Bangunan baru masjid Al-Mubarok di sisi depan menutupi seluruh nya bangunan asli yang berada dibelakangnya. |
Masjid Al-Mubarok adalah saah satu masjid tertua dan bersejarah di
kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Masjid ini juga biasa disebut dengan Masjid Yoni
Al-Mubarok karena adanya Yoni Kuno di halaman masjid ini yang kemudian diubah
suai menjadi sebuah jam matahari sebagai penunjuk waktu sholat. Selain itu
masjid ini juga seringkali disebut sebagai masjid kanjeng Jimat merujuk kepada
nama pembangunnya.
Masjid bersejarah
ini terletak di Desa Ngrawen kecamatan Berbek, ±8km arah selatan kota Nganjuk. Kecamatan Berbek sendiri merupakan ibukota
kabupaten Nganjuk, di kecamatan ini pula sejarah kabupaten Nganjuk bermula
sebagai sebuah Kadipaten Berbek dibawah pemerintahan seorang adipati.
Masjid
Al-Bubarik Berbek
no, Jl. Mayjen Supeno No.76, Ngrawan
Berbek, Kabupaten Nganjuk
Jawa Timur 64471
Masjid Al-Mubarok pertama kali didirikan tahun 1745
oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro
Koesoemo atau Kanjeng Jimat, Adipati
Berbek pertama
yang ditunjuk oleh Kraton Yogyakarta. Beliau berkuasa di daerah ini pada saat hampir
seluruh penduduk nya masih memeluk agama Hindu dari era kekuasaan majapahit di
kaki gunung Wilis.
Bukan mudah bagi beliau untuk berdakwah di daerah kekuasaannya tersebut,
Penduduk lereng gunung Wilis yang sangat mempercayai agama
peninggalan raja-raja terdahulu masih asing dengan Islam. Mereka lebih percaya
kepada ajaran Hindu. Namun upaya
sang adipati pada ahirnya membuahkan hasil hampir seluruh
rakyat akhirnya memeluk agama baru itu.
Pada tahun 1745,
Kanjeng Jimat mewakafkan sebidang tanah pekarangan miliknya yang dulu menjadi
tempat peribadatan para pendahulunya di Desa Kacangan untuk didirikan sebuah
Masjid yang kemudian diberi nama
Masjid Al-Mubarok yang merupakan masjid pertama yang dibangun di wilayah
kadipaten Berbek (kini menjadi Kabupaten Nganjuk).
Ruang mihrab dan mimbat tua di masjid Al-Mubarok Nganjuk |
Sedangkan untuk rakyatnya yang tetap bersikukuh
pada keyakinannya memeluk Hindu, Sang Adipati membuka lahan di lereng gunung Wilis sebelah sisi
timur untuk memberikan hak hidup dan menjalankan ibadah bagi penduduk Hindu itu, tempat itu kini dikenal sebagai
Dusun Curik, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.
Masjid pertama di
Kadipaten Berbek (cikal bakal Kabupaten Nganjuk) itu hingga kini masih
menyimpan peninggalan bersejarah di kompleksnya. Berupa batu Yoni, batu Asah
dan Lingga. Menunjukkan bahwa dulunya adalah tempat ibadah agama para pendahulu
Sang Adipati.
Arsitektur Masjid Al-Mubarok
Beberapa ornamen
bersejarah di masjid ini diantaranya adalah Mimbar dari kayu jati berukir dibuat tahun 1758, bedug tahun 1759, atap
masjid dari ijuk tahun 1760 yang pada akhirnya diganti sirap. Di halaman depan
terdapat yoni yang sekarang difungsikan sebagai tempat untuk melihat dan
menentukan waktu sholat. Di area masjid terdapat kompleks makam kuno Kanjeng
Jimat yang selalu ramai dikunjungi peziarah utamanya malam jumat legi.
Dari sisi belakang tampak bangunan masjid nya yang masih beratap tumpang bersusun tiga. |
Pada sisi kiri dan
kanan Mihrab, terdapat Condro Kolo (tulisan yang menunjukkan watak bilangan)
berbunyi "Adege Mesjid ing Toya Mirah" dengan Sengkalan "Toto
Caturing Pandito Hamadangi" yang berarti Berdirinya Masjid di Tanah Ini
1745 H.
Ada cerita unik
tentang Masjid yang didirikan Kanjeng Jimat Sosrokoesoemo ini. Pernah suatu
ketika bedug yang ada di Masjid Al-Mubarok dipindahkan ke Masjid Jami' Nganjuk
(Masjid Baitussalam). Namun keesokan harinya, bedug yang sudah ada sejak abad
17 itu kembali dengan sendirinya di Masjid Al-Mubarok. Wallahualam Bishawab.
Seperti halnya
tempat-tempat religi bersejarah yang lain, Masjid Al-Mubarok sekarang selalu
diserbu para jamaah, baik dari Nganjuk sendiri maupun dari luar kota. Mereka
berbondong-bondong berziarah ke makam Kanjeng Jimat yang ada di komplek Masjid,
lalu berdzikir dan berdo'a di Masjid.
Beduk di masjid Al-Mubarok Berbek |
Nyoni yang kini menjadi jam matahari |
Referensi
No comments:
Post a Comment