Tuesday, December 27, 2011

Masjid gedung putih guyonan dunia maya



Seorang yang sangat iseng di freakingnews.com mengedit foto Gedung Putih, kantor presiden Amerika Serikat itu menjadi sebuah masjid yang sangat megah dengan satu kubah besar utama plus tiga kubah putih yang lebih kecil di atapnya.

Hmm . . . .  aya’ aya’ wae.

Monday, December 26, 2011

Masjid Palembang Darussalam di Lhoknga, Aceh


Masjid Palembang Darusslam di Lhoknga, Aceh (foto dari mnizar)

Masjid Palembang Darusslam di Lhoknga merupakan hadiah dari rakyat Palembang dan Sumatera Selatan untuk saudara saudara Muslim di Aceh paska bencana tsunami tahun 2004 yang lalu. Arsitetektural bangunannya yang khas Palembang menjadi pemandangan tersendiri di pantai Lhoknga, mengingat bentuknya yang tak lazim bagi masjid masjid di propinsi Aceh. Masjid ini dibangun sebagai replika dari Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) di pusat kota Palembang.

Lokasi Masjid Palembang Darussalam, Lhoknga

Mesjid Palembang Darussalam Lhoknga berada di desa Mon Ikeun, Lhonga, sekitar 20 km arah barat kota Banda Aceh, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Di gerbang masuknya jelas terukir nama mesjid itu, “Mesjid Palembang Darussalam”. Berdiri di atas tanah 500 m2, mesjid Darussalam menjadi ciri khas Lhoknga, yang sebelumnya telah rata tersapu tsunami.

Arsitektural Masjid Palembang Darussalam, Lhoknga

Masjid Agung SMB II di pusat kota
Palembang (Sumatera Selatan)
Seperti halnya Masjid Agung SMB II di Palembang, Masjid Palembang Darussalam di Lhoknga juga dibangun dengan atap limas bersusun tiga layaknya masjid tradisional Indonesia namun dengan sentuhan China yang sangat kental dengan bentuk atap yang melengkung lengkap dengan ornamen disetiap ujung ujung atapnya. Masjid Palembang Darussalam didominasi cat putih, dilengkapi ruang terbuka selasar mengelilingi bangunan utama.

Pengaruh arsitektural China memang sangat kental di Masjid Agung SMB II di Palembang. Tak terlalu mengherankan bila kemudian warga Lhoknga sempat berkeberatan dengan rancangan bangunan masjid yang disodorkan panitia pembangunan yang dibentuk sendiri oleh para donatur, karena memang bentuknya yang mirip klenteng. Denah dasarnya berbentuk simetris dengan tiga beranda di tiga pintu masuk utama, sisi mihrab masjid juga berbentuk sama dengan tiga beranda yang lain meski dengan fungsi yang berbeda, dan tentu saja tertutup sesuai fungsinya sebagai mihrab.

Sejarah panjang kota Palembang memang terbentuk oleh berbagai macam etnis yang berbaur menjadi satu, termasuk etnis China. Pembauran berbagai etnis itu melebur menjadi satu menjadi budaya Palembang, yang juga tercermin pada seni bangunannya termasuk dalam seni bina bangunan Masjid Agung SMB II di pusat kota Palembang yang kemudian direplika dalam bentuk yang lebih sederhana ke dalam rancang bangun masjid Palembang Darussalam di Lhoknga, propinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Pembangunan Masjid Palembang Darussalam, Lhoknga

Masjid Palembang Darussalam di Lhoknga, dibangun selama 6 bulan di tahun 2006. Dilengkapi dengan sebuah menara berbentuk seperti menara mercu suar terpisah dari bangunan utama masjid dan dilengkapi juga dengan lahan parkir kendaraan yang cukup luas pun tersedia.

