Masjid Agung Rembang (foto IG @ndirmundir) |
Masjid Agung Rembang adalah Masjid Agung
Kabupaten Rembang provinsi Jawa Tengah, lokasinya berada di sisi barat alun
alun kabupaten Rembang, di sisi selatan jalur pantura. Berdiri di atas lahan
seluas 3.795 meter persegi dan dapat menampung sekitar 2.500 jamaah. Masjid Agung Rembang ini berada di kawasan yang menyatu
dengan rumah dinas Bupati (sekarang Museum RA Kartini), alun-alun kota Rembang, dan terminal kota Rembang.
Cagar Budaya
Bangunan masjid Agung Rembang dan makam Pangeran
Sedo Laut yang berada di komplek masjid ini termasuk cagar budaya yang
dilindungi pemerintah dan mendapat perawatan terus dari pemerintah kabupaten
melalui dinas pariwisata. Papan informasi yang menyatakan bangunan masjid
adalah cagar budaya berada di depan masjid, di samping papan Dewan Masjid
Indonesia Kabupaten Rembang.
Masjid Agung Alun Alun Rembang
Jalan Gatot Subroto, Kutoharjo, Kec. Rembang
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 59219
Indonesia
Sejarah Masjid Agung
Rembang
Belum diketahui secara pasti kapan bangun
masjid Agung ini pertama kali dibangun namun diperkirakan dibangun pada tahun 1232
H atau 1814 M, sesuai dengan
tulisan tahun yang terdapat pada prasasti yang terdapat di pintu masuk ruang
utama masjid, meskipun belum diketahui dengan pasti angka tahun tersebut
merupakan tahun pembangunan atau tahun perbaikan. Dan dalam perjalanan sejarah-nya, Masjid Agung Rembang telah mengalami banyak
perbaikan.
Perbaikan masjid pernah dilakukan oleh Bupati
Rembang Raden Adipati Djoyodiningrat yang kemudian beliau menetapkan masjid ini
sebagai Masjid Kabupaten Rembang pada tahun 1239 H/1832M. Selanjutnya, masjid
ini diperbaiki lagi pada masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Pratikto
Kusuma atau dikenal dengan Pangeran Sedo Laut pada tahun 1884 M. Makam Pangeran Sedo Laut berada di
sebelah barat masjid dan masih berdiri di tanah masjid.
Meskipun Masjid Agung Rembang mengalami
beberapa kali perbaikan, bangunan induk atau bagian dalam masjid masih dijaga
keasliannya. Setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, Masjid Agung Rembang juga
direnovasi beberapa kali.
Masjid Agung Rembang (foto IG @rosaputrie) |
Tahun 1966, masjid ini direnovasi
oleh Bupati Adnan Widodo. Genting biasa diganti menjadi genting pres dan
memasang huruf Allah di atas mustaka. Tahun 1970, Bupati S. Hadi Sunyoto
membangun serambi depan dan pilar-pilar porselen bermenara.
Pada masa Bupati Sunyoto juga
memperbaiki kayu penyangga atap yang rusak. Dana renovasi tersebut berasal dari
Gubernur Jawa Tengah H. Moenadi dan swadaya masyarakat. Renovasi besar-besaran
dilakukan pada masa Bupati Rembang Wachidi Rijono pada tahun 1997.
Pada waktu renovasi Wachidi
Rijono ini, serambi masjid dirombak dan dibangun lagi seperti terlihat
sekarang. Renovasi ini melibatkan partisipasi masyarakat Rembang termasuk dalam
pengumpulan dananya. Melibatkan camat-camat se-Kabupaten Rembang dalam
forum-forum pengajian.
Menara Masjid Agung Rembang yang
terletak di sebelah utara masjid dengan tinggi 37 meter diresmikan oleh Bupati
Rembang H Moch Salim pada 3 Maret 2012. Pembangunan menara ini direncanakan
sejak 2008 atas usul Sekda Rembang H Hamzah Fatoni.
Masjid Agung Rembang dari arah alun alun (foto IG @orang_rembang) |
Komplek Pemakaman
Adipati Rembang
Sebagaimana prototipe masjid kuno
di Indonesia, kawasan masjid juga selalu menjadi kompleks pemakaman. Di
belakang masjid (sebelah barat) terdapat bangunan cungkup model arsitektur
Eropa yang cukup megah, dengan ketinggian batu sekitar 1 (satu) m, bangunan
cungkup ini berbentuk segi delapan yang berpusat pada lima buah makam yang ada
di dalamnya. Kompleks makam ini
terkenal dengan sebutan makam Pangeran Sedolaut (Pangeran Sekarlaut), meskipun
di dalamnya terdapat lima buah makam yang secara berjajar dari barat ke timur
dan makam-makam tersebut adalah:
·
Makam Adipati Condrodiningrat dengan jirat dari
semen & nisan berbentuk kurawal dari batu putih (1289 H);
·
Makam istri Adipati Condrodiningrat dengan jirat
& nisan yang hampir sama makam suaminya (1291 H);
·
Makam R. Tumenggung Pratiktoningrat/ Kanjeng P.
Sedolaut dengan jirat dari susunan bata & nisan dari semen (tahun
1757 atau 1831 M);
·
Makam istri Kanjeng P.Sedolaut dengan jirat
& nisan hampir sama dengan suaminya (tetapi tidak tertulis tahunnya);
·
Makam istri Patih Pati, yaitu Raden Ayu Sasmoyo
dengan jirat dan nisan hampir sama dengan istri P. Sedolaut; yang juga
tidak tertulis tahun.
------------------------------------------------------------------
🌎 gudang
informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi
dunia Islam.
------------------------------------------------------------------
Referensi
Baca Juga
No comments:
Post a Comment