Showing posts with label Masjid Raya. Show all posts
Showing posts with label Masjid Raya. Show all posts

Saturday, May 4, 2019

Masjid Raya Al-Istiqomah Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula.

Meski dibangun cukup jauh dari pantai, masjid Raya Sanana memberikan pemandangan indah tersendiri bagi landscape Sanana tempatnya berdiri dari arah lautan.

Masjid Raya Al-Istiqomah Sanana atau lebih dikenal dengan nama Masjid Raya Sanana adalah masjid raya kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, masjid ini dibangun di Sanana Ibukota Kabupaten Kepulauan Sula, itu sebabnya masjid ini disebut dengan Masjid Raya Sanana.

Sebelumnya kabupaten Kepulauan Sula merupakan bagian dari kabupaten Halmahera Barat bersama sama dengan Kabupaten Halmahera utara dan Halmahera selatan. Kepulauan Sula dibentuk sebagai Kabupaten baru melalui Undang undang RI Nomor 1 tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003.

Masjid Raya Sanana
Fatce, Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula
Provinsi Maluku Utara


Sanana dipilih sebagai ibukota kabupaten, Sanana sendiri terpisah cukup jauh dari kota Ternate sebagai ibukota provinsi dengan jarak sekitar 284 km dan dapat ditempuh dengan perjalanan laut dan udara.

Pembangunan Masjid Raya Sanana

Masjid Raya Sanana dibangun sejak tahun 2006 dimasa kepemimpinan Bupati Ahmad Hidayat Mus (AHM) dengan dana dari APBD Kepulauan Sula secara multi years, dan selesai di tahun 2016 pada masa Bupati Hendarta Thes (Ko Heng)[i], [ii]

Masjid Raya Sanana ini sebenarnya sudah diresmikan pada tahun 2015[iii] namun pada saat diresmikan pembangunan masjid ini belum rampung 100% masih dalam proses pengerjaan pembangunan menara dan lainnya yang merupakan tahap pembangunan ke 12.

Masjid Raya Sanana tampak begitu indah.

Pembangunan masjid ini sempat terhenti akibat beberapa masalah yang mencuat ke permukaan, termasuk terjadinya kesalahan pembangunan menara[iv] hingga berhembusnya kabar tak sedap terkait kasus korupsi dalam pembangunan-nya yang juga menyeret nama pejabat Bupati Kepulauan Sula, Ahmad Hidayat Mus.[v].

Pengadilan Tipikor Maluku Utara di tahun 2014 telah menjatuhkan vonis bersalah kepada tiga orang dalam kasus tindak pidana korupsi pembangunan Masjid Raya Sanana, dua diantaranya adalah pejabat kabupaten kepulauan Sula, mereka adalah  Mamud Sarifudin (Kepala dinas pekerjaan umum) kepulauan Sula, Sarifudin Buamonabot (Pejabat Pembuat Komitmen) kabupaten Kepulauan Sula dan Mange Munawar Tiarso (kontraktor) [vi].

Mudah sekali menemukan nuansa arabia yang kental di masjid ini.

Sedangkan dalam waktu terpisah, ditahun 2017 pengadilan Tipikor Maluku Utara menjatuhkan vonis bebas kepada Mantan Bupati Kabupaten Kepulauan Sula, Ahmad Hidayat Mus, karena tidak terbukti secara sah atas tuduhan melakukan tindakan korupsi dalam proyek pembangunan Masjid Raya Sanana[vii].

Arsitektur Masjid Raya Sanana

Masjid Raya Sanana dibangun cukup megah dan modern lengkap dengan kubah besar di atap bangunan utama masjid dan empat menara dibangun di ke empat sudut bangunan masjid. Pembangunan empat menara ini dilakukan tahun 2015.

Elok ditengah kota Sanana.

Bangunan utama masjid berdenah bujursangkar simetris. Masing masing empat siisi dihias dengan ornamen empat menara berjejer dalam ukuran kecil dengan kubah kubah mungilnya bewarna ke emasan. Baik sisi beranda maupun sisi mihrabnya dibangun menjorok keluar.

