Bengkalis adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Riau. Sebagian wilayah kabupaten ini berada di pantai
timur Pulau Sumatera, sebagian lagi berada di pulau Bengkalis yang berada di
lepas pantai Pulau Sumatera di Selat Malaka terpisah dari Pulau Sumatra. Ibu
kota kabupaten berada di Pulau Bengkalis.
Di kota ini terdapat masjid indah
yang menjadi kebanggaan masyarakat Bengkalis, yakni Masjid lstiqomah. Masjid
Istiqomah merupakan rumah ibadah megah yang menjadi ikon Kabupaten Bengkalis, Pembangunan
masjid ini merupakan terobosan mengingat tingginya tingkat kesulitan untuk
membangun sebuah masjid megah dengan tiang-tiang menara tinggi di atas tanah
Bengkalis yang gembur atau tanah gambut.
Masjid Istiqomah Bengkalis
terdaftar di Kementrian Agama RI dengan nomor ID : 01.2.04.03.01.000001. Masjid
ini berdiri di atas lahan seluas 10.000 meter persegi berstatus tanah wakaf,
dengan luas bangunan mencapai 5000 meter persegi dan mampu menampung hingga
4000 jemaah sekaligus.
Bangunan Masjid Istiqomah
Bengkalis ini begitu megah, mengingatkan kita pada bangunan bangunan istana
dalam dongeng 1001 malam. Bangunan megah bewarna putih dengan kubah warna warni
ditambah dengan empat menaranya yang menjulang. Namun siapa sangka dibalik
kemegahan masjid ini tersimpan sebuah kisah inspiratif dari sebuah kegigihan dalam
artian sebenarnya dari muslim Bengkalis demi memuwudkan impian memiliki sebuah
masjid.
Sejarah Pembangunan Masjid Istiqomah Bengkalis
Masjid Istiqomah Bengkalis
berdiri pada tahun 1960 di atas tanah yang merupakan wakaf dari H. Abdurrahman.
Pada awalnya, luas masjid ini hanya seperempat luas sekarang (2500 m2)
dan luas halamannya pun hanya setengah dari luas sekarang. Peletakan batu
pertama Masjid Istiqomah Bengkalis dilakukan oleh Bapak
Raja Rusli yang menjabat sebagai ketua MUI Provinsi Riau.
Berdirinya Masjid Istiqomah ini
merupakan hasil dari usulan para ulama dan pemuka masyarakat ketika itu, serta
gotong royong secara bergiliran oleh masyarakat dengan tidak mengambil bayaran.
Mayoritas yang terlibat dalam gotong royong ini adalah warga Bengkalis Kota,
Desa Wonosari, dan Desa Pedekik.
Pembangunan Masjid Istiqomah terkendala pada tahun 1962 karena kehabisan dana dan bahan baku bangunan. Pondasi dan tiang-tiang pancang dari besi yang belum dicor sempat terbengkalai. Bebeberapa waktu kemudian, hadirlah pihak yang bersedia memberikan bantuan untuk menyelesaikan pembangunan Masjid Istiqomah. Mereka adalah seorang pejabat tinggi kepolisian yang bernama Zakawi Ros dan seorang pedagang besar cina yang bernama Pulut.
Namun bantuan ini tidaklah
cuma-cuma. Mereka menuntut sebuah kesepakatan dengan masyarakat Bengkalis
berupa izin menjadikan Pulau Bengkalis sebagai jalur perdagangan karet mereka
keluar negeri. Permintaan keduanya diizinkan oleh masyarakat Bengkalis hingga
80% pembangunan Masjid Istiqomah rampung pada tahun 1967.
Oleh Bupati Bengkalis tahun 1975,
Imron Suheman, Masjid Istiqomah mendapat beberapa perbaikan bangunan dan
perluasan halaman sehingga luas halamannya menjadi dua kali lipat dari
sebelumnya. Pada tahun 1977 ditambahkan 4 tiang utama di bagian dalam masjid
sekaligus perombakan bagian atas masjid. Pembangunan di tahun 1977 ini
dilaksanakan oleh CV Riau Putera di bawah pimpinan direkturnya H. Abu Bakar.
Pada tahun 1986. Ketika Bengkalis
dipimpin oleh Bupati Johan Syarifudin,
langit-langit Masjid istiqomah kembali mendapat pemugaran. Berbeda dengan
sebelumnya, pemugaran kali ini tidak dilakukan oleh kontraktor, melainkan melalui
program AMD (ABRI masuk desa).
Ketika Bengkalis dipimpin oleh
bupati Fadlah Sulaiman pada tahun 1998,
terjadi pemugaran besar-besaran hampir di semua bagian masjid. Ini dilakukan
karena jamaah Masjid Istiqomah sudah terlalu ramai. Namun pemugaran ini baru
selesai di zaman Bupati Bengkalis selanjutnya, Syamsurizal.
Pemugaran ini termasuk perbaikan rumah imam, pendirian sekretariat dan
penambahan tempat wudhu.
Arsitektur Masjid Istiqomah Bengkalis
Masjid lstiqomah dibangun dengan
arsitektur bangunan masjid moderen, dalam artian dibangun dalam bentuk bangunan
masjid universal sebagaimana bangunan masjid yang dikenal oleh dunia
internasional, yakni berupa bangunan besar ber-aula luas dengan kubah dan
menara. Atap bangunan utamanya bertingkat dua dengan kubah bawang berukuran
besar di atasnya di hias dengan panel panel ornamen bewarna biru dan kuning
dengan garis garis diagonal.
Tiga sisi bangunan utama kemudian
ditambahkan teras dan beranda yang cukup luas untuk menambah luasan lantai
masjid ini. Jejeran pilar dengan arkade mengelilingi bagian teras dan beranda
masjid dengan sentuhan arabia. Masing masing beranda dilengkapi dengan kubah
berukuran lebih kecil dengan warna biru terang, sisi kiri dan kanannya di apit
dengan bentuk menara kecil. Bagian atas teras juga di lengkapi dengan beberapa
kubah mini. Padu padan beranda dan teras masjid ini mengingatkan kita pada seni
bina bangunan bangunan masjid dan istana dari dinasti Islam Mughal di India.
Elemen hias di dalam masjid
dipengaruhi oleh gaya Arab dan Melayu. Perpaduan ini dapat dilihat dari
banyaknya kaligrafi dengan motif dan warna-warna cerah yang merupakan ciri khas
ornamen Melayu. Kaligrafinya ditulis dengan warna emas sedangkan elemen lainnya
menggunakan fola floral dengan warna warna yang senada. Tiang tiang masjid ini
juga di hias dengan kaligrafi dengan ragam hias khas melayu berupa ornamen
pucuk rebung di sisi atas dan bawahnya.
Menjelang senja, suasana sekitar
masjid terasa begitu hidup dengan aktivitas masyarakat Pulau Bengkalis. Mereka
tampak berlalu-lalang di pertigaan jalan depan gerbang masjid atau duduk-duduk
di teras, menunggu waktu shalat Maghrib tiba. Lingkungan sekitar masjid
dipenuhi oleh toko yang bagian atasnya dijadikan tempat penangkaran walet. Suara
ciutan riuh rendah burung-burung walet menjadi suara khas keseharian di sekitar
masjid megah ini.***
No comments:
Post a Comment