Masjid Cipto Mulyo Boyolali, denah bangunan masjid ini miring sangat jauh dari arah kiblat, pengurus masjid terpaksa memiringkan sajadah di dalam masjid ini tanpa mengubah arah bangunannya. |
Masjid Cipto Mulyo yang terletak di
Kecamatan Pengging, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah pada awalnya hanyalah
masjid untuk kerabat raja Keraton Surakarta. Masjid dengan desain limasan ini
dulu menjadi tempat jujugan dari kerabat keraton seusai melakukan peristirahatan
dengan siraman (mandi) di Umbul Pengging.
Masjid kuno ini berdiri pada tahun 1838 dan terletak di komplek kawasan wisata Umbul Pengging. Di tempat ini tak hanya ada masjid kuno peninggalan raja Keraton Surakata, Pakubuwono (PB) X, tetapi ada juga tempat khusus pemandian kerabat raja, yaitu Umbul Pengging dan Umbul Sungsang, juga pesanggrahan.
Masjid
Cipto Mulyo
Ngaliyan,
Banyudono, Bendan, Boyolali
Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah 57373
Di belakang masjid terdapat makam
pujangga Jawa kuno, Yosodipuro dan Ronggowarsito. masjid ini terbilang cukup
unik. Salah satunya terlihat dari namanya yang menggunakan bahasa Jawa, tidak
seperti masjid lainnya yang menggunakan bahasa Arab. Cipto Mulyo sendiri
memiliki arti menciptakan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Dilihat dari bangunannya pun terasa kuno
yang merupakan perpaduan bagunan nuansa Jawa. Di mana desain masjid ini adalah
limasan, menyerupai pendopo. Untuk pilar-pilarnya pun masih menggunakan kayu jati
dengan warna krem. Meskipun, umurnya hampir satu abad, masjid ini masih
terlihat kokoh dan gagah, berada di tengah-tengah lokasi sumber mata air.
Beberapa kali sudah dilakukan renovasi, tetapi hanya bagian atap dan lantai saja. Kalau untuk bagian dalamnya, termasuk tiangnya yang berasal dari kayu jati, sama sekali belum pernah dilakukan renovasi.
Beberapa kali sudah dilakukan renovasi, tetapi hanya bagian atap dan lantai saja. Kalau untuk bagian dalamnya, termasuk tiangnya yang berasal dari kayu jati, sama sekali belum pernah dilakukan renovasi.
Dekorasi dari masjid dengan lima pintu utama ini masih terasa kekunoannya, seperti keberadaan lampu Jawa klasik. Ditambah ukiran-ukiran yang berada di atas tiap pintu dan jendela dengan sisipan tulisan PB X yang menandakan bahwa pembangunan masjid itu terjadi pada masa pemerintahan PB X.
Interior Masjid Cipto Mulyo Boyolali, perhatikan arah sajadahnya yang miring cukup jauh terhadap arah bangunan masjidnya. |
Uniknya lagi, di bagian atas gerbang serambi terdapatnya tulisan aksara Jawa
kuno. Aksara Jawa tersebut bertuliskan Adegipun Masjid Cipto Mulyo, Selasa Pon,
Kaping 24 Jumadilakhir 1838. Selain itu, juga terdapat bedug dan kentongan yang
diletakkan di sisi kanan serambi masjid.
Arah Kiblat Masjid Miring 45 Derajat
Sedangkan di tengah-tengah serambi terdapat arah mata angin, sebagai petunjuk arah kiblat. Ini sangat menarik, karena bangunan masjid ini miring sekitar 45 derajat ke utara dari arah kiblat sehingga shaf pun dibuat miring sesuai arah kiblat. Dan jarum arah kiblat itu dipasang oleh Departemen Agama Wilayah Jawa Tengah.
Kendati secara fisik mengalami renovasi berulang kali, namun perubahan bangunan masjid untuk mengarah ke tepat kilbat tidak dilakukan. "Arah bangunan ini dibiarkan saja, namun shaf tetap mengarah ke kiblat. Lagipula pihak kraton menginstruksikan untuk tidak mengubah bangunan masjid.
Adanya kesalahan kemiringan kiblat dari bangunan itu, diperkirakan yang menjadi arsitektur bangunan Masjid Cipto Mulyo ini merupakan orang Belanda pada waktu itu. Mungkin saja begitu alasannya, sehingga kiblat masjid itu miring 45 derajat.
Referensi
No comments:
Post a Comment