Masjid Palembang Darussalam saat dalam proses pembangunan
(foto dari looklikelive)
Bangunan masjid ini dibangun di lahan bekas sebuah Sekolah Menengah Pertama yang hancur tak bersisa tersapu tsunami.  Masjid ini dibangun untuk menggantikan masjid desa Mon Ikeun yang dulunya terletak di dalam kawasan pasar Lhoknga, lebih kurang berjarak 1 km dari masjid yang kini berdiri. Para donator pembangunan masjid ini menganggap pembangunan kembali mesjid di kawasan pasar tidak sesuai oleh karena itu mereka meminta di tempat yang baru. Atas musyawarah bersama maka diputuskan mesjid berdiri di tempat sekarang, persis di sisi kanan jalan Banda Aceh – Meulaboh.

Sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Mesjid Palembang Darussalam, Tengku Dahlan, Ketika panitia pembangunan mesjid memperlihatkan rancang bangun masjid yang akan didirikan, warga setempat sempat berkeberatan karena bentuknya yang lebih mirip Kelenteng China. Mereka menginginkan bentuk masjid seperti lazimnya bentuk mesjid di Aceh, setelah bermusyawarah masyarakat pun dapat menerimanya. Tengku Dahlan adalah warga setempat, kini hidup sebatang kara setelah anak dan istrinya telah meninggal dunia dalam bencana tsunami tahun 2004.

Hingga bulan September 2008, sholat Jumat belum dapat diselenggarakan di Masjid Palembang Darussalam Lhoknga, karena masih minimnya jumlah penduduk sekitar. Paska tsunami penduduk di daerah tersebut tersisa 20% dari jumlah semula. Untuk sholat Jumat warga berkumpul di mesjid yang lain. Tengku Dahlan mendapat kepercayaan untuk menjadi Imam sekaligus pengelola Mesjid Palembang Darussalam ini sejak pertama kali masjid diresmikan.

Tujuan Wisata Religi di Pantai Lhoknga

Mesjid beraksitektur oriental dan tak lazim di Aceh ini menjadi “oase religius” bagi para musafir yang melewati ruas jalan jalan Banda Aceh – Meulaboh. Tak ketinggalan masyarakat Palembang yang berada di Aceh pun ramai mengunjunginya. Mesjid dengan bentuk berbeda dari bentuk lazimnya tentu menjadi sesuatu yang unik. Mesjid ini menjadi salah satu tujuan wisata religius di Lhoknga.

Referensi

mnizar.multiply.com – ada masjid Palembang di lhoknga

-------------------------------ooOOOoo-------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid di Sumatera Lainnya



Masjid Tertua di Singapura, dibangun pengusaha Palembang



Sttt, tau nggak ? Masjid tertua di Singapore itu dibangun oleh seorang pengusaha Muslim Palembang Lho. dibangunnya tahun 1820, abad ke 19 yang lalu. Dimasa itu Palembang dan Singapura memang memilki hubungan dagang yang cukup erat satu sama lain. 

Masjid tersebut bernama Masjid Omar Kampung Malaka. Sesuai dengan namanya Masjid tertua di Singapore ini berada di Kampung Malaka di kawasan Keng Cbeow Street, Masjid Omar Kampong Malaka ini tidaklah terlihat sebagai masjid yang luar biasa  namun inilah masjid yang pertama kali dibangun dan menjadi masjid tertua di Singapura. Terletak di tengah tengah kawasan Singapore River Planning Area, Singapore's central business district. Dan tentu saja merupakan kawasan jantung bisnis Singapura. Lokasinya berada tak jauh dari Kuil Tan Si Chong Su. 

Rupanya kebiasaan orang kaya Indonesia suka ke Singapore itu memang ude sejak dulu ya. Bedanya dulu orang Indonesia yang kesono untuk berdagang, Nyang sekarang rame rame ke Singapore pade belanja alias shoping. Sampai sampai salah satu mantan presiden kita juga disebut sebut menjadikan Singapore semacam puskesmasnya beliau, maklumlah dikit dikit ke Singapore buat berobat ngakunya, meski sempat kepergok wartawan di orchard road, lagi belanja.....wedew.