Sentuhan Arabia terutama gaya Masjid Nabawi sangat terasa pada kubah utamanya yang juga dicat warna hijau senada dengan warna keseluruhan atapnya. Bentuk kubah utama masjid ini dibangun mirip dengan kubah hijau Masjid Nabi di Madinah, begitupun dengan bentuk empat menaranya yang mirip dengan menara dua masjid suci di Saudi Arabia.

Interior masjid cukup sederhana tak terlalu ramai dengan sentuhan seni interior, namun demikian ukuran masjid ini memang cukup besar sehingga ruang utama masjid ini pun cukup lega meskipun ada empat sokoguru di tengah masjid ini.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sunday, April 21, 2019

Masjid Raya Stabat Kabupaten Langkat

Masjid Raya Stabat, Masjid bersejarah di kabupaten Langkat.

Masjid Raya Stabat adalah salah satu masjid bersejarah yang ada di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
, selain Masjid Raya Azizi yang ada di Tanjung Pura. Masjid ini berada di Kota Stabat, ibukota Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tepat di sisi sungai Wampu, di pinggir Jalan Lintas Sumatera, Medan-Aceh.

Masjid bersejarah ini dibangun dua tahun setelah pembangunan Masjid Raya Azizi di Tanjungpura. Pada tahun 1904 saat Kesultanan Langkat dibawah kekuasaan Sultan Musa, pembangunan masjid Raya stabat mulai dikerjakan pembangunannya semasa Kejuruan Stabat Tengku HM Khalid.

Masjid Raya Stabat
JL. KH. Zainul Arifin, No. 130, Stabat Baru
Stabat, Kabupaten Langkat
Sumatera Utara 20811



Pada mulanya bangunan masjid ini terdiri dari bangunan induk seluas 20 meter persegi. Kemudian ditambah teras dua meter keliling dengan satu buah menara. Saat itu jama’ah yang dapat ditampung hanya berkisar 300 orang. Semasa Kejuruan Stabat T HM Khalid, masjid ini  mulai berkembang dan terakhir diteruskan oleh ahli warisnya diantaranya Tengku Soelung Chalizar dan terakhir dilanjutkan oleh Tengku Syamsul Azhar hingga sekarang.

Kini Masjid Raya Stabat ini telah berkembang pesat, luas areal masjidnya saat ini menjadi 4.454 meter persegi dengan daya tampung mencapai 1350 jamaah. Fasilitas masjid juga dikembangkan seperti bangunan wudhu wanita, perpustakaan masjid dan aula. Teras masjid ditambah lagi dengan swadaya dan partisipasi masyarakat setempat,demikian pula pada bagian atapnya mulai direhab.Dulunya bagian atap kubang terbuat dari kayu besi dari Kalimantan,karena lapuk dimakan usia akhirnya atap kubah diganti dengan seng.

Rehabilitasi Masjid Raya Stabat

Rehabilitasi masjid silih berganti,namun perkembangannya terasa sangat lamban. Ketika itu bangunan  teras ditambah lagi semasa Bupati  Langkat  H Marzuki Erman. (1986). Tengku  Soelung Chalizar selaku Nazir Masjid bersama adiknya Tengku Syah Djohan yang baru diangkat sebagai Lurah Stabatbaru ( 30 Nopember 1991) dengan bantuan swadaya masyarakat yang dikoordinir H Ibnu Kasir selaku pengurus BKM Masjid Raya Stabat,  meneruskan pembangunan  dan rehab masjid tersebut

Pintu utama masjid 

Sejak Bupati Langkat H Marzuki Erman, H. Zulfirman Siregar,H Zulkifli Harahap dan H Syamsul Arifin SE serta Haji Ngogesa Sitepu sebagai Bupati Langkat sekarang ini , perhatian terhadap perkembangan dan keberadaan masjid diibukota kabupaten ini, terus berlanjut .

Sejak 5 Nopember 1994, tanah lapangan masjid sudah bertambah seluas 1.695 meter persegi yang merupakan wakaf mantan bupati alm H Zulkifli Harahap. Sekarang Masjid Raya Stabat sudah dapat menampung 1.350 jama’ah dengan fasilitas kamar wudhuk khusus kaum perempuan disamping kamar wudhuk yang sudah ada sebelumnya, selain itu terdapat bangunan Gedung Perpustakaan yang meraih Juara Harapan dalam lomba perpustakaan masjid se-Sumut tahun 2001.

