Sunday, November 26, 2017

Langgar Al-Yahya Gandekan, Sisa Kejayaan Tasripin di Pecinan, Semarang

Langgar (Mushola) Al-Yahya, Kampung Gandekan, Semarang

Langgar Gandekan di Semarang merupakan salah satu bangunan tua bersejarah di Semarang. Lokasinya berada di kampung Gandekan di sekitar jalan MT. Haryono. Langgar atau mushola ini diperkirakan berdiri pada tahun 1815 merupakan salah satu sisa sisa kejayaan Taspirin, tuan tanah yang begitu Berjaya pada masanya dan menguasai banyak sekali daerah di seantero semarang.

Pada masa jayanya, kampung Gandekan ini merupakan salah satu kampung yang dihuni oleh karyawan Taspirin, seperti halnya dengan kampung kampung disekitarnya. Namun kini Kampung Gandekan didiami oleh warga campuran. Hampir setengah penduduk Gandekan sekarang adalah etnis Tionghoa.

Langgar Al-Yahya Gandekan
Jalan Gandekan RT 01/RW 07 No 15.
Jagalan, Semarang Tengah
Kota Semarang, Jawa Tengah 50613


Meski demikian keberadaan sebuah langgar kuno di Gandekan tak berubah. Bahkan sebagian warganya bertekad terus mempertahankan keaslian bangunan tersebut. Berdiri di sudut jalan, langgar ini sudah terbuat dari tembok.

Dari kusen pintu dan jendela lita bisa melihat detail kerentaan langgar yang juga memiliki nama Al Yahya. Tak hanya itu, ornamen-ornamen lainnya pun sengaja dipertahankan oleh pengurus langgar, karena sudah diberi amanah oleh pendahulu-pendahulu yang telah mewakafkannya, sehingga akan tetap mempertahankan keasliannya. Selama ini pengurus langgar Gandekan hanya melakukan pergantian genting dan penambahan porselin pada sebagian tembok.

Langgar Gandekan berukuran sekitar 8 x 40 meter. Kubah langgar ini berbentuk bunga. Di dinding atas ruang imam tampak sebuah kaligrafi yang bertulis Allah dan Muhammad. Sementara itu dikeliling plafon terlukis pula kaligrafi yang bertuliskan "Lailla laillallah Muhammaddarosullah", yang dilukis dengan bahan malam yang biasa untuk membatik.

Lantai mushola ini terbuat dari kayu jati dan juga terdapat sebuah tangga kuno yang mengubungkan ruang utama langgar dengan bagian atas plafon. Kini ruang itu lebih berfungsi sebagai gudang. Banyak orang yang menawarkan bantuan sejumlah uang untuk menggantinya dengan lantai keramik, namun ditolak oleh pengurus langgar untuk menjaga keaslian bangunannya.

Cagar Budaya

Bangunan langgar ini merupakan peninggalan Tasripin dan sudah dijadikan cagar budaya Semarang dan diwakafkan tahun 1997. Tahun 2002 Walikota Sukawi Sutarip pernah berkunjung kesini. Beliau juga berpesan agar langgar ini tidak diubah. Langgar tersebut sempat menerima bantuan dari gubernur Jawa Tengah untuk membangun tempat wudlu dan peneduhnya.

Sebagai bangunan tua tentu saja membutuhkan banyak sekali biaya untuk merawat. Untuk hal tersebut pengurus langgar yang tersebut hanya mengandalkan swadaya masyarakat sekitar.

Aktivitas Langgar Gandekan

Di saat bulan Ramadan, langgar Gandekan selalu penuh dengan pengunjung yang hendak menunaikan shalat. Tak hanya warga Gandekan, namun ada juga yang datang dari Kentangan, Gabahan atau karyawan-karyawan yang bekerja di pertokoan sekitar Jl. MT Haryono.

