Masjid Raya Stabat, Masjid bersejarah di kabupaten Langkat. |
Masjid Raya Stabat adalah salah satu masjid bersejarah yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, selain Masjid Raya Azizi yang ada di Tanjung Pura. Masjid ini berada di Kota Stabat, ibukota Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tepat di sisi sungai Wampu, di pinggir Jalan Lintas Sumatera, Medan-Aceh.
Masjid bersejarah
ini dibangun dua tahun setelah pembangunan Masjid Raya Azizi di Tanjungpura.
Pada tahun 1904 saat Kesultanan Langkat dibawah kekuasaan Sultan Musa,
pembangunan masjid Raya stabat mulai dikerjakan pembangunannya semasa Kejuruan
Stabat Tengku HM Khalid.
Masjid Raya Stabat
JL. KH. Zainul Arifin, No. 130, Stabat Baru
Stabat, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara 20811
Pada mulanya
bangunan masjid ini terdiri dari bangunan induk seluas 20 meter persegi.
Kemudian ditambah teras dua meter keliling dengan satu buah menara. Saat itu
jama’ah yang dapat ditampung hanya berkisar 300 orang. Semasa Kejuruan Stabat T
HM Khalid, masjid ini mulai berkembang dan terakhir diteruskan oleh ahli
warisnya diantaranya Tengku Soelung Chalizar dan terakhir dilanjutkan oleh
Tengku Syamsul Azhar hingga sekarang.
Kini Masjid Raya
Stabat ini telah berkembang pesat, luas areal masjidnya saat ini menjadi 4.454
meter persegi dengan daya tampung mencapai 1350 jamaah. Fasilitas masjid juga
dikembangkan seperti bangunan wudhu wanita, perpustakaan masjid dan aula. Teras
masjid ditambah lagi dengan swadaya dan partisipasi masyarakat
setempat,demikian pula pada bagian atapnya mulai direhab.Dulunya bagian atap
kubang terbuat dari kayu besi dari Kalimantan,karena lapuk dimakan usia
akhirnya atap kubah diganti dengan seng.
Rehabilitasi Masjid Raya Stabat
Rehabilitasi masjid
silih berganti,namun perkembangannya terasa sangat lamban. Ketika itu
bangunan teras ditambah lagi semasa Bupati Langkat H Marzuki
Erman. (1986). Tengku Soelung Chalizar selaku Nazir Masjid bersama
adiknya Tengku Syah Djohan yang baru diangkat sebagai Lurah Stabatbaru ( 30
Nopember 1991) dengan bantuan swadaya masyarakat yang dikoordinir H Ibnu Kasir
selaku pengurus BKM Masjid Raya Stabat, meneruskan pembangunan dan
rehab masjid tersebut
Pintu utama masjid |
Sejak Bupati
Langkat H Marzuki Erman, H. Zulfirman Siregar,H Zulkifli Harahap dan H Syamsul
Arifin SE serta Haji Ngogesa Sitepu sebagai Bupati Langkat sekarang ini ,
perhatian terhadap perkembangan dan keberadaan masjid diibukota kabupaten ini,
terus berlanjut .
Sejak 5 Nopember
1994, tanah lapangan masjid sudah bertambah seluas 1.695 meter persegi yang
merupakan wakaf mantan bupati alm H Zulkifli Harahap. Sekarang Masjid Raya
Stabat sudah dapat menampung 1.350 jama’ah dengan fasilitas kamar wudhuk khusus
kaum perempuan disamping kamar wudhuk yang sudah ada sebelumnya, selain itu
terdapat bangunan Gedung Perpustakaan yang meraih Juara Harapan dalam lomba
perpustakaan masjid se-Sumut tahun 2001.
Semasa Bupati
Langkat H Ngogesa Sitepu SH penataan halaman masjid terus berlanjut dan pada
bagian samping kanan terdapat kantin tempat pedagang makanan yang tertata rapi
yang dibangun sejak tahun 2010. Kantin tersebut pada tahun 2013 dibangun secara
permanen dengan tiang stainless,atap seng daan lantai keramik seukuran 21 kali
4 meter.
Pada tahun itu juga
kamar wudhu' direhab secara permanen dan pada bagian atasnya (lantai dua )
merupakan Aula Masjid Raya Stabat yang dimanfaatkan secara khusus untuk tempat
pengajian, manasik haji dan umrah.
Bangunan unik khas tanah melayu di kabupaten Langkat. |
Tradisi Bubur Pedas
Selama tiga tahun
berturut-turut ( 1996-1998 ),Masjid Raya Stabat dijadikan sebagai lokasi
pelepasan jama’ah calon haji sekabupaten Langkat. Bahkan jamaah haji asal NAD
(Naggroe Aceh Darussalam) yang ketika itu berangkat melalui Bandara Polonia
Medan,juga menjadikan Masjid Raya Stabat tempat transit.
Sementara itu salah
satu keistimewaan masjid ini, terlihat pada setiap bulan Ramadhan, yaitu
pengadaan menu khusus untuk bukan puasa bersama . Menunya merupakan makanan
ringan khas Melayu yakni Bubur Pedas. Acara berbuka puasa bersama juga terbuka
untuk para musafir yang singgah ke masjid ini.
Bubur pedas adalah
makanan khas suku Melayu Deli, yang hanya dibuat oleh warga di saat-saat
tertentu, seperti acara pernikahan, kenduri, sunatan, puasa dan Lebaran.Hal ini
dikarenakan proses pembuatan bubur pedas yang rumit, karena menggunakan 40
jenis rempah rempah dan daun yang mengandung banyak khasiat.
Mimbar dan mihrab Masjid Raya Stabat. |
Ke-40 jenis rempah
dan daun ini, kemudian dicampur dengan kentang, wortel, tauge, yang menjadi
bahan pembuatan bubur pedas, bahkan memakan bubur pedas bisa dicampur dengan
sayur urap atau anyang.Setiap harinya, pihak masjid menyediakan 200 porsi bubur
pedas buat warga dan pengguna jalan yang berbuka di masjid.
Hingga kini
keberadaan Masjid Raya Stabat, menjadi tempat persinggahan dari kaum muslimin
terutama jamaah yang melakukan perjalanan lintas Banda Aceh - Medan dan
sebaliknya. Kini Masjid Raya Stabat yang menjadi kebanggaan bagi warga ibu kota
Kabupaten Langkat tersebut, merupakan tempat persinggahan bukan saja untuk
beribadah, tetapi juga untuk sekedar melepas lelah dalam perjalanan lintas
Sumatera yang didukung areal parkir dan halaman yang asri.
Masjid kebanggaan
masyarakat Stabat ini memiliki corak Melayu yang khas dengan warna masjid yang
didominasi warna kuning dan hijau, warna kebesaran suku Melayu. Bangunan masjid
ini ditopang oleh 100 lebih tiang penyangga.***
Referensi
------------------------------------------------------------------
Follow
& Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
No comments:
Post a Comment