Showing posts with label masjid di mesir. Show all posts
Showing posts with label masjid di mesir. Show all posts

Wednesday, July 10, 2013

Jamaah Tarawih Pendukung Mursi Terbesar Di Dunia Setelah Tanah Suci

Presiden Mursi digulingkan oleh kudeta militer Mesir paska demonstrasi besar besaran menentang keputusannya, kini giliran jutaan pendukung Mursi yang melakukan demonstrasi besar besaran diberbagai kota di seantero Mesir. 

Meski puluhan orang telah syahid dibantai junta militer saat shalat Subuh, jumlah demonstran pendukung Presiden Muhammad Mursi tidak berkurang. Saat malam Ramadhan pertama tiba, Selasa (9/7) waktu setempat, sekitar satu juta demonstran menggelar shalat tarawih berjamaah di Rabi’ah Adawiyah.

Basis demonstrasi pendukung Presiden Mursi itupun berubah menjadi lautan mushallin (orang-orang yang shalat) yang memanjang hingga puluhan kilometer memenuhi jalan-jalan utama di sekitarnya. Mempertimbangkan jumlahnya, jamaah tarawih pendukung Mursi ini merupakan jamaah tarawih terbesar kedua setelah jamaah tarawih Masjidil Haram atau terbesar ketiga setelah jamaah tarawih Masjid Nabawi. Berikut foto-fotonya:













Monday, December 31, 2012

Masjid Muhammad Ali Pasha, Masjid dalam Benteng Kota Kairo


tinggi menjulang di atas benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo, Masjid Muhammad Ali Pasha tak pelak lagi menjadi landmark kota Kairo (foto dari wikipedia)
Tak salah bila Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara, kota ini memang bertabur menara menara masjid indah dari berbagai era kekuasaan yang silih berganti menguasai Mesir. Salah satu masjid dengan menara tinggi dan dapat dilihat dari jarak yang begitu jauh karena berada di dalam Benteng Shalahuddin (Citadel/Qal'ah) di atas sebuah bukit di kota Kairo adalah Masjid Muhammad Ali Pasha. Saking tingginya lokasi masjid ini, Ketika sudah berada disana, pengunjung dapat melihat hampir seantero Kota Kairo, berikut sungai Nil dan piramida dikejauhan dari halaman masjid.

Tak pelak lagi dengan posisinya yang berada di ketinggian dan dapat dipandang dari berbagai sudut kota, masjid ini dengan secara otomatis menjadi landmark kota Kairo. Masjid Muhammad Ali Pasha dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha penguasa Mesir dari dinasti Muhammad Ali, dinasti Islam terahir yang berkuasa di Mesir sebelum kemudian negeri ini berubah menjadi Republik hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki banyak nama lain, diantaranya adalah Masjid Alabaster karena sebagian besar dilapisi dengan marmer alabaster. Kadangkala juga disebut sebagai masjid Almarmari merujuk kepada bahan marmer yang mendominasi bangunan masjid ini.

Masjid Muhammad Ali Pasha di Puncak Benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo.
Mengenang Putra Sulung dan Menjadi Makam Sang Raja

Masjid ini sengaja dibangun oleh Muhammad Ali Pasha ditahun 1830 hingga 1848, untuk mengenang Tusun Pasha, putra tertua-nya yang meninggal pada tahun 1816. Untuk membangun masjid tersebut,beliau mengundang sejumlah insinyur dari Prancis dan Italia untuk merancang Masjid ini. Diantara ide cemerlang yang dikemukakan para insinyur yang mendirikan Masjid Muhammad Ali Pasha adalah pemilihan lokasi yang unik, yakni di puncak Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di pinggiran Kota Kairo. Dengan dipilihnya lokasi tersebut, panorama di sekitar benteng tersebut pun menjadi benar-benar berubah. Rekonstruksi Masjid Muhammad Ali Pasha dimulai pada tahun 1830 atau sekitar tujuh abad setelah berdirinya Citadel dan selesai tahun 1848.

