Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon |
Masjid
Agung Sang Cipta Rasa adalah masjid agung di kota Cirebon. Masjid tua
bersejarah yang dibangun oleh para wali di masa Sunan Gunung Jati memerintah
sebagai sultan pertama di Kesultanan Cirebon. Lokasi masjid ini persis di depan
komplek Keraton Kasepuhan Cirebon, bersebelahan dengan Alun Alun Keraton
Kasepuhan. Baik Masjid maupun Alun Alun-nya masih merupakan wilayah territorial
Keraton Kasepuhan. Ada begitu banyak fakta menarik tentang masjid tua satu ini,
berikut saya petikkan 10 diantaranya.
1.
Masjid Pakungwati. Pada
awalnya masjid Sang Cipta Rasa Cirebon disebut Masjid Pakungwati karena berada
di dalam komplek Keraton Pakungwati (kini Keraton Kasepuhan). Pakungwati
diambil dari nama Nyi Mas Pakungwati puteri tunggal Pangeran Cakrabuana (Raden Walang Sungsang) bin Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi / Sri Baduga Maharaja / Jaya Dewata). Nyi Mas Pakungwati
adalah pewaris tunggal tahta Keraton Caruban Larang, oleh ayahandanya dinikahkan dengan
sepupunya sendiri yang tak lain adalah Sunan Gunung Jati yang kemudian naik
tahta sebagai Sultan Pertama Kesultanan Cirebon. Beberapa Sumber sejarah juga
menyebut Nyi Mas Pakungwati sebagai penggagas pembangunan masjid ini yang
kemudian diwujudkan oleh suaminya.
bangunan masjid Sang Cipta Rasa ini dikenali dari tembok pagar dan gerbang merahnya yang khas itu. |
2.
Dibangun oleh Para Wali.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu masjid di pulau Jawa yang
dibangun oleh para wali. Di dalam masjid ini di lokasi mihrabnya terdapat tiga
buah batu tegel lantai khusus yang dulunya dipasang oleh masing masing Sunan
Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Tiga buah tegel tersebut masing
masing menyimbolkan Iman, Islam dan Ikhsan, simbolisasi yang sama dengan tiga
susun atap-nya.
3.
Dirancang Arsitek Majapahit.
Adalah Raden Sepat yang di utus Raden Fatah Sultan Demak untuk turut membantu
pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Raden Sepat adalah seorang mantan
Panglima Pasukan Majapahit yang memimpin pasukannya menyerbu Demak pada saat
Demak baru berdiri sebagai Kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa. Penyerbuan
yang berahir dengan kekalahan. Raden Sepat tak pernah kembali ke Majapahit bersama
sisa pasukannya beliau mengikrarkan diri masuk Islam dan bergabung dengan
kesultanan Demak.
Ada aroma Majapahit di mihrab masjid sang Cipta Rasa. |
4.
Masjid Sembilan pintu.
Bangunan utama (asli) Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki Sembilan Pintu
menyimbolkan Sembilan Wali (Wali Songo) yang turut berkontribusi aktif dalam
proses pembangunannya. Pintu utama nya berada di sisi timur sejajar dengan
mihrab, namun pintu utama ini nyaris tak pernah dibuka kecuali pada saat sholat
Jum’at, sholat hari raya dan peringatan hari hari besar Islam. Delapan pintu lainnya
ditempatkan di sisi kanan dan kiri.
Delapan pintu tersebut berukuran sangat kecil dibandingkan ukuran normal
sebuah pintu, memaksa orang dewasa untuk menunduk saat akan masuk ke dalam
masjid, meyimbolkan penghormatan dan merendahkan diri dan hati manakala
memasuki masjid.
5.
Dua belas sokoguru. Masjid
Agung Sang Cipta Rasa memiliki sokoguru tidak hanya empat tapi dua belas. Semua
tiang tersebut terbuat dari kayu jati dengan diameter sekitar 60cm dan tinggi
mencapai 14 meter. Mengingat usianya yang sudah sangat tua, seluruh sokoguru di
dalam masjid ini sudah ditopang dengan rangkaian besi baja untuk mengurangi
beban dari masing masing pilar tersebut, hanya saja kehadiran besi besi baja
tersebut sedikit mengurangi estetika.
Soko guru Masjid Sang Cipta Rasa dengan empat kolom besi baja penopang di masing masing sokoguru. |
6.
Zamzam nya Cirebon. Di
beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur
zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang,
terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk
mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat
digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.
7.
Dua Maksurah dan dua Mimbar. Layaknya
sebuah masjid kerajaan, di masjid Agung Sang Cipta Rasa ini juga disediakan
tempat sholat khusus bagi keluarga kerajaan atau Maksurah berupa area yang
dipagar dengan pagar kayu berukir. Ada dua Maksurah di dalam masjid ini. satu
maksurah di shaf paling depan sebelah kanan mihrab dan mimbar diperuntukkan
bagi Sultan dan Keluarga keraton Kasepuhan. Serta satu Maksurah di shaf paling
belakang disamping kiri pintu utama diperuntukkan bagi Sultan dan keluarga
keraton Kanoman.
dua Maksurah di masjid Agung Sang Cipta Rasa |
Selain
dua maksurah, ada dua mimbar di dalam masjid ini yang bentuk dan ukurannya sama
persis. Mimbar yang kini dipakai merupakan mimbar pengganti, disebelah kanan
mimbar ini terdapat maksurah dan disebelah kanan maksurah mimbar lamanya
ditempatkan.
8.
Dibangun sebagai pasangan Masjid
Agung Demak. Konon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun
sebagai pasangan dari Masjid agung Demak. Pada saat pembangunan Masjid Agung
Demak, Sunan Gunung Jati meminta izin untuk membangun pasangannya di Cirebon.
Bila Masjid Agung Demak dibangun dalam watak arsitektur Maskulin, maka masjid
Agung Sang Cipta Rasa Cirebon dibangun dalam watak Arsitektur Feminim.
Azan Pitu di Masjid Agung Sang Cipta Rasa |
9.
Tujuh Muazin Azan Bersamaan. Hanya
ada di masjid ini tujuh orang muazin mengumandangkan azan secara bersamaan dan
dikenal sebagai azan pitu. Konon, pada zaman dahulunya menjelang sholat subuh
masjid ini diganggu oleh Aji Menjangan Wulung yang datang menebarkan
petaka, beberapa muazin yang
mencoba mengumandangkan azan tewas dihajar oleh-nya. Untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, Sunan memerintahkan tujuh orang muazin mengumandangkan
azan secara bersamaan. Hingga kini azan pitu tetap dilaksanakan di masjid ini
sebagai azan menjelang sholat Jum’at oleh tujuh muazin sekaligus dalam pakaian
serba putih.
10.
Tak tersentuh bom. Berdasarkan
kisah tutur dari orang orang tua, dimasa penjajahan berulang kali pasukan
Belanda dengan sengaja menarget masjid ini dengan bom, namun tak pernah
berhasil, bom bom tersebut justru menghantam obyek yang lain. Di bulan Februari
2010 lalu, Masjid ini kembali menjadi target usaha pengeboman oleh pihak yang
tak bertanggung jawab. Ust. Rahmad salah satu pengurus masjid menemukan
bungkusan bom rakitan tersebut di dalam masjid sehari setelah puncak perayaan
maulid Nabi, dan syukur Alhamdulilah bom rakitan tersebut tidak meledak meski
ada indikasi bahwa pemicunya sudah dinyalakan.***
Baca Juga
rindumasjid - Masjid
Agung Sang Cipta Rasa – Cirebon (Bagian 1)
No comments:
Post a Comment