Masjid Raja Haji Abdul Ghani berada di Pulau Buru, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun, Provinsi
Kepulauan Riau, merupakan masjid tertua di kabupaten Karimun dan tertua kedua di provinsi Kepulauan Riau setelah Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kota Tanjung Pinang. Masjid ini dinamai sesuai dengan nama pembangun-nya, Raja Abdul Ghani bin Raja
Idris bin Raja Haji Fisabilillah. Masjid ini telah menjadi Ikon Wisata Pulau Buru dan merupakan salah satu
situs cagar budaya nasional.
Masjid Raja Haji Abdul Gani
Desa Buru, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun
Provinsi Kepulauan Riau 29664
Masjid Raja Haji Abdul Ghani dibangun pada masa kerajaan
Riau-Lingga, dimasa kekuasaan Sultan
Abdul Rahman sekitar tahun 1883-1911. Luas masjid ini berukuran 8 meter x 15
meter dan dapat menampung
sekitar seratus Jemaah dan masih berfungsi dengan baik hingga saat ini. Seperti
masjid masjid peninggalan kesultanan melayu lainnya, Masjid Raja Haji Abdul
Gani ini juga di dominasi warga kuning sebagai warna kebesaran kesultanan melayu dengan
corak tambahan warna hijau.
Bangunan utama masjidnya berdenah segi empat
dengan atap limas bersusun dua, struktur atapnya ditopang dengan empat soko
guru masing masing setinggi lima meter. Pintu masuk utama masjid berbentuk lengkungan
setinggi 2,3 meter dengan lebar 1,3 meter. Pintu-pintu lainnya dibuat lebih pendek. Masjid ini dilengkapi dengan satu menara setinggi 21
meter dan berdiameter 4 meter,
dengan bentuk yang tak lazim, ujung Menara masjid ini berbentuk kerucut yang sepintas mirip
dengan ruang pembakaran hio yang ada di kelenteng, ditambah dengan ornamen lubang lubang ventilasi dari
batu giok berukir. Konon, kemiripan dengan bangunan Klenteng tersebut
dikarenakan masjid ini dirancang oleh orang Tionghoa.
Menara masjid yang berbentuk unik ini sempat
mengalami kerusakan pada bagian ujung tertingginya akibat tersambar petir pada
pagi hari 15 November 2015. kejadiran tersebut sempat merusak bagian ujung Menara
hingga serpihannya berserakan disekitar masjid dan turut merusak bangunan SMPN
1 Buru.
Masjid Raja Haji Abdul Ghani lengkap dengan Menaranya yang unik dan sumur tua yang airnya tak pernah kering. |
Menara masjid ini sudah telihat dari kejauhan
sebelum kapal merapat ke pelabuhan karena memang lokasinya berdiri menghadap ke
lautan dan dekat dengan bibir pantai. Di dekat lokasi masjid ini juga
masih menyimpan peninggalan zaman dahulu seperti meriam tua dan lonceng yang
berasal dari Spanyol.
Di depan masjid ini terdapat sumur yang dibuat
sebagai sumber air untuk berwudhu dan menjadi berkah tersendiri bagi warga
setempat, karena sumber air dari sumur ini tidak pernah kering di musim kemarau
panjang sekalipun, meski masyarakat sekitar mengambilnya setiap hari.
Masjid Haji Abdul Gani di kecamatan Buru ini
selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara pada saat
peringatan hari-hari Islam, selain
bertujuan ziarah ke masjid, wisatawan juga biasanya ke tempat-tempat wisata
lain yang ada di Pulau Buru ini seperti makam Badang, Perigi Batu dan pemandian
air panas di Tanjungutan.
Referensi
batam.tribunnews.com
- kisah-masjid-haji-abdul-gani-masjid-tertua-di-kabupaten-karimun
gerbangkepri.com
- menara-masjid-tertua-kedua-di-kepri-disambar-petir
No comments:
Post a Comment