Banjir bandang menerjang Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Angkola Selatan,
Tapsel, Minggu (21/10) malam. Dalam peristiwa ini, sedikitnya 13 rumah hanyut,
16 rusak berat, dan lebih dari 150 lainnya terendam. Namun, Masjid Nurul Falah
tetap berdiri kokoh. Padahal, rumah-rumah di sekitar masjid hanyut terbawa
arus.
Informasi
dihimpun Metro Tabagsel (Grup JPNN) dari beberapa warga di lokasi bencana pada
Senin (22/10) pagi menyebutkan, sejak sore hingga malam hujan deras terus
mengguyur pemukiman warga. Akibatnya, sungai (aek) Mosa dan Batang Salai yang
mengalir di desa itu meluap.
Dan, sekitar
pukul 21.00 tiba tiba air membanjiri rumah warga dengan ketinggian sekitar 1
meter disertai dengan ranting dan daun pohon. Namun, lama-lama suasana semakin
parah. Pasalnya, yang hanyut bukan lagi ranting atau daun melainkan potongan
kayu ukuran besar menghantam, sehingga beberapa rumah beserta isinya hancur dan
hanyut.
"Ini
yang ketiga kali sejak saya berdomisili di sini selama 28 tahun terakhir.
Namun, ini yang paling parah. Awalnya datang air menggenangi rumah yang
disertai ranting dan daun. Lalu listrik pun padam. Selanjutnya kami terus
memperhatikan situasi. Eh, banjir semakin parah dan membawa kayu-kayu besar.
Akhirnya kami menyelamatkan diri di atas jembatan," aku Diano Sinaga (53),
warga yang mengaku rumah dan seluruh isi termasuk uang tunai Rp20 juta yang
diambil dari bank sehari sebelumnya hanyut.
“Padahal uang
itu untuk kebutuhan menyelesaikan pembangunan rumah baru,” lanjutnya.
Warga
lainnya, Masdiana (43), mengaku, kejadiannya begitu cepat. Ia yang hidup
menjanda terpaksa harus susah payah menyelamatkan empat anaknya. “Oppot sajo ro
aek godang menunjang, maroban hayu, holan mamikirkon manyalamatkon daganak on
ma au tai leng adong koum mangalojongkonna tu huta Aek Nadenggan (kejadiannya
cukup cepat, arus air langsung menerjang, membawa kayu, dan suaranya sangat
mengerikan, ketika itu saya hanya berfikir bagaimana caranya anak-anak bisa
selamat, untung saudara sekampung yang sama-sama ingin menyelamatkan diri
membantu dan memabawa anak saya menuju perkampungan Aek Nadenggan)," kata
perempuan ini sambil menangis.
Sementara
itu, Kepala Lingkungan I Kelurahan Pardomuan Somat Pulungan, mengaku, begitu
mengetahui air menggenangi pemukiman dengan membawa material dan suara gemuruh,
warga langsung berlarian menuju tempat yang lebih tinggi. Tak banyak yang bisa
dilakukan warga selain menunggu arus surut. Sebab, selain listrik padam,
peristiwa ini juga terjadi menjelang tengah malam.
“Jumlah
kepala keluarga di Lingkungan 1 ini sekitar 210 orang. Semuanya terkena banjir.
Namun, setelah kami lakukan pengecekan dan pendataan, ada 13 rumah yang hanyut,
16 rusak berat, tiang listrik tumbang sehingga jaringan rusak. Sekolah dan
masjid juga tak luput dari luapan air," kata Somat.
Pantauan
METRO rumah warga hancur dihantam banjir bandang, sebagian di antaranya hanya
menyisakan pertapakannya, belasan lainnya
rusak dan hampir seluruh rumah di tiga lorong Kelurahan Pardomuan, dan
dua sekolah terendam. Sementara itu, jalanan juga berlumpur. Beberapa warga
dari desa tetangga mulai berdatangan memberikan bantuan seadanya, sementara
beberapa korban banjir bandang mengaku belum makan. (ran)
No comments:
Post a Comment