Saturday, May 17, 2025

Masjid Kuno Gumantar Lombok Utara

Masjid Kuno Gumantar, bentuknya sangat mirip dengan Masjid Kuno Bayan Beleq.
 
Masjid Kuno Gumantar merupakan salah satu masjid kuno tertua di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan merupakan salah dari dua Masjid tertua di kabupaten Lombok utara selain Masjid Bayan Beleq. Keberadaan Masjid Kuno ini diperkirakan berkaitan dengan masa awal penyebaran Agama Islam di Pulau Lombok sekitar abad ke 17 Masehi.
 
Sesuai dengan namanya, masjid ini terletak di Dusun Gumantar yang merupakan salah satu dusun di Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Jarak dari ibu kota kabupaten menuju lokasi masjid ini kurang lebih 29 km, sedangkan dari ibu kota provinsi berjarak kurang lebih 63 km.
 
Masjid Kuno Gumantar
Gumantar, Kayangan, kab. Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat 83354
 
 
Masjid Kuno Gumantar ini merupakan bukti penyebaran awal Agama Islam di Pulau Lombok dan memiliki nilai sejarah, pendidikan dan kebudayaan yang tinggi ditengah peradaban yang semakin modern, sehingga perlu dipertahankan keberadaanya untuk menambah kekayaan budaya bangsa. Masjid Kuno Gumantar masuk dalam daftar inventaris Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali nomor : 2/15-05/BWG/58.
 
Arsitektur Masjid Kuno Gumantar
 
Arsitektur Masjid Kuno Gumentar memiliki kesamaan dengan arsitektural pada Masjid Bayan Beleq yang memiliki denah persegi, dengan atap yang bertumpang. Dari bahan juga memiliki kesamaan, dimana pada bagian lantai terbuat dari tanah dan campuran kotoran sapi, sedangkan pada temboknya dibuat dari anyaman bambu.
 
Masjid Kuno Gumantar.

Sedangkan pada bagian atapnya terbuat dari alang-alang, dan struktur penopang atap terbuat dari bambu sedangkan soko gurunya dan struktur atapnya terbuat dari kayu lokal yang memiliki dimensi yang cukup besar.
 
Struktur kayu kuno masjid ini justru menyelamatkannya dari gempa dahsyat yang sempat mengguncang Lombok dan sekitarnya menegaskan kuatnya konstruksi kayu Masjid Kuno Gumantar. Tidak ada kerusakan signifikan dibandingkan dengan masjid-masjid permanen di pulau tersebut.
 
Sejarah Masjid Kuno Gumantar
 
Penelusuran sejarah masjid ini dilakukan berdasarkan masa awal masuknya Islam ke Pulau Lombok dan gaya arsitektural yang mencirikan perkembangan pola pikir tentang bangunan disekitarnya dan memiliki referensi pada tahun yang berdekatan. Dengan merangkum berbagai data diperkirakan masjid Kuno Gumentar dibangun pada abad ke 17 masehi.
 
Ornamen unik dipuncaka tap Masjid Kuno Gumantar.

Berdasarkan catatan sejarah pada abad ke 17 tepatnya ditahun 1640 datang pula Sunan Pengging ke Pulau Lombok untuk menyiarkan agama Islam, Beliau adalah penganut Sunan Kalijaga dan mengembangkan ajaran sufi. Sunan Pengging terkenal pula dengan nama Pangeran Mangkubumi yang melarikan diri ke Bayan pada saat diserang oleh kerajaan Goa pada tahun 1640.
 
Di Bayan Beliau mengembangkan ajarannya sehingga kelak menjadi pusat kekuatan suatu aliran yang disebut waktu telu, yang menyebar sampai ke Desa Gumantar. Berdasarkan data tersebut, dan menganalisa kesamaan gaya arsitektural dari Masjid Kuno Gumantar dengan Masjid Bayan Beleq, maka kemungkinan besar pengaruh ajaran Islam dan hasil kebudayaannya memiliki kesamaan waktu dan konsep. Kedekatan wilayah juga memberikan pengaruh terhadap kesamaan konsep tersebut.
 
Masjid Kuno Gumantar saat ini tidak lagi digunakan sebagai sarana ibadah salat lima waktu. Hal ini guna untuk menjaga kelestarian dan sebagai peninggalan bersejarah. Penduduk Suku Sasak Desa Gumantar hanya menggunakan masjid kuno tersebut untuk acara tertentu.
 
Diantara pohon pohon Kamboja berusia tua.

Tradisi di Dusun Gumantar
 
Penduduk di Dusun Gumantar mayoritas bekerja di sektor agraris. Para petani di dusun tersebut memiliki berbagai tradisi pertanian yang digelar di Masjid Kuno Gumantar.
 
Berikut adalah beberapa aktivitas budaya pertanian yang dilakukan warga di Masjid Kuno Gumantar:
 
1. Maulid Adat, yaitu ritual adat yang dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal menurut sistem penanggalan kalender Islam setempat. Ritual ini dipercaya untuk memohon hujan.
 
2. Gawek Bumi, yakni tradisi untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh dalam satu tahun.
 
3. Aji Lawat/Tilawat, merupakan tradisi yang dilakukan warga untuk memulai penanaman padi.
 
Ketiga tradisi tersebut dilaksanakan di Masjid Kuno Gumantar dengan melibatkan enam dusun di Desa Gumantar, yakni Dusun Gumantar, Dusun Dasan Treng, Dusun Poh Gading, Dusun Tenggorong, Dusun Desa Beleq, dan Dusun Tangga. Konon, warga dari keenam dusun tidak diperkenankan merabas kebun sebelum upacara Aji Lawat dilakukan.
 
Warga setempat baru diperbolehkan melakukan aktivitas bercocok tanam jika upacara Aji Lawat selesai dilakukan. Hal itu menegaskan bangunan Masjid Kuno Gumantar juga berperan mendukung nilai kebudayaan agraris yang dijalani oleh warga setempat.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------

Baca Juga
 
Masjid Jami’ Al Umari Kelayu Selong Lombok Tengah
 
Rujukan
 







No comments:

Post a Comment