Ada juga muslim Tionghoa yang sering shalat disini. Kebetulan mereka adalah warga GandekanDi bulan suci, setiap sore diadakan pengajian anak-anak. Sedangkan sesaat setelah buka puasa, rutin dilaksanakan shalat tarawih dan dilanjutkan dengan tadarus.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga



Saturday, November 25, 2017

Masjid Tiban Beji Pasuruan

Masjid Tiban dusun Nyangkring, Desa Bujeng, Beji, Pasuruan

Masjid Tiban atau masjid yang menurut masyarakat setempat sebagai masjid  yang tiba tiba ada tanpa tahu kapan dan oleh siapa dibangunnya. Ada beberapa masjid yang disebut sebut sebagai masjid tiban di tanah Jawa, dan masjid di Dusun Nyangkring, Desa Bujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini adalah salah satunya.

Menurut mitos keberadaan Masjid Tiban adalah dibangun secara ghaib, pembangunannya bukan dibuat oleh manusia, melainkan makhluk ghaib (jin). Masjid Tiban merupakan masjid yang tertua di Di Desa Baujeng Dusun Nyangkring Kec. Beji Kab. Pasuruan.

Masjid Tiban
Dusun Nyangkring, Desa Bujeng
Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan
Jawa Timur 67154 Indonesia



Konon, awal mulanya posisi Masjid Tiban ini berada di Dusun Tanggul Desa Baujeng, namun entah bagaimana kemudian pindah ke Dusun Baujeng, dan yang terakhir letak lokasinya di Dusun Nyangkring. Konon perpindahan tempat ini disebabkan karena sedikitnya jumlah jamaah masjid penduduk setempat.

Masjid Tiban di Dusun Nyangkring ini hingga kini dikeramatkan oleh masyarakat setempat karena proses terjadinya yang “ajaib” itu dan dikatakan menyimpan sejuta nilai-nilai spiritual. berdasarkan kisah tutur masyarakat setempat usia masjid ini sudah mencapai tujuh generasi, dan di akui bahwa memang tidak banyak yang tahu tentang sejarah masjid ini.

Usia yang sudah begitu tua dan telah melewati beberapa generasi dan tanpa bukti sumber sejarah yang dapat di verifikasi dengan car acara modern, memang sangat sulit untuk memastikan tentang kebenaran sejarah pembangunan masjid ini. Namun demikian keberadaan Masjid Tiban di dusun Nyangkring, Pasuruan, ini menambah khasanah sejarah masjid masjid Nusantara.

Pada awalnya masjid ini berdiri dengan 4 pilar yang terbuat dari batangan kayu. Namun lantaran dikhawatirkan ambruk seiring perkembangan zaman, pilar-pilar kayu kemudian dibalut dengan cor-coran beton agar lebih kokoh dan kuat. Perbaikan dan perluasan lokasi masjid pun juga sempat dilakukan.

Masjid Tiban dusun Nyangkring, Desa Bujeng, Beji, Pasuruan

Sumur di dalam Masjid

Di dalam masjid pun juga terdapat sebuah air sumur yang sangat jernih. Bukan sekedar jernih saja, namun air sumur itu dipercaya sangat manjur untuk obat maupun bobok (untuk diusap ke tubuh). Airnya tidak pernah habis meskipun musim kemarau. Sayangnya, karena terkendala dana, kondisi masjid tersebut terlihat kurang terpelihara dan terawat.

Mimbar Masjid

Selain penyangga yang kokoh, masjid tiban juga dikenal orang karena lubang mimbar yang berukuran kecil. Meskipun kecil, ternyata orang setinggi berapa pun bisa masuk ke dalam lubang mimbar itu. Selain itu, ornamen kuno atap dan jendela berhias bunga menjadi petanda tuanya masjid tiban.