Nama nama seperti Kampung Bugis dan Kampung Jawa masih eksis di negeri pulau itu meski orang Bugis dan orang Jawanya sudah entah kemana yang tertinggal di kampung bugis hanya gedung gedung jadul peninggalan saudagar Bugis masa lalu yang dijadikan warisan budaya oleh pemkot Singapura.

Jadi klok lagi mampir ke negeri tetangga itu dan mo singgah ke masjid nya saudagar Palembang di Singapore itu, neeh alamat nye ye. 
 
Masjid Omar Kampung Malaka.
10 Keng Cheow Street
Kampong Malaka
Singapore (059607)

Selamat mampir

Source : ada di mari

------------------ooOOOoo----------------

Jangan lupa baca juga artikel masjid lainnye ye



Saturday, December 10, 2011

Jejak Indonesia di Masjid Masjid Sri Lanka

Atas : Masjid Agung Kolombo & Masjid Jum'ah Wekande
Bawah : Masjid Melayu Kurunegala & Masjid Melayu Java Lane

Tahukah anda, ada jejak Indonesia di masjid masjid Sri Lanka. Muslim Indonesia yang dibuang ke Sri Lanka di masa lalu oleh penjajah Belanda telah berkontribusi bagi syiar Islam disana. Masjid Agung Kolombo yang berdiri kokoh di pusat kota Kolombo dirancang dan dibangun oleh bangsawan Bugis dari Goa. 

Masjid Jum’ah Wekande di kawasan Slave Island, Kolombo selatan merupakan wakaf dari Ulama Jawa, Masjid Militer Melayu di Java Lane Kolombo dibangun dengan dana pensiun Resimen Melayu di Kolombo, begitu pula halnya dengan Masjid Melayu di Kota Kurunegala dan Masjid Akbar di Kolombo yang dibangun oleh Inggris untuk Resimen Melayu yang bertugas disana. 

Masih ada sederet masjid yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia di Sri Lanka. Bila mencermati sejarah masjid masjid tua Sri Lanka, kita akan menemukan nama nama melayu pada daftar nama pendirinya. 

Masjid Agung Kolombo, Dibangun Bangsawan Bugis 

Pada mulanya Masjid Agung Kolombo dibangun oleh muslim Arab di Kolombo jauh sebelum masuknya penjajah Portugis ke Sri Lanka pada tahun 1505. Namun masjid tersebut kemudian hancur lebur akibat aksi bumi hangus kota Kolombo oleh pasukan Portugis saat perang melawan pemberontakan Raja Shinhala di tahun 1520. Empat tahun kemudian di tahun 1824 masjid tersebut dibangun kembali oleh muslim Arab namun dalam ukuran yang jauh lebih kecil. 

Ketika Inggris berkuasa di Sri Lanka (1796-1948), Masjid Agung Kolombo yang kecil itu sudah benar benar tak mampu lagi menampung jemaah.Muhammad Balang Kaya (putra dari Hulu Balang Kaya, hulu balang dari Kesultanan Goa – Sulawesi Selatan) yang dibuang Belanda ke Sri Lanka, merupakan seorang arsitek otodidak, kemudian merancang sendiri sekaligus membangun masjid Agung Kolombo dengan dananya sendiri bersama teman teman bisnisnya dari kalangan Muslim Moor. Tahun 1826 Masjid Agung Kolombo selesai dibangun dalam bentuk nya saat ini. Gubernur Inggris di Sri Lanka Letnan Jenderal Sir Edward Barnes, GCB, datang berkunjung ke masjid ini memuji hasil kerjaMuhammad Balang Kaya yang luar biasa di masjid tersebut. 

