Masjid Agung Baitussalam Nganjuk tempak megah dari arah gapura |
Masjid Agung Baitussalam Nganjuk merupakan
masjid terbesar di kabupaten Nganjuk, sesuai dengan fungsinya masjid Agung
Baitussalam dibangun dipusat pemerintahan kabupaten, lokasinya berdiri berada
di sisi barat alun alun Nganjuk, berseberangan dengan Pendopo Kabupaten Nganjuk
yang berada di sisi sebelah timur alun alun.
Uniknya, Masjid Agung Baitussalam kabupaten
Nganjuk ini lokasinya bersebelahan dengan Rumah Tahanan Negara (Rutan) atau
Penjara yang berada disebelah utara bangunan Masjid Agung. sehingga dari sudut
tertentu anda dapat melihat menara dan atap masjid ini bersebelahan dengan
menara pengawas penjara yang bentuknya senada.
Masjid Agung Baitussalam
Kabupaten Nganjuk
Jl. Supriyadi, Kauman, Kec. Nganjuk
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur 64411
Masjid Agung Baitussalam Nganjuk dibangun dua lantai dengan tetap mempertahankan langgam bangunan masjid Tradisional Khas Indonesia dengan atap limas atau atap tumpangnya yang bersusun tiga pada atap utama bangunan masjid. meski demikian di dalam masjid ini sudah tidak ditemui empat sokoguru melainkan ada berjejer soko dari beton segi empat penopang struktur atap dan lantai dua bangunan. Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan satu menara yang terpisah dari bangunan utama.
Di bagian dalam bangunan dirancang minimalis, sepi dari berbagai macam ornamen dan hiasan. Fitur yang paling menarik perhatian mata di dalam ruangan masjid ini adalah Mimbar kayunya yang tampak sudah cukup tua serta bagian mihrabnya yang menggunakan ukiran gobyok kayu jati yang tampak begitu indah.
Sekilas tentang Kabupaten Nganjuk
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di
utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di
selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Pada zaman Kerajaan Medang, Nganjuk
dikenal dengan nama Anjuk Ladang yaitu Tanah kemenangan. Nganjuk juga dikenal
dengan julukan Kota Angin,
Mihrab dan Mimbar Masjid Agung Baitussalam Nganjuk |
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur
pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang
berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka
Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk.
Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah
yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai
Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan
mancanegara kasunanan Surakarta.
Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau
tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek,
Kertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch
Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan
kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Di
mana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya
kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107,
dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch
Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng,
Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III tot
hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs :
de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong
Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa
tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat
pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.***
Pengulon dan makam keluarga kh Mohammad Jacob dibuat th 1886...makamnya di Beru utara, desa Mangundikaran....
ReplyDeleteMas.dani.pak.mujanishella.bumujani.ellu.
ReplyDelete