Kini perkembangan penduduk semakin banyak, masjid tiban juga telah diperluas dengan membangun bagian serambi, agar bisa menampung warga beribadah. Khusus bulan ramadhan, banyak warga menjalankan ibadah di masjid tersebut. Mulai aktifitas  mengaji dan sholat berjamaah.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga


Sunday, November 19, 2017

Masjid Agung Al-Ikhlas Wonosari Gunung Kidul

Masjid Agung Al-Ikhlas Wonosari, Gunung Kidul (foto from akun IG @hikari_shiro) 

Masjid Agung Al-Ikhlas Wonosari adalah masjid agung kabupaten Gunung Kidul yang berada di Wonosari selaku ibukota pusat administrasi kabupaten Gunung Kidul. Sebagai masjid agung kabupaten, masjid agung Al-Ikhlas ini berada di alun alun kabupaten Gunung Kidul. Berdekatan dengan kantor Bupati Gunung Kidul.

Masjid Agung Al-Ikhlas berada di sisi Barat laut alun alun Wonosari. sedangkan kantor Bupati berdiri di sisi timur laut alun alun. Seluruh bidang danah si sisi timur laut masjid ini menjadi lahan kantor Bupati, tidak seperti lahan di sisi barat laut alun alun yang tidak seluruhnya merupakan lahan untuk masjid namun juga terdapat beberapa bangunan lain.

Masjid Agung Al-Ikhlas
JL. Masjid, Kepek, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta 55851



Berjejer dengan komplek masjid agung Al-Ikhlas ini ada Kantor Kementrian agama kabupaten Gunung Kidul dan Sekolah milik Muhammadiyah, serta perkantoran lainnya. Dibelakang masjid, juga terdapat Pondok Pesantren yang didirikan oleh (Alm.) Haji. Mohammad Hussein yang pernah menjabat sebagai Imam besar Masjid Agung Al Ikhlas.

Arsitektur masjid ini juga cukup menarik. meski dibangun berlantai dua namun tetap mempertahankan bentuk atap tajuk atau atap limas bersusun tiga yang merupakan ciri khas masjid masjid asli Indonesia dan Nusantara. dan bagian yang tak kalah unik dari masjid ini adalah ornament di puncak menaranya yang tak biasa.

Interior Masjid Agung Wonosari, Gunung Kidul.

Puncak menara masjid ini tidak menggunakan kubah namun menggunakan instalasi besi baja tahan karat yang membentuk denah segi delapan, di tempatkan di puncak menara. Dibagian bawah instalasi baja ini terdapat balkoni yang digunakan untuk menempatkan beberapa perangkat pengeras suara.

Sebagai Masjid Agung, Masjid ini menjadi pusat aktivitas ke-Islaman di kabupaten Gunung Kidul seperti pelaksanaan ibadah wajib maupun sunnah seperti Ibadah Jum’at, manasik haji, pengajian-pengajian, kursus-kursus agama Islam, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, pusat kegiatan di bulan ramadhan, dan lain sebagainya.

Halaman masjid ini yang cukup luas juga seringkali dipergunakan warga untuk beragam aktivitas termasuk menjadi tempat pavorit para pedagang keliling. Anak anak sekolah juga seringkali memanfaatkan halaman masjid ini untuk kegiatan latihan Baris Berbari, Pramuka dan sebagainya.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Saturday, November 18, 2017

Masjid Tiban Wonokerso Wonogiri

Masjid Tiban Wonokerso saat ini.

Masjid Tiban Wonokerso diyakini dibangun wali dan lebih dulu dari pada Masjid Agung Demak. Bahkan, masjid kuno itu disebut sebagai maket atau model awal Masjid Agung Demak. Masjid Tiban Wonokerso diperkirakan dibangun pada Tahun 1479 Masehi. Hal itu dapat dilihat dari tanda berupa bentuk penyu di bagian atas masjid yang dapat di artikan angka 1401 Saka atau sama dengan 1479 Masehi.

Warga dusun tidak ada yang tahu secara pasti siapa yang membangun masjid itu dan kapan dibangun. Pasalnya, masjid itu lebih dulu ada dari pada dusun. Dahulu kawasan masjid merupakan hutan belantara. Menurut cerita, Masjid Wonokerso kali pertama ditemukan Ki Ageng Tugu atau Tuhu Wono bersama pengikutnya, Ki Agung Serang dan Kiai Gozali, saat membuka hutan di wilayah Sembuyan (Wonogiri selatan).