Semasa Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu SH penataan halaman masjid terus berlanjut dan pada bagian samping kanan terdapat kantin tempat pedagang makanan yang tertata rapi yang dibangun sejak tahun 2010. Kantin tersebut pada tahun 2013 dibangun secara permanen dengan tiang stainless,atap seng daan lantai keramik seukuran 21 kali 4 meter.

Pada tahun itu juga kamar wudhu' direhab secara permanen dan pada bagian atasnya (lantai dua ) merupakan Aula Masjid Raya Stabat yang dimanfaatkan secara khusus untuk tempat pengajian, manasik haji dan umrah.

Bangunan unik khas tanah melayu di kabupaten Langkat.

Tradisi Bubur Pedas

Selama tiga tahun berturut-turut ( 1996-1998 ),Masjid Raya Stabat dijadikan sebagai lokasi pelepasan jama’ah calon haji sekabupaten Langkat. Bahkan jamaah haji asal NAD (Naggroe Aceh Darussalam) yang ketika itu berangkat melalui Bandara Polonia Medan,juga menjadikan Masjid Raya Stabat tempat transit.

Sementara itu salah satu keistimewaan masjid ini, terlihat pada setiap bulan Ramadhan, yaitu pengadaan menu khusus untuk bukan puasa bersama . Menunya merupakan makanan ringan khas Melayu yakni Bubur Pedas. Acara berbuka puasa bersama juga terbuka untuk para musafir yang singgah ke masjid ini.

Bubur pedas adalah makanan khas suku Melayu Deli, yang hanya dibuat oleh warga di saat-saat tertentu, seperti acara pernikahan, kenduri, sunatan, puasa dan Lebaran.Hal ini dikarenakan proses pembuatan bubur pedas yang rumit, karena menggunakan 40 jenis rempah rempah dan daun yang mengandung banyak khasiat.

Mimbar dan mihrab Masjid Raya Stabat.

Ke-40 jenis rempah dan daun ini, kemudian dicampur dengan kentang, wortel, tauge, yang menjadi bahan pembuatan bubur pedas, bahkan memakan bubur pedas bisa dicampur dengan sayur urap atau anyang.Setiap harinya, pihak masjid menyediakan 200 porsi bubur pedas buat warga dan pengguna jalan yang berbuka di masjid.

Hingga kini keberadaan Masjid Raya Stabat, menjadi tempat persinggahan dari kaum muslimin terutama jamaah yang melakukan perjalanan lintas Banda Aceh - Medan dan sebaliknya. Kini Masjid Raya Stabat yang menjadi kebanggaan bagi warga ibu kota Kabupaten Langkat tersebut, merupakan tempat persinggahan bukan saja untuk beribadah, tetapi juga untuk sekedar melepas lelah dalam perjalanan lintas Sumatera yang didukung areal parkir dan halaman yang asri.

Masjid kebanggaan masyarakat Stabat ini memiliki corak Melayu yang khas dengan warna masjid yang didominasi warna kuning dan hijau, warna kebesaran suku Melayu. Bangunan masjid ini ditopang oleh 100 lebih tiang penyangga.***

Referensi


------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sunday, August 7, 2016

Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu

Masjid Raya Baitul Izzah Bengkulu di Kota Bengkulu

Masjid Raya Baitul Izzah merupakan masjid terbesar kedua di Bengkulu setelah Masjid Agung At-Taqwa di Kelurahan Anggut Atas. Masjid yang berdiri di simpang empat Padang Harapan Kota Bengkulu itu merupakan salah satu masjid yang selalu dipadati jamaah. Selain tempat beribadah umat Islam di Kota Bengkulu, masjid ini juga sekaligus tempat kegiatan keagaaman Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Lokasi dan Alamat Masjid Raya Baitul Izzah

Masjid Raya Baitul Izzah
Jl. Asahan Raya (Jl. Pembangunan), Padang Harapan
Kota Bengkulu, Propinsi Bengkulu, Indonesia
Koordinat Geografi : 3°49'16"S   102°17'14"E


