Sepanjang
sejarah, Ka’bah telah mengalami beberapa kejadian yang menyebabkan rusaknya
bangunan tersebut, adakalanya disebabkan oleh peristiwa alam dan adakalanya
karena ulah tangan-tangan manusia.
Di
zaman jahiliyah bahan bangunan Ka’bah adalah batu-batu besar yang tidak ada
tanah liatnya. Suatu ketika Ka’bah mengalami kerusakan karena banjir, lalu
orang-orang Quraisy membangunnya kembali dengan kayu-kayu yang mereka ambil
dari bekas-bekas perahu orang romawi yang tenggelam di laut merah, dan mereka
bangun dengan batu-batu di lembah gunung.
Akan
tetapi mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad di
Ka’bah, lalu mereka sepakat bahwa yang pertama kali masuk masjidlah yang akan
meletakkannya.
Nabi
yang waktu itu baru menginjak dewasa adalah orang yang pertama kali masuk
Masjidil Haram akhirnya Nabi Muhammad yang meletakkan Hajar Aswad itu.
Di
zaman Yazid bin Muawiyah ketika Abdullah bin Zubair berlindung di Ka’bah, dia
memerintahkan Hajjaj bin Yusuf untuk melempari Ka’bah dengan panah- panah
berapi, akhimya sebagian bangunan Ka’bah terbakar. Kerusakan itu kemudian di
perbaiki oleh Abdil Malik. Sedang yang meletakkan Hajar Aswad pada waktu itu
adalah Imam Ali bin Husain Zaenal Abidin.
Di
abad ke-3 hijriyah, sekelompok orang Syiah Gholat (yang menuhankan Imam Ali)
telah mengambil Hajar Aswad dan membawanya ke Kota Kufah (Iraq) lalu di
kembalikan oleh Imam Mahdi ke tempatnya.
Ka’bah
di Zaman Nabi Ibrahim AS tingginya mencapai 4,43 m dan panjangnya 14,79 m
sedang lebarnya 10,85 m. Pada waktu itu Ka’bah tidak mempunyai atap, lalu
diberi oleh orang-orang Quraisy sepanjang 4,43 m, akhirnya tingginya menjadi
8,86 m.
Orang-orang
Quraisy meletakkan dasar (fondasi) bangunan Ka’bah dari dalam lalu meletakkan
batu di atasnya dan mereka bangun hijr dan orang-orang tawaf mengelilingi
Ka’bah dari hijr tersebut sampai kemudian Yazid merusaknya karena ingin
membunuh Ibnu Zubair.
Setelah
itu, Ka’bah direnovasi kembali seperti semula dan tingginya di tambah lagi 4,43
m. Maka tinggi Ka’bah menjadi ±13,31 m dan mereka memberinya dua pintu satu
pintu di sebelah timur dan yang lain di sebalah barat (sampai ke permukaan
tanah).
Setelah
Abdullah bin Zubair meninggal dunia, Abdul Malik bin Marwan memerintah Hajjaj
bin Yusuf untuk mengembalikan Hajar Aswad yang telah jatuh. Selain itu,
bangunan Ka’bah di kembalikan seperti sediakala yang di bangun oleh orang-orang
Quraisy. Kemudian Hajjaj mengurangi panang bangunan dan menutup pintu yang ada
di punggung Ka’bah dan menghilangkan pintu yang pertama seperti halnya
sekarang.
No comments:
Post a Comment