Masjid Baitul Musyahadah adalah salah satu masjid yang berada
di kota Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh. Lokasinya berada di Jalan
Teuku Umar, Desa Geuceu
Kayee Jato, kota Banda
Aceh, sekitar 3 km dari masjid
Raya Baiturrahman Banda Aceh, dapat dicapai dengan mudah menggunakan
moda angkutan kota yang di Banda Aceh terkenal dengan sebutan Labi Labi.
Masjid ini lebih dikenal dengan
nama Masjid Teuku Umar/ Masjid Kupiah Meukeutop dikarenakan bentuk kubahnya
yang mirip dengan “Kupiah Meukuetop”, Kopiah atau peci tradisional Aceh yang kerap digunakan oleh pahlawan nasional Teuku Umar sewaktu
memimpin perjuangan rakyat
Aceh melawan Belanda. Dengan arsitektur yang unik ini tak mengherankan
jika masjid ini menjadi salah satu daya tarik dari kota Banda Aceh.
Masjid Baitul Musyahadah
Jl. Teuku Umar, Geuceu Kayee Jato
Banda Raya, Kota Banda Aceh
Aceh 23232
Indonesia
Meskipun terletak di samping
pusat perbelanjaan Suzuya Mall, tak membuat pesona etnik dari masjid ini
memudar. Kupiah meukotop sendiri
memiliki arti filosofi yang cukup mendalam bagi masyarakat Aceh. Terutama dalam
melambangkan reusam (aturan adat), adat istiadat, hukum Islam, dan juga qanun
(peraturan daerah). Selain itu,
masjid ini juga dipilih masyarakat setempat dalam melambangkan kegigihan
perjuangan pahlawan asal Tanah Rencong, Teuku Umar.
Berawal Sebagai Masjid
Al-ikhlas
Masjid Baitul Musyahadah pada awalnya dibangun secara swadaya oleh masyarakat muslim setempat dengan nama
Masjid Al Ikhlas pada tahun 1989. Kemudian diubah namanya menjadi Masjid Baitul
Musyahadah pada tahun 1993. Rancangan
masjid ini ditangani oleh seorang cendekiawan terkemuka di Aceh, Ali
Hasjmy.
Beliau merancang masjid ini berdenah segi
lima sebagai gambaran
dari rukun Islam yang harus diamalkan oleh seluruh jemaah masjid. Bentuk segilima juga tentu saja merupakan
perlambang dari Pancasila, dasar Negara Republik Indonesia. Bentuk dasar segi
lima masjid ini terlihat dengan jelas bila dilihat dari udara.
Nuansa tradisional Aceh bertaburan di masjid
ini, dari bagian luar, kubah berbentuk kopiyah Meukuetop di atap masjid ini memang dibangun
dan diberi ornamen sesuai dengan hiasan pada kopiyah asli tradisional
masyarakat Aceh tersebut. Kubah yang sama berukuran kecil juga ditempatkan di
dalam masjid di bagian atas mimbar.
Sisi Mihrab di dalam Masjid Baitul Musyahadah |
Dari segi arsitektur Masjid
Baitul Musyahadah dibangun dua lantai yang ditopang dengan puluhan tiang besar
dan kokoh. Bila dilihat dari luar, masjid yang berdiri di lahan sekitar 3 Ha
ini memiliki beberapa fasilitas. Seperti tempat whuduk laki-laki dan perempuan
yang representatif dan lahan parkir yang luas. Ornamen-ornamen khas Aceh banyak dipajang di dinding depan
Masjid Baitul Musyahadah.
Selain itu, masjid ini juga
memiliki pintu unik yang terbuat dari besi. Ada empat buah pintu Aceh (Pintoe Aceh)
dalam ukuaran besar. Dua di samping kiri mihrab dan dua lainnya di samping
kanan. Empat Pintoe Aceh yang melambangkan adat keacehan posisinya kontras terpajang di dinding
utama masjid dalam balutan kuningan.
Sesaat menjejakkan kaki di depan
pintu masuk, langsung merasakan suasana berbeda. Adem, nyaman dan syahdu.
Lantainya yang beralaskan marmer berkualitas tinggi, memberi rasa dingin dan
segar di kulit. Di
bagian mihrab latar belakangnnya
di cat warna hijau. Ada tulisan “Allah” dalam bahasa Arab berukuran
besar di sisi dalam mihrab. Tak
jauh dari mirab ada satu mimbar, meski
tampak tak terlalu besar, namun warna dan ukirannya sangat indah. Ada juga dua
buah “jam berdiri” di sisi kanan dan kiri mihrab.
Masjid Baitul Musyahadah dari samping. |
Sebagai sarana publik, Masjid
Baitul Musyahadah punya fungsi sosial kemasyarakatan. Masjid ini sering juga
dipakai sebagai tempat melangsungkan pernikahan, kegiatan Isra’ Mikraj, kenduri sampai menjadi tempat
persinggahan jamaah tabligh. Bahkan
di beberapa sudut pintu keluar, kerap terlihat beberapa pria bersorban dengan
pakaian gamis menajajakan berbagai barang dagangannya.
Dalam kesehariannya, masjid ini
juga dipakai untuk mendirikan shalat jamaah lima waktu. Untuk mendukung
kegiatan itu, pengurus Badan Kemakmuran Masjid (BKM) telah menetapkan jadwal
imam dan muazin. Salah satu imam yang juga kerap memimpin shalat jamaah adalah
Ustaz Zamhuri Al Hafiz, yang merupakan imam Masjid Raya Baiturrahman.
Masing masing ada sekitar tujuh
orang imam dan muazin yang menjalankan tugasnya secara bergantian Masjid Baitul Musyahadah juga menjalankan
beberapa kegiatan berwawasan keislaman seperti pengajian. Misalkan ada
pengajian fiqih, yang digelar pada Senin malam. Pengajian ini diasuh Ustaz
Thamlica Hasan Lc. Pengajian yang sama untuk ilmu tauhid juga dilakukan pada
Kamis malam di bawah asuhan Ustaz Samsul Bahri M Ag.
Selain program wawasan keislaman,
juga ada beberapa kegiatan keorganisaian lainnya yang berada di bawah BKM.
Seperti taman kanak-kanak alquran (TKQ), taman pendidikan alquran (TPQ) dan
ta’limul qur’an lil-aulad (TQA) serta baitul mal. Semua oraganisasi ini
bermarkas di Masjid Baitul Musyahadah.***
Referensi
No comments:
Post a Comment