Masjid Tiban Wonokerso
Dusun Tekil Kulon (Wonokerso ) RT 001/RW 005,
Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah 57673


Sejarah Lisan Masjid Tiban Wonokerso

Cerita yang berkembang, Masjid Tiban dibangun para wali. Saat itu wali diberi tugas Raja Demak untuk mencari kayu jati pilihan sebagai bahan baku saka guru Masjid Agung Demak. Saat itu Walisongo dipimpin Sunan Kalijaga menelusuri Bengawan Solo menuju Hutan Jati Donoloyo. Sesampainya di suatu tempat yang banyak ditumbuhi pohon jati Walisongo memutuskan untuk menghentikan pencarian. lantaran mereka meyakini itulah Hutan Jati Donloyo yang dimaksud.

Di situ mereka membangun sebuah masjid sebagai tempat beribadah sekaligus tempat bermalam. Namun setelah mengetahui ternyata kayu jati yang mereka cari tak jua ditemukan. Akhirnya Walisongo sadar bahwa tempat tersebut bukan hutan jati yang selama ini dicari. Sepakat mereka meninggalkan tempat itu berikut Masjidnya. Dan masjid yang mereka tinggalkan itulah yang diyakini sebagai Masjid Tiban Wonokerso dan kemudian ditemukan oleh Ki Ageng Tugu.

Dalam kaitannya dengan sejarah Kabupaten Wonogiri, disebutkan bahwa Raden Mas Said atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa pernah suatu saat bersembunyi di bawah kolong masjid ini dari kejaran tentara Belanda. Hal ini membuat penjajah Belanda yang mengejarnya merasa kehilangan jejak.

Arsitektur Masjid Tiban Wonokerso

Bangunan Masjid Tiban Wonokerso masih orisinil, bentuknya mirip seperti bangunan rumah panggung yang dianjang, namun menyerupai Masjid Agung Demak dengan ukuran 7,5 x 7,5 meter. Semua sambungan kayu menggunakan pasak kayu jati bukan paku besi. Keempat ompak yang merupakan soko guru, semua terbuat dari pokok kayu jati. Antara satu dengan lainnya berbeda, baik bentuk maupun karakter batang kayu serta ukurannya.

Interior Masjid Tiban Wonokerso.

Dalam ruangan Masjid Tiban Wonokerso, terdapat sebuah mimbar kayu jati tua dengan ukiran unik. Di sana-sini terdapat simbolisasi kebesaran Islam bintang Oktagonsegi delapan. Ukiran yang sama banyak ditemui di tiap sambungan kerangka masjid.

Bentuk Kubahnya sangat unik dan berbeda dengan Masjid pada umumnya, Masjid Tiban Wonokerso memiliki Kubah berbentuk mahkota raja yang terbuat dari tanah. Walaupun dari tanah, sampai saat ini Kubah Masjid tersebut belum menampakkan kerusakan, meski dimakan usia dan didera panas maupun hujan.

Masjid tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan dilindungi UU No. 11/2011 tentang Cagar Budaya. Hingga sekarang tempat ini tetapdipakai untuk sentra peribadahan kaum muslim di sekitarnya.

Perbaikan Masjid Tiban Wonokerso

Masjid berstruktur panggung itu pernah diperbaiki pihak berwenang. Satu dari empat saka guru atau tiang masjid sudah diganti kayu jati yang bentuknya serupa dengan saka guru aslinya. Bagian ventilasi atas juga ditambahi struktur kayu berkaca. Selain itu atap yang sebelumnya kayu jati diganti genting. Selebihnya seluruh bagian masjid masih asli, seperti mimbar dan dinding.