Jazad Muhammad Ali Pasha sendiri ahirnya di makamkan di halaman masjid ini. Muhammad Ali Pasha wafat di Istana Ras el-Tin Palace di Alexandria pada tanggal 2 Agustus 1849 dan dimakamkan di pemakaman Hosh al-Basha. Adalah Raja Abbas I yang tak lain adalah cucu dari Muhammad Ali Pasha, putra dari Tusun Pasha yang kemudian memindahkan makam Muhammad Ali Pasha ke halaman masjid ini pada tahun 1857.

dari segi ukuran, Masjid Muhammad Ali Pasha ini merupakan masjid terbesar yang pernah dibangun di awal abad ke 19, terutama di Mesir dan Afrika.
Bergaya Turki dengan sentuhan Prancis dan Italia

Masjid Muhammad Ali Pasha secara umum dibangun dengan mengadopsi gaya masjid dinasti Usmaniyah, bangunan masjid dengan dua buah menara tinggi yang ramping dan runcing seperti sebuah pinsil, mengapit kubah utama dan sejumlah kubah kecil disekitarnya. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya dibuat megah dan tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.

Bangunan utamanya dari dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang merupakan hadiah dari Raja Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846. Konon, sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha memberikan obelisk Ramses II dari Kuil Luxor yang terdapat di pintu masuk. Saat ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde, Paris, Prancis.

Interior Masjid Muhammad Ali Pasha, tak jauh berbeda dengan interior masjid masjid dari masa Usmaniyah lainnya. Terutama Masjid Aya Sofia di Istambul, Turki.
Ruang shalat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah kecil yang mengapit kubah utama. Bagian langit-langit puncak kubah (dari dalam) dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafaur Rasyidin. Dinding ruang sholat diberi celah-celah yang dihias dengan kaca patri berwarna-warni dan pilar pilar pualam yang tidak membuat ruangan masjid tersebut terasa sempit. Di samping pilar pilar utama terdapat juga pilar pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.

Selain cahaya alami, sistem pencahayaan masjid ini disinari oleh lampu-lampu gantung raksasa di bagian tengah ruang shalat. Lampu-lampu gantung raksasa tersebut diberi bingkai lampu-lampu gantung listrik yang memiliki ukuran lebih kecil dengan bola-bola kristal yang indah dan menawan yang terdapat di sekelilingnya. Keberadaan ornamen dan lampu-lampu kristal pada bagian ruang shalat ini memberi kesan gaya Baroque, suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa Renaisans yang begitu sarat dengan dekorasi dan ornament, termasuk dengan bangunan mimbarnya.

Di dalam Benteng Salahudin ini Selain Masjid Muhammad Ali juga terdapat dua museum, yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir, Singgasana Raja Farouk, dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang terdiri dari 6 bagian (diantaranya ruangan yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya, ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini, dan ruangan-ruangan lainnya.
  
(Dari berbagai sumber)

-----------

::: Baca juga :::

Masjid Amru Bin Ash, Masjid Pertama di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash, Masjid Pertama di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash di Fustath, Kota Kairo - Mesir, di malam hari (foto dari Flickr)

Saksi Kebijaksanaan Sang Khalifah

Pernah mendengar kisah tentang kebijaksanaan khalifah Umar Bin Khattab dalam menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya ?. Masjid Amru Bin Ash di Kairo, Mesir ini menyimpan cerita tersebut sebagai teladan bagi para pemimpin setelah Beliau. Kisah ini seringkali pernah dituturkan oleh (alm) Kyai Sejuta Ummat, Zainudin MZ dalam salah satu episode ceramah-Nya.

Kisah bermula ketika di tahun 641 Masehi bertepatan dengan tahun ke 21 Hijriah, Amru bin Ash berhasil merebut wilayah Mesir dari kekuasaan emperium Romawi. Amru bin Ash adalah salah satu sahabat baginda Rosulullah S.A.W. beliau mengemban amanat sebagai Jenderal perang semasa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab. Pada tanggal pada 1 Muharram 20 H./8 November 641 M, Amru bin Ash memproklamirkan kota Fustath (kini bagian dari Kairo Tua) sebagai Ibukota wilayah Islam di Mesir dan beliau sendiri ditunjuk oleh Khalifah Umar sebagai Gubernur Mesir Pertama.

Manakala beliau berencana membangun Masjid bagi kota yang baru saja dimulai pembangunannya itu, beliau berkeinginan membangun sebuah masjid besar di atas tanah yang cukup luas tak jauh dari kediaman resminya. Hanