Masjid Jami' Nanga Pinoh saat ini, masih bertahan dengan bentuk setelah rehab tahun 1938 dan 1972 |
Masjid Jami’ Nanga Pinoh,
Kabupaten Melawi, berusia lebih dari satu abad. Masjid ini adalah masjid tertua
di kabupaten Melawi. Dari
segi sejarah, Masjid Jami’ merupakan salah satu situs sejarah penting yang ada
di Melawi mengingat letaknya dan sejarahnya terkait dengan kedemangan
(perwakilan kerajaan) Sintang di masa lalu. Kampung Liang tempat
masjid ini berada juga terdapat sejumlah situs sejarah Taman Makan
Pahlawan Raden Tumenggung Setia Pahlawan, seorang tokoh pahlawan nasional asli Melawi.
Dari tahun pembangunannya, Masjid Jami’ Nanga
Pinoh ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Melawi. Peranannya
sebagai pusat kegiatan dan peradaban Islam bertahan hingga hari ini. Mesjid Jami’ Nanga Pinoh yang terletak
di Kampung Liang, Desa Tekelak Kecamatan Pinoh Utara dulunya merupakan pusat
pengembangan Islam di kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Untuk mencapai Masjid Nanga Pinoh ini dari Kota
Nanga Pinoh harus menyeberang
menggunakan jasa penyeberangan perahu, yang biasa dimanfaatkan warga setempat.
Mesjid Jami’
Nanga Pinoh
Kampung Liang, Desa Tekelak Kec.
Pinoh Utara
Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Indonesia.
Sejarah Masjd Jami’
Nanga Pinoh
Sesuai dengan dokumen dan cerita
para pemuka-pemuka agama saat itu, Masjid Jami’ ini dibangun pertama kali di
Kampung Liang tahun 1888, dan
letaknya di Kampung (dusun) Liang, Desa Tekelak (saat ini masuk kecamatan Pinoh
Utara), bukan di lokasinya
saat ini. Bentuk Mesjid Jami’ pada awalnya (sebelum dipindahkan ke lokasi Mesjid
yang baru sekarang).
Masih menggunakan satu menara kubah yang terletak di depan pintu masuk Masjid
Jami’
Masjid Jami’ tersebut mengalami
tiga kali perpindahan lokasi. Kurang lebih setelah 50 tahun dibangun, kondisi
masjid tersebut mengalami rusak berat dan kondisinya sudah tidak dapat
diperbaiki kembali. Selain itu, lokasi masjid sudah semakin sempit karena
perumahan masyarakat yang semakin padat dan tidak tertata.
Maka sesuai dengan mufakat para
tetua dan pemuka agama, pada tahun 1938, Masjid Jami’ ini direhab total dan
lokasinya dipindahkan sejauh kira-kira 500 meter dari posisi semula ke arah
hulu Sungai Melawi. Posisi
lokasi Masjid Jami’ tersebut, berada diantara perbatasan Kampung Liang dan
Kampung Tekelak, lokasinya
juga berada dipertigaan Sungai Melawi dan Sungai Pinoh, di tanah milik kerajaan dengan bentuk
yang sama (posisinya di depan kantor Desa Tekelak).
Begini bentuk Masjid Jami' Nanga Pinoh sebelum tahun 1938, dan sebelum dipindahkan ke lokasi saat ini. |
Rehab total yang dilakukan pada
tahun 1972 akhirnya merubah bentuk Masjid Jami’ sekitar 50 persen dari bentuk
semula. Lantai Mesjid terbuat dari beton di atas tanah dan Masjid Jami’ ini
mengalami pergeseran 10 meter dari posisi semula. Di tahun 1993, Masjid Jami’ mendapatkan
bantuan dari masyarakat, berupa bahan triplek, paku, kayu dan semen, dimana
kayu dan triplek dipergunakan sebagai dek masjid serta merehab menara kubah
masjid. Sedangkan bahan
material seperti semen, dipergunakan masyarakat untuk membangun jalan dari
pintu gerbang ke masjid, lantai luar, pintu gerbang serta pagar masjid. Sejak tahun 1972 posisi
Masjid Jami’ tidak lagi mengalami perubahan serta sudah berkali-kali
diperbaiki.
Tak banyak peninggalan sejarah
yang tersisa dari bangunan masjid saat ini. Namun ada dua peninggalan bukti
keberadaan masjid tertua di Melawi tersebut, yang masih dapat dijumpai. Pertama yakni mimbar khatib dan bedug. Secara kasat mata mimbar
khatib masih kokoh. Mimbar masih difungsikan bagi khatib pada pelaksanaan salat
Jumat. Tak banyak perubahan dari mimbar khatib tersebut, namun dahulunya
dilengkapi anak tangga, sehingga agak lebih tinggi dari sekarang. Usianya sudah lebih dari 100 tahun. Sementara itu, bedug masjid
juga masih dapat dijumpai di halaman masjid. Uniknya tidak seperti bentuk
beduk pada umumnya, namun beduk Masjid Jami bentuknya memanjang, menyerupai
sebatang kayu, yang dijadikan bedug.
Aktivitas Masjid Jami’
Nanga Pinoh
Masjid ini sendiri, menjadi pusat
kegiatan umat Islam yang ada di kabupaten Melawi. Di masa lalu, saat daerah
lain belum memiliki mesjid, banyak masyarakat dari daerah lain seperti Tanjung
Lay, Tanjung Paoh, Kebebu yang berada di daerah hulu sungai Melawi melaksanakan shalat Jumat di Masjid
Jami’ ini, karena memang
Masjid Jami’ ini masih merupakan masjid satu-satunya di Melawi. Mereka turun
dengan cara mendayung sampan, sehingga saat shalat Jumat, di depan dermaga, banyak sampan yang berjejer.
Pada masa itu seluruh aktivitas kegiatan
Islam di Melawi dipusatkan
di Masjid Jami’ ini. Bahkan kelompok-kelompok tarbiyah berdatangan dari daerah
di luar Melawi hingga dari semenanjung
pulau Sumatera ke masjid tersebut. Saat ini, aktivitas masjid tersebut sama
halnya dengan masjid lainnya yang berada di Melawi.
Apalagi di bulan Ramadani, Masjid
Jami’ selalu dipadati dengan masyarakat yang melaksanakan shalat tarawih dan
tadarusan. Selain
ibadah shalat berjamaah dan shalat Jumat, juga ada pengajian dan majelis
taklim. Dan saat ini juga TPA bagi anak-anak di sekitar Desa Tekelak juga sudah
diaktifkan kembali.***
Referensi
No comments:
Post a Comment