Saturday, June 24, 2023

Masjid Candikuning Bedugul Bali

Masjid Besar Al-Hidayah atau lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning Bedugul. [foto: Fathonikudo]
 
Nama resminya adalah Masjid Besar Al-Hidayah namun lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning merujuk kepada desa tempatnya berada, di desa yang sama juga terkenal dengan kawasan wisata Bedugul dengan danau Bratan dan Pura Ulun Danu nya. Pura bersejarah yang pernah menghias uang kertas Rp. 50.000 rupiah.
 
Bila Pura Ulun Danu berada di danau Bratan, sehingga bila dilihat dari kejauhan tampak pesonanya yang seolah terapung dipermukaan air danau yang jernih, maka Masjid Candikuning atau masjid besar Al Hidayah justru berada dilereng bukit diseberang jalan dari Danau Bratan.
 
Masjid Besar Al Hidayah
Jalan Denpasar – Singaraja, Desa Candikuning
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali 82191
https://goo.gl/maps/jwFrgoPucC6JVzKN6
 

Masjid Besar Al Hidayah dibangun dilereng bukit, sehingga untuk mencapai masjid ini dari jalan raya, harus melewati jejeran anak tangga dimulai dari gerbang hingga ke pelataran masjid. Sesampai dipelataran masjid, pengunjung akan langsung disuguhi dengan pemandangan bentang alam Bedugul yang menawan.
 
Sepanjang jalan dari tempat parkir Ulun Danu hingga ke Masjid Besar Al Hidayah, terdapat jejeran kios kios yang menawarkan berbagai souvenir menarik khas Bali yang bernuansa Islami, seperti mukena, sarung khas Bali, sejadah khas Bali, buku-buku dan berbagai souvenir lain-nya yang tak ditemukan di objek wisata lainnya.
 
Masjid Besar Al Hidayah Bedugul selain mengelola pondok pesantren, sekolah madrasah hingga ke jenjang Aliyah, juga mengelola agrowisata Strawberry dan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) yang cukup populer sebagai lokasi edukasi pertanian bagi siswa siswa berbagai sekolah di Bali.

Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning.
 
Sejarah Singkat Masjid Al-Hidayah Bedugul & Persaudaraan antara Ummat Hindu dan Muslim di Bali
 
Masjid Al-Hidayah Bedugul dibangun sejak 1927, berdiri di atas tanah wakaf dari Kumpi Awal dan Kumpi Nurdinah, ikrar wakaf dilakukan dihadapan Guru Alimun, seorang pemuka Muslim setempat kala itu. Semula, bangunan masjid-nya sangat sederhana. Ukurannya sekitar 5x5 meter persegi. Karena itu, kebanyakan orang menyebutnya Langgar Candikuning. Sejak dibangun, tidak hanya difungsikan sebagai tempat shalat berjamaah, tetapi juga sarana pendidikan Islam, khususnya bagi anak-anak dan pemuda.
 
Langgar Candikuning pertama kali direnovasi ditahun 1948, renovasi selanjutnya dilakukan ditahun 1978, menyusul kemudian tiga kali perbaikan skala kecil dilakukan agar mampu menampung jamaah yang semakin bertambah. Adapun bangunan masjid Besar Al-Hidayah yang tampak saat ini merupakan hasil renovasi pada tahun 2009.
 
Muslim di Candikuning berada di tengah mayoritas Hindu, namun komunitas Muslim selalu hidup damai dan rukun bersama ummat Hindu. Masing-masing umat memang menjunjung tinggi semangat toleransi dan kebersamaan. Di Bali, terdapat istilah nyama beraya yang merujuk pada ikhtiar menjaga keharmonisan masyarakat. Secara harfiah, terminologi itu berarti ‘saudara semua'.
 
Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning dari masa ke masa. 

Sejarah pembangunan masjid Candikuning ini tak lepas dari ikatan persaudaraan yang begitu kuat dalam kerukunan. Pembangunan masjid ini sejak awal sejarahnya dibangun secara bergotongroyong yang tidak saja dilakukan oleh kaum muslimin saja namun juga Bersama sama dengan ummat Hindu setempat. Ukiran ukiran yang ada dibangunan masjid saat ini dikerjakan oleh warga yang beragama Hindu dengan khat hurup arab nya diberikan takmir masjid untuk diukir.
 
Contoh sederhana lainnya dari kerukunan warga disana, pada tiap perayaan Maulid Nabi pihak takmir Masjid Besar al-Hidayah selalu mengundang ummat Hindu untuk makan bersama dan sebagainya. Diketahui bahwa di kampung tersebut juga dikenal luas terdapat dua makam kuno yang dipercaya masyarakat setempat sebagai makam tokoh Islam di masa lalu.
 
Di puncak pegunungan, terdapat makam Syekh Hasan dan di bagian lereng terdapat makam kuno Syekh Husein.  Kedua makam tokoh Muslim tersebut, tidak hanya dirawat dan dihormati umat Islam saja. Tapi juga oleh umat Hindu di wilayah itu. Di desa tersebut, juga terdapat makam ulama besar, Habib Umar bin Yusuf al-Magribi. Tokoh tersebut dikenal luas sebagai salah satu wali pitu, perintis dakwah Islam di Pulau Dewata.***
 
Rujukan
 
https://bali.jpnn.com/destinasi/18761/masjid-al-hidayah-candikuning-rujukan-wisatawan-saat-berlibur-ke-bedugul?page=2
https://www.republika.id/posts/34294/masjid-besar-al-hidayah-cermin-toleransi-di-pulau-dewata
http://www.balimuslim.com/tabanan-area/masjid-besar-al-hidayah-bedugul
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/06/02/npb77o-indahnya-masjid-candi-kuning-bedugul-habis
http://bundakheiza.com/blog/masjid-al-hidayah-bedugul

No comments:

Post a Comment