Pada 1982 dibangun struktur tambahan bagian depan yang sekarang berfungsi sebagai teras masjid. Sampai kini bagian dalam Masjid Tiban tetap bisa digunakan beribadah. Banyak jemaah dari berbagai daerah.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga


Sunday, November 12, 2017

Masjid Jamik Tiban Babussalam Probolinggo Peninggalan Syekh Maulana Ishaq

Masjid Tiban Babussalam Probolinggo

Masjid Tiban di Probolinggo ini dipercaya masyarakat setempat merupakan bangunan masjid tempat Syekh Maulana Ishaq melakukan Syiar Islam. Syech Maulana Ishaq, adalah ulama yang mengislamkan Samudera Pasai dan Blambangan, menikah dengan putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu. dari pernikahan itu lahir seorang putera, bernama Ainul Yaqin atau Raden Paku yang dikenal dengan gelar Sunan Giri.

Masjid ini juga dipercaya hadir begitu saja dan warga sekitarnya tidak ada yang tahu kapan masjid tersebut dibangun, tiba tiba sudah berdiri kokoh di lokasi tersebut, dan karena itu masjid ini disebut masjid tiban. diperkirakan masjid ini sudah ada sejak tahun 1600-an (abad ke 17).

Masjid ini bukan satu satunya yang disebut masyarakat setempat sebagai masjid tiban karena tidak tahu siapa dan kapan dibangunnya dan dipercaya hadir begitu saja, sekonyong konyong dan tiba tiba. Selain masjid ini ada banyak masjid lainnya yang juga disebut masjid Tiban seperti Masjid Tiban di Pasuruan, Masjid Tiban Pangkah (gresik), Masjid Sunan Bonang di desa Bonang, Masjid Tiban Gedongmulyo atau Masjid Tiban di pinggir Kali Bagan desa Gedongmulyo Kec. Lasem, dan lain lainnya.

Masjid Jami' Tiban Babussalam
Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Pilang
Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo
Jawa Timur 67212 Indonesia



Masjid Tiban Babussalam ini kini terdiri dari dua bangunan, yakni bangunan asli yang berada di sisi barat dan bangunan masjid baru di sisi timur yang dibangun kemudian. masing masing dua bangunan ini memiliki bentuk dan gaya arsitektur yang sama sekali berbeda.

Bangunan asli atau bangunan lama Masjid Tiban Babussalam ini berukuran 9 x 9 meter dan berbentuk masjid tradisional Nusantara dengan atap limas bersusun dengan tembok dinding dari batu paras, sedangkan bangunan baru yang berada di sebelah timurnya merupakan bangunan masjid dengan rancangan modern berukuran sekitar 900 meter persegi.

Masjid ini diyakini sebagai tempat Syekh Maulana Ishaq melakukan Syiar Islam, hingga ke Banyuwangi. Hingga kini bangunan lama Masjid selalu didatangi warga untuk melakukan wisata religi.

Masjid Tiban Babussalam Probolinggo

Rancangan Masjid Tiban Babussalam

Rancang bangun Masjid Tiban tersebut juga masih menggunakan cara-cara kuno, seperti tembok pada bagian atap, menggunakan batu padas putih dan tidak memakai paku logam melainkan dari paku kayu, untuk merakitkan kayu satu dengan kayu yang lain.

Penyangga dalam Masjid, menggunakan kayu jati berukuran 40 kali 40 senti meter, dan di atasnya ada beberapa ukiran sederhana dan ventilasi. Di belakang Masjid, ada sebuah batu lempeng yang berukuran besar. Konon, batu tersebut dibuat Syekh Maulana Ishak untuk berkhotbah menyebarkan agama Islam.

Selain itu, ada sebuah sumur tua dan tanaman yang ada di sekitar masjid bisa menyembuhkan segala macam penyakit, maka tak jarang banyak musyafir yang selalu berkunjung ke Masjid tersebut.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga




Saturday, November 11, 2017

Masjid Tegalsari, Cikal Bakal Islam di Ponorogo

Masjid Tegalsari di latar belakang, di bagian depan foto adalah gerbang menuju makam Kyai Muhammad Besari, disebelah barat masjid.