Tuan Bagoos Krawan Balangkaya, adik Bungsu Muhammad Balang Kaya lahir pada hari selasa, 21 Rajab 1243H / 28 January 1827. Adalah seorang cendekiawan muslim yang kemudan ketika dewasa menempati posisi sebagai Khalifah di Kolombo. Tuan Bagoos Krawan Balangkaya merupakan salah satu tokoh terkemuka Muslim Melayu yang bermakam di pemakaman Muslim Masjid Agung Kolombo. 

Masjid Jum’ah Wekande adalah wakaf dari Bangsawan Jawa 

Masjid Jummah Wekande dibangun di atas lahan wakaf bangsawan asal Indonesia dari pulau Jawa bernama Pandaan Bali. Lahan tersebut kemudian diserahkan kepada Khatib Saboo Latiff pada tanggal 17 Agustus 1786M (1201H) untuk pembangunan masjid dan lahan pemakaman muslim. Pandaan Bali tiba di Kolombo dalam pengasingan-nya oleh Belanda bersama dengan tentara Resimen Melayu bentukan Belanda. Pandan Bali juga menanggung seluruh biaya pembangunan masjid dan taman makam muslim di sekitar masjid tersebut. 

Sedangkan Kathib Saboo Latiff adalah seorang ulama besar Sri Lanka keturunan Ulama dan Bangsawan Kalimantan Barat. Pandaan Bali memang tak penah tahu bahwa 225 tahun setelah beliau mewakafkan tanah miliknya untuk masjid di Kolombo, Indonesia mengumandangkan proklamasi kemerdekaan di tanggal yang sama persis dengan tanggal beliau mewakafkan tanahnya. Meski beliau tak sempat menikmati kemerdekaan itu, namun berkat sumbangan beliau, muslim Kolombo yang minoritas memilki sebuah masjid besar bersejarah yang manfaatnya masih terasa hingga kini. 

Pada 27 November 2011, yang bertepatan dengan tahun baru hijriah 1 Muharram 1433, Masjid Jummah Wekande meluncurkan website Masjid Jummah Wekanda dengan alamat www.wekandamasjid.com. Peluncuran website itu juga bertepatan dengan perayaan 232 tahun berdirinya masjid tersebut (berdasarkan Kalender Hijriah 1201H~1433H). Dalam kesempatan itu, Duta Besar RI untuk Sri Lanka, Djafar Husein didaulat untuk meresmikan peluncuran website tersebut. Usai peresmian dilanjutkan dengan pengajian umum yang disampaikan oleh As Sheikh Arkam Nooramith dari Darul Uloom, Afrika Selatan dan juga Chairman dari Darul Hasanath Foundation. 

Malay Jumma Mosque Kurunegala dan Masjid Java Lane Dibangun Tentara Resimen melayu 

Malay Jumma Mosque Kurunegala atau Masjid Jum’ah Melayu di Kurunegala. Lokasinya ada di persimpangan jalan Dambula road, Welagedara Veediya dan Nortk tank road Kurunegala. Masjid ini merupakan masjid pertama di Kurunegala. Dibangun oleh pemerintah kolonial inggris pada tahun 1848 untuk tentara resimen melayu yang bertugas di kota tersebut. 

Sedangkan Masjid Melayu di Java Lane, Kolombo dibangun oleh tentara Resimen Melayu di Kolombo yang tadinya merupakan Jamaah dari Masjid Jum’ah Wekande. Dan kemudian mendirikan masjid sendiri dari dana pensiun masing masing anggota resimen melayu. Masjid tersebut selesai dibangun pada tahun 1864. 

Semua masjid tersebut masih berdiri kokoh hingga kini menjadi saksi sejarah dua Bangsa antara Indonesia dan Sri Lanka yang sama sama pernah di jajah oleh Belanda yang terkenal serakah terhadap semua Negara jajahannya. Dan empat masjid di atas hanyalah beberapa masjid yang berdiri di Sri Lanka saat ini diantara masjid masjid lain yang juga tak lepas dari kontribusi muslim Indonesia yang di buang Belanda ke Sri Lanka. 



Artikel Terkait

The Colombo Grand Mosque - Sri Lanka, Warisan Bangsawan Indonesia
Wekande Jummah Masjid - Sri Lanka, Wakaf Muslim Indonesia Abad 18



Wednesday, December 7, 2011

Masjid Agung Kolombo, Warisan bangsawan Bugis di Kolombo

Masjid Agung Kolombo, dibangun oleh Muhammad Balang Kaya, putra dari Hulu -
Balang Kaya, Bangsawan dari Goa Sulawesi Selatan. (foto dari Panoramio)
Kolombo, kota yang pernah menjadi ibukota negara Sri Lanka hingga tahun 1982, memilki kait mengait sejarah dengan Indonesia. di negeri berpenduduk mayoritas beragama Budha ini terdapat 1.7 Juta Muslim dan 30 ribu diantaranya adalah muslim etnis melayu yang tinggal disana sejak masa penjajahan Belanda di Sri Lanka dan Indonesia. 

Letaknya begitu jauh dari Indonesia, sendirian di Samudera Hindia, tetangga dekatnya hanya India. Tapi di Negera itu ada begitu banyak warisan budaya melayu yang dibawa oleh orang Indonesia yang dulu dibuang Belanda kesana. salah satunya adalah Masjid Agung Kolombo.

Masjid Agung kota Kolombo, sejarahnya memang dibangun pertama kali oleh muslim Arab yang tinggal di Kolombo jauh sebelum kedatangan Portugis ke Sri Lanka, namun kemudian dihancurkan oleh Portugis di abad ke enam belas. 24 tahun setelah itu baru kemudian dibangun lagi masjid berukuran lebih kecil di lokasi bekas masjid yang sudah lenyap tersebut. 

ketika Belanda mulai berkuasa di Sri Lanka tahun 1658, Sri Lanka dijadikan sebagai lokasi pembuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Tokoh tokoh istana dan kalangan ningrat hingga alim ulama yang menentang penjajahan Belanda ditangkap dan dibuang ke Sri Lanka. 

Di tahun 1790 tercatat 176 orang tahanan politik yang terdiri dari 23 keluarga dari Indonesia, tiba di Kolombo. Diantara 23 keluarga tersebut terdapat Sultan Goa - Sulawesi Selatan yang bernama Raja Gusman Usman dan seorang pejabat menterinya bernama Hulu Balang Kaya, mereka semua tinggal di kawasan Moor Street, tempat dimana Masjid Agung Kolombo berada. Hulu Balang Kaya memiliki putra bernama Muhammad Balang Kaya dan Tuan Bagoos Krawan Balangkaya.

Ketika Inggris berkuasa di Sri Lanka (1796-1948), Masjid Agung Kolombo yang kecil itu sudah benar benar tak mampu lagi menampung jemaah. Muhammad Balang Kaya yang merupakan seorang arsitek otodidak, kemudian merancang sendiri sekaligus membangun masjid Agung Kolombo dengan dananya sendiri bersama teman teman bisnisnya dari kalangan Muslim Moor.

Tahun 1826 Masjid Agung Kolombo selesai dibangun dalam bentuk nya saat ini. Gubernur Inggris di Sri Lanka Letnan Jenderal Sir Edward Barnes, GCB, datang berkunjung ke masjid ini memuji hasil kerja Muhammad Balang Kaya yang luar biasa di masjid tersebut.

Tuan Bagoos Krawan Balangkaya Putra bungsu dari Muhammad Balangkayalahir pada hari selasa, 21 Rajab 1243H / 28 January 1827. Adalah seorang cendekiawan muslim yang kemudan ketika dewasa menempati posisi sebagaiKhalifah di Kolombo. Tuan Bagoos Krawan Balangkaya merupakan salah satu tokoh terkemuka Muslim Melayu yang bermakam di pemakaman Muslim Masjid Agung Kolombo.