Masjid Agung Baitunnur Blora, bagian bangunan masjid asli sejak masa kesultanan Mataram adalah bangunan yang berada di bagian belakang. |
Masyarakat
Kabupaten Blora tentu saja tak asing dengan Masjid Agung Baitunnur. Masjid yang
merupakan Masjid Agung ini, berada di jantung kota Blora sekaligus merupakan
masjid terbesar dan tertua di kabupaten Blora. Masjid Agung ini telah berdiri
sejak masa Kesultanan mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Agung antara tahun
1613-1645 mengutus pangeran Pojok untuk ke Tuban, dari perjalanan pangeran
pojok inilah awal berdirinya masjid Baitunnur.
Masjid Baitunnur
ini dulunya dikenal dengan nama masjid Doro Ndekem atau dalam bahasa Indonesia
artinya adalah Merpati duduk. Disebut demikian karena saat berdirinya masjid
ini letak tanahnya lebih rendah dibandingkan dengan alun alun kota sehingga tampak seperti burung merpati yang
sedang duduk (Doro Ndekem).
Masjid
Agung Baitunnur Blora
Jl. Alun-alun
Barat No.1, Kauman, Kec. Blora Kota
Kabupaten Blora,
Jawa Tengah 58213
Masjid Agung
Baitunnur dibangun pada tahun 1722 dan pelaksanaan pemugaran pertama dilakukan
oleh Bupati R.T. Djajeng Tirtonoto pada tahun 1774 dengan Surya Cengkala “Catur
Pandhita Sabdaning Ratu”. Pada tahun 1968 dan 1975 dipugar oleh Bupati Supadi
Yudhodarmo dengan tambahan bangunan menara. Pada mimbar terdapat angka tahun
dengan huruf Arab dan Jawa, dan terbaca 1718.
Masjid Baitunnur
berada di Kelurahan Kauman, Kecamatan Blora, lokasinya berdiri di jantung Kota
Blora bersebelahan dengan Alun-alun Kota Blora. Kompleks masjid ini terdiri
atas bangunan induk dan bangunan serambi. Bangunan induk beratap susun tiga.
Pada bagian puncaknya dihias dengan mustoko dari logam. Komponen artefak kuno
yang ada di masjid dan serambi masjid ini antara lain mimbar dari kayu berukir,
maksurah, dan 2 buah bedug. Selain itu terdapat prasasti berhuruf Jawa di atas pintu
masuk ke ruang utama dan angka tahun 1892 di daun pintu. Pada pintu selatan
terdapat angka tahun 1822 dan pintu sebelah utara 1310 H.
Tidak jauh dari
Masjid Agung Blora, terdapat makam Sunan Pojok yang dianggap sebagai pendiri
masjid ini. Sedangkan makam Sunan Pojok yang ada di Makam Gedong Blora, Jl. Mr.
Iskandar 1/1 Blora, atau sebelah selatan Alun-alun Blora, merupakan makam
pindahan yang dilakukan oleh R.T. Djojodipo, putra Sunan Pojok Blora.
Interior Ruang Utama (bangunan asli) dari Masjid Agung Baitunnur Blora. |
Saat ini masjid Agung
Blora memiliki luas kurang lebih 2000 meter persegi, sudah masuk daftar cagar
budaya dan merupakan aset sejarah nasional, bersama dengan lima masjid tertua
di Jawa Tengah lainnnya. Karena-nya keaslian masjid ini sampai saat ini masih
terjaga. Seperti ruang atas masjid yang dulu digunakan sebagai tempat
penyimpanan pusaka serta bersemedi masih tetap terpelihara rapi.
Revitalisasi Masjid Agung Baitunnur Blora
Di tahun 2016 yang lalu pemerintah kabupaten Blora
menyelenggarakan sayembara design renovasi Masjid Agung Baitunnur Blora sebagai
bagian dari upaya revitalisasi Masjid bersejarah tersebut. Renovasi yang
direncanakan tanpa menganggu gugat bangunan asli dari Masjid Agung Baitunnur
yang akan tetap dijaga ke-asliannya dan dijadikan bangunan utama masjid.
Renovasi
dilakukan terhadap bangunan tambahan yang ada di sekitar di bangunan asli
termasuk membangun ulang bangunan masjid tambahan di sisi timur bangunan asli
menjadi bangunan dua lantai berarsitektur modern yang kemudian di hubungkan langsung
ke bangunan utama, membangun fasilitas parkir dan gedung lainnya di sisi barat
bangunan utama. Seluruh proses tersebut direncanakan akan dimulai tahun 2018
nanti.***
Referensi
Tabloid infoku
edisi 15-7 s/d 22 Agustus 2011
No comments:
Post a Comment