Masjid Tegalsari atau Masjid Kyai Muhammad Besari adalah salah satu obyek wisata religi di Kabupaten Ponorogo, terletak di RT. 01, RW. 01, Dukuh Gendol, Desa Tegalsari Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Tepatnya,  terletak 10 km arah tenggara dari pusat kota  (Searah dengan jalur Pondok Pesantren Walisongo, Desa Ngabar, Kecamatan Siman dan Al-Mawadah, Desa Coper, Kecamatan Jetis).

Konon, masjid ini dipercaya sebagai masjid cikal bakal penyebaran Agama Islam di Bumi Reyog, Ponorogo, dan pernah dikunjungi mantan Presiden RI HM. Soeharto dan KH. Abdurahman Wachid. Masjid Tegalsari selesai dipugar dan diresmikan oleh Presiden RI Ke 2 HM. Soeharto pada 2 Maret 1978.

Masjid Tegalsari / Masjid Kyai Muhammad Besari
RT. 01, RW. 01, Dukuh Gendol, Desa Tegalsari
Kec. Jetis, Kab. Ponorogo, Jawa Timur


Masjid Tegalsari merupakan bagian dari cagar budaya di Kabupaten Ponorogo merupakan peninggalan Kyai Ageng Muhammad Besari di sekitar tahun 1760, beliau adalah seorang ulama’ yang konon merupakan keturunan ke sebelas Nabi Muhammad SAW. Banyak kyai yang tumbuh dan berkembang dari keturunan ini baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Seorang Pujangga Jawa yang masyhur Raden Ngabehi Ronggowarsito alias Bagus Burhan,  tokoh Pergerakan Nasional H.O.S. Cokroaminoto,  Paku Buwana II atau Sunan Kumbul, penguasa Kerajaan Kartasura, adalah deretan Alumni Pondok Tegalsari.

Warisan Unik di Masjid Tegalsari

Beberapa keunikan Masjid Jami Kyai Muhammad Besari  antara lain adalah Kubah masjid yang terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Kubah ini menurut cerita pada jaman Belanda pernah di tembak berkali-kali namun tidak rusak sedikitpun.

Komplek masjid Tegalsari dari udara

Terdapat juga payung kebesaran, Batu Tangga peninggalan Kerajaan Majapahit berukuran 1 x 0,6 meter dan Ruang Pertemuan Dalem Njero yang  merupakan tempat peristirahatan Kyai Ageng Muhammad Besari yang berada di seberang jalan. Dalem Njero ini saat ini dimanfaatkan oleh Yayasan Tegalsari sebagai tempat untuk pertemuan rutin kegiatan yayasan.

Arsitektur Masjid Tegalsari

Secara arsitektural, masjid ini memiliki langgam Jawa kuno. Terdiri dari tiga bangunan yang saling berhimpit, berorientasi barat-rimur, bangunan masjid beratap tajug tumpang riga terletak paling barat. Di dalam masjid utama terdapat empat buah saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir penyangga atap tajug yang dipasang dengan sistem ceblokan.

Terdapat mimbar kayu berukir, yang sebetulnya merupakan replika dari mimbar asli yang telah rusak.  Mihrabnya merupakan sebuah ceruk yang dibingkai kayu ukiran dengan bentuk dan stilirasi dari kalarnakara.

Interior bangunan utama Masjid Tegalsari

Di sebelah rimur masjid terdapat pendopo beratap limasan. Di sebelah timur pendopo terdapat bangunan tambahan beratap kubah metal dengan proporsi sangat pendek. Bangunan tambahan ini termasuk bangunan yang dibuat atas dana bantuan dari Presiden Soeharto.

Bangunan kuno lainnya yang masih terjaga adalah rumah Kyai Ageng Besari, yang berada di depan masjid. Rumah itu dikenali sebagai rumah adat satu-satunya yang masih ada. Karena itulah, pemerintah setempat menetapkan kawasan ini sebagai obyek wisata religi.