Sejarah Masjid Raya Baitul Izzah

Masjid Raya Baitul Izzah pada awalnya di bangun tahun 1976 pada masa pemerintahan Gubernur Bengkulu, Drs. A. Chalik, dibangun di atas lahan seluas 1225 m2 dengan nama Masjid Raya Bengkulu. Proses pembangunan Masjid selesai tahun 1979 dan diresmikan oleh wakil presiden RI ketika itu, H. Adam Malik. Tahun 1995 dilakukan pemugaran oleh Gubernur Drs. Aziz Ahmad dengan memeperluas menjadi 1600 m2. dan Sekaligus merubah nama dari Masjid Raya Bengkulu menjadi Masjid Baitul Izzah.

Presiden SBY Kamis 19 Oktober 2006 petang shalat Tarawih berjamaah bersama masyarakat di Masjid Baitul Izzah setelah sebelumnya melakukan berbuka puasa bersama dengan para gubernur se-Sumatera, dan para bupati se-Bengkulu serta para pejabat pemerintahan daerah lainnya. Acara buka puasa bersama berlangsung di Gedung Gubernuran Balai Raya Semarak. Usai berbuka puasa dan shalat Maghrib berjamaah, malam harinya Presiden dan Ibu Negara shalat Tarawih di Masjid Baitul Izzah bersama-sama dengan masyarakat Bengkulu.

Penjaga makam Nabi Muhammad, Sheikh Said Adam O-Agra dari Madinah pernah datang berkunjung ke Masjid Raya Baitul Izzah atas undangan Gubernur Bengkulu, Agusrin Maryono Najamudin, pada tanggal 28 September 2009 dalam rangka peringatan dua tahun gempa di Bengkulu yang terjadi pada 28 September 2007. Beliau datang ke Bengkulu ditemani oleh Syekh Ali Soleh Muhammad Ali Bin Ali Jaber, salah satu imam Masjid Nabawi.

Masjid Raya Baitul Izzah dan Islamic Center Bengkulu

Acara peringatan tersebut dilakukan dengan penyelenggaraan sholat ashar berjamaah yang di-imami oleh Syekh Ali Soleh Muhammad Ali Bin Ali Jaber. Sheikh Said Adam O-Agra tidak menjadi imam dalam sholat tersebut mengingat usianya yang sudah 88 tahun dan tidak kuat berdiri lama, Setelah sholat, Sheikh Said Adam O-Agra membagikan sajadah dari Madinah kepada masyarakat Bengkulu.

Masjid Raya Baitul Izzah juga dilengkapi dengan Gedung Islamic Center yang selesai dibangun Sabtu 6 Agustus 2011. Gedung Islamic Center berlantai dua dan mampu menampung 2000 jemaah. Bangunan Islamic Center yang baru tersebut dapat digunakan sebagai tempat pertemuan, pengajian, seminar dan lain lain sebagaimana dijelaskan oleh Imam Masjid Raya Baitul Izzah, Rusli M Daud.  Lantai satu bangunan yang menyatu dengan Masjid Baitul Izzah digunakan sebagai gedung serba guna, termasuk untuk acara pernikahan. Lantai dua untuk seminar agama, pengajian dan lain sebagainya.

Pembangunan Islamic Center tersebut juga bersamaan dengan pembenahan Masjid Raya Baitul Izzah. Sebelumnya pada tahun 1997 Masjid Raya Baitul Izzah sudah pernah direnovasi dengan menambah luas bangunan dari 25 x 25 meter menjadi 40 X 40 meter dengan kapasitas 2.500 jamaah. Kubah masjid diganti dari kubah biasa menjadi kubah yang megah tanpa menggunakan tiang tengah. Dinding dalam bagian atas dilukis ornamen yang bertuliskan Asmaul Husna atau 99 nama Allah SWT. Kedua dinding masjid sengaja terbuka, agar terasa sejuk karena Kota Bengkulu cuacanya cukup panas.

Masjid Raya Baitul Izzah mempunyai tiang bulat dan persegi empat serta pagar setinggi 1 M dari kaca dengan corak perpaduan Timur Tengah dan Indonesia. Masjid ini berlokasi di Bengkulu dan menjadi masjid Propinsi.

Referensi

wisatasejarah.wordpress.com - Sejarah Masjid Raya Baitul Izzah

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Friday, October 14, 2011

Masjid Raya Al-Kasiah Karawang

Masjid Raya Al-Kasiah dibangun dengan gaya bangunan masjid tradisional Indonesia kekinian. Tradisional arsitekturnya, kekinian material yang digunakannya. Hasilnya sebuah bangunan masjid yang menawan hati.

Bila anda kebetulan sedang melintas di jalan raya Klari di Karawang yang menghubungkan kota karawang dengan Purwakarta, dan bertepatan dengan tiba nya waktu sholat, di daerah tersebut ada bangunan masjid yang cukup nyaman dan mengesankan untuk disinggahi guna melaksanakan ibadah sholat fardhu. Masjid tersebut bernama Masjid Raya Al-Kasiah.

Masjid megah berbahan besi dan kaca ini bukan dibangun oleh pemerintah atau warga sekitar, bukan pula oleh sebuah perusahaan. Tapi dibangun oleh satu keluarga muslim, menjadikan masjid ini sebagai masjid keluarga namun terbuka untuk muslim manapun. Bangunannya pun dirancang terbuka dan ramah lingkungan dan ramah pengunjung, menghilangkan kesan “sungkan” bagi siapapun yang mampir kesana.

Masjid Raya Al-Kasiah
Jl. Raya Klari, Desa Klari, Kabupaten Karawang
Jawa Barat 41371 Indonesia



Sejarah Pembangunan Masjid Raya Alkasiah

Masjid Al-Khasiah Klari adalah masjid keluarga, didirikan dengan dana yang dihimpun oleh ahli waris Keluarga S. Wongsoredjo, diprakarsai oleh Alm. Soekandar Wignjosoebroto (wafat 1988), putra sulung S. Wongsoredjo, sedangkan pembangunan masjid dikerjakan oleh alm. Drs. Moh Sisman (wafat 2005), putra bungsu S. Wongsoredjo. Semasa hidupnya, S. Wongsoredjo (wafat 1948) bertugas sebagai kepala stasiun kereta api Klari. Nama masjid diambil dari nama isteri S. Wongsoredjo (Kasiah), suatu nama yang tersebut juda dalam al-Quran.

Arsitektur Masjid Raya Al-Kasiah

Masjid Raya Al-Kasiah ini, cukup mengesankan rancang bangun nya, cukup mengesankan pula ditilik dari siapa pembangun nya. Bila di Putra Jaya Malaysia terkenal dengan masjid yang mereka sebut sebagai masjid besi karena hampir keseluruhan material masjid tersebut menggunakan besi dalam berbagai aplikasi, maka, masjid Raya Al-kasiah ini mungkin dapat disebut sebagai masjid besi nya Karawang.

Plakat pembangunan masjid, ada di dinding sisi kiblat.

Bangunan utama masjid Raya Al-kasiah ini seluruhnya menggunakan struktur besi baja, dari tiang hingga kerangka atap. Dari luar ataupun dari bagian dalam masjid terlihat dengan jelas besi besi yang digunakan untuk bangunan masjid ini. Menjadi sangat menarik karena masjid ini dibangun dalam arsitektur asli indonesia yang merupakan warisan kuno dari era ke emasan Majapahit, namun menggunakan material bangunan ke kinian. 

Seperti sudah dibahas dalam artikel terdahulu di blog ini yang bertajuk “Warisan Majapahit di masjid masjid kita”bahwa struktur bangunan masjid dengan atap limas besusun yang kini menjadi ciri utama masjid asli Indonesia merupakan warisan kekayaan arsitektur Majapahit yang diaplikasikan ke dalam arsitektur Islam Indonesia oleh Raden Sepat. Dan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari masjid masjid Nusantara.

Hampir seluruh dinding masjid ini menggunakan kaca kecuali sisi kiblatnya. Menghasilkan ruang dalam masjid yang terang benderang di siang hari.

Berdinding Kaca

Keseluruhan dinding masjid Al-Kasiah, kecuali sisi mihrab, menggunakan material kaca bening. Perpaduan dinding kaca dan ketinggian atap masjid benar benar menghilangkan kebutuhan energi listrik untuk penerangan di siang hari. Rancangan yang demikian ini juga menghasilkan ruangan yang tetap terasa nyaman di siang hari ditengah teriknya matahari Karawang.

Ruang dalam masjid dibangun tanpa plafon. Rancangan seperti ini selain memberikan ruang yang leluasa bagi sirkualasi udara yang berguna bagi menjaga temperatur di dalam ruanganan, juga memberikan keindahan tersendiri bagi interior masjid yang dihasilkan dari padu padan rangkaian besi kerangka utama masjid dengan latar belakang nya berupa lapisan kayu penutup sisi bawah atap masjid.

Mihrab Masjid Raya Al-Kasiah, perhatikan kaligrafi di bagian atasnya, sangat menarik.

Dinding di sisi mihrab yang menjadi satu satunya yang berbahan beton, itupun tidak keseluruhan, bagian atas tembok sisi mihrab ini, tetap di beri bukaan dengan dinding kaca. Di tembok sisi mihrab ini dipajang sebuah kaligrafi Al-qur’an dalam ukuran besar. Plakat pembangunan masjid juga dipasang ditembok ini di bagian bawah sebelah kiri. Sementara ruang mihrab masjid ditenrangi cahaya alami dari glass wall yang dipasang di sisi depan mihrab. Sisi atap mihrab di hias dengan mushaf al-Quran memberikan kesan bahwa ruang mihrab ini seakan akan dipayungi oleh kitab suci Alqur’an yang sedang terbuka dan menhadap ke bawah.

Pendopo besar dari kayu.

Masjid ini dilengkapi dengan bangunan pendopo yang berukuran jauh lebih besar dari bangunan utama masjid. pendopo yang dibangun disisi timur dan terhubung dengan bangunan utama masjid menjadikan pendopo ini sebagai ruang sholat tambahan bagi jemaah sholat jum’at. Layaknya pendopo yang biasa dijumpai di masjid masjid dan keraton jawa, pendopo masjid Al-Kasiah pun dibangun tanpa dinding, beratap genteng dan tak terlalu tinggi untuk memberikan keteduhan. Sangat nyaman untuk beristirahat sejenak di pendopo ini.

Sejuk, ijo royo royo.

Halaman belakang masjid (sisi utara) masih ada lahan terbuka yang dipenuhi dengan pohon buah buahan termasuk pohon mangga. pohon pohon besar juga du tanam dihalaman depan dan disekitar pendopo. Pohon pohon besar dan rimbun di area ini memberikan suasana adem dan sejuk di sekitar masjid.

Menara Masjid

Menara masjid Raya AlKasiah dibangun terpisah dari bangunan masjid. letaknya pojok barat daya masjid atau disisi kiri gerbang masuk ke kawasan masjid. menara masjid ini juga dibangun menggunakan material besi baja dan beton bertulang. Menara segi empat ini ke empat sisinya ditutup dengan panel besi berkerawang yang terlihat cukup unik.

dari arah komplek pemakaman keluarga.

Pemakaman Keluarga

Di sebelah barat masjid terdapat komplek pemakaman keluarga yang diperuntukkan khusus bagi keluaga Wongsoredjo. Keluarga yang membangun masjid raya ini. Komplek pemakaman ini cukup luas untuk ukuran pemakaman keluarga. Lengkap dengan papan nama berukuran besar di pintu utama pemakaman yang menhadap ke areal parkir di sisi barat bangunan masjid.

Aktivitas Masjid Raya Al-Kasiah

Lokasi masjid ini yang berada di daerah industri bukan di tengah tengah pemukiman warga ataupun komplek perumahan, menjadikan masjid ini hanya ramai jemaah justru di hari kerja, bukan di hari hari libur. Di hari Jum’at saat pelaksanaan sholat jum’at masjid ini penuh sesak oleh jemaah yang merupakan karyawan dari perushaan perusahaan yang berada di daerah tersebut, dan pengguna jalan yang kebetulan melintas di kawasan tersebut.**updated 08-08-2019** (orriginal post)

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga