berdiri di
atas lahan seluas 4000 meter persegi dengan status tanah SHM dan luas bangunan
3500 meter persegi dan berdaya tampung 1000 jemaah. Bisa jadi yang dimaksud di
situs kementrian agama ini adalah pembangunan masjid Agung Indramayu di masa
kemerdekaan dan merupakan bangunan masjid yang berdiri saat ini.
Arsitektur Masjid Agung Indramayu
Masjid Agung Indramayu dibangun dengan arsitektur khas Indonesia berupa
bangunan masjid dengan atap limas bersusun tiga. Budayawan dan sejarahwan
Indramayu, Fuzail Ayad Syahbana, menjelaskan, berdasarkan sejumlah saksi
sejarah Masjid Agung Indramayu berupa foto-foto tempo dulu yang diperolehnya
dari kantor arsip Hindia Belanda, Masjid Agung Indramayu memiliki satu ciri khas
pada konstruksi bangunannya yang mirip Masjid Demak.
Jemaah sholat Ied di Masjid Agung Indramayu yang membludak hingga ke Alun Alun. |
Bangunan utama berdiri di tengah, kemudian ditambahkan bangunan serambi
di tiga sisinya serta beranda di sisi sebelah timur. Di masing masing empat
penjuru serambi dibangun atap limas bersusun dua, menambah keindahan masjid ini
dengah enam atap limas bersusun mencuat menusuk langit.
Ruang utama masjid didominasi ornamen kayu dari empat sokoguru perssegi
empat, langit langit hingga sisi kiblatnya. Di dalam mihrab ditempatkan satu
mimbar khutbah dari kayu berukir, posisi khatib ditempatkan pada posisi lebih
tinggi hanya dengan undakan anak tangga. Satu lagi ukiran ditempatkan di tengah
sebagai tempat imam dan satu jam duduk berukuran besar di sisi mihrab sebelah
kiri. Ukiran lafazd Allah dan Muhammad ditempatkan dibagian atas mihrab dibalut
dengan warna emas.
Masjid Agung Indramayu juga dilengkapi dengan sebuah menara dari
kerangka beton di sisi tenggara masjid. Pemerintah setempat menata kawasan
masjid ini cukup apik dengan membangun taman di sepanjang bantaran sungai
Cimanuk di sisi barat masjid ini.
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang
informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Referensi
Baca Juga
rindu dengan suasana masjid agung waktu kecil yang membolehkan anak2 bermain kesana kemari dengan riang gembira
ReplyDelete