Di komplek ini juga terdapat bangunan masjid putri di sebelah kanan masjid utama, juga terdapat tempat tinggal Ronggowarsito semasa jadi santri. Di sisi barat masjid terdapat makam keluarga besar Kyai Ageng Besari, Madrasah  Tsanawiyah dan madrasah Aliyah Ronggowarsito.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Referensi


Baca Juga



Sunday, November 5, 2017

Masjid Terapung Al-Alam Teluk Kendari

Masjid Terapung Al-Alam Teluk Kendari (foto by IG | @wintawidodo.gallery)

Masjid terapung yang tengah dalam proses penyelesaian ini adalah Masjid Al-Alam di kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi pembangunannya memang benar benar berada di tengah laut di tengah tengah Teluk Kendari. Masjid yang digadang gadang akan menjadi ikon baru kota Kendari ini Bahkan telah menjadi ikon sejak pembangunan masjid ini telah menunjukkan bentuknya.

Masjid Al Alam
Jalan Kendari, Teluk Kendari
Kota Kendari, Sulaaaawesi Tenggara
Indonesia


Saat ini progress pembangunan masjid ini telah mencapai sekitar 75% dan sudah mulai dipakai untuk aktivitas peribadatan dan menjadi salah satu ikon pavorit warga kota Palu terutama bagi kaum muda. Masjid ini resminya diberi nama Masjid Al-Alam, sesuai dengan nama Gubernur penggagas dan pembangun-nya.

Karena lokasinya yang berada di tengah tengah teluk Kendari, masjid ini dilengkapi dengan satu tuas jalan akses sekitar 1,6 km dari daratan Kota Kendari, ruas jalan yang cukup panjang untuk berolahraga di pagi atau sore hari sembari menikmati keindahan Teluk Kendari.

Masjid Terapung Al-Alam Teluk Kendari pada masa masa awal pembangunan (foto by IG | @syaibar)

Adapun nilai proyek pembangunan masjid ini memang cukup fantastis, sampai dengan pada saat diselenggarakannya Sholat subuh perdana di masjid ini, pembangunannya telah menghabiskan dana APBD sekitar Rp. 250 Milyar Rupiah, sebagaimana disampaikan oleh Gubernur Nur Alam pada sambutannya di acara tersebut.

Proyek pembangunan masjid ini di prakarsai oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam dimulai dengan pemancangan tiang pertama pada hari kemerdekaan 17 Agustus 2010 yang lalu, dan mulai digunakan untuk aktivitas peribadatan dengan menggelar sholat subuh berjamaah di masjid ini pada tanggal 28 Mei 2017 yang lalu yang juga dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam, kita do’akan semoga pembangunannya cepat selesai ya.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Saturday, November 4, 2017

Masjid Agung Mujahidin Majenang  

Masjid Agung Mujahidin Majenang (foto by IG | @kotasidareja) 

Masjid Agung Majenang adalah masjid di kecamatan Majenang kabupaten Cilacap, lokasi masjid ini berada di Jl. Diponegoro, sisi sebelah barat alun alun Majenang, kurang lebih 200 meter dari pertigaan Tugu BRI dan 500 meter dari pertigaan SMP Diponegoro Majenang. Nama resmi masjid ini adalah Masjid Agung Mujahidin.

Masjid Agung Muhajidin Majenang
Jl. Diponegoro, Alun Alun Majenang
Desa Jenang, Kec. Majenang
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53257



Letak masjidnya yang strategis, berada di pusat kota menyatu dengan Alun-Alun dan Kantor Kecamatan Majenang menjadi sangat cocok sebagai rest-area bagi para musyafir, dan memang setiap hari atau malam Masjid Mujahidin selalu ramai mejadi tempat persinggahan bus pariwisata khususnya meraka para pe-ziarah.
.
Hal tersebut mendukung maraknya para pelaku bisnis kuliner yang mendirikan tenda-tendanya di sekitar alun-alun dan Masjid. Mendekati hari lebaran biasanya Masjid Mujahidin akan lebih ramai lagi. Seperti kita ketahui, arus mudik menjelang lebaran pasti akan meningkat, dapat dipastikan akan singgah di masjid Mujahidin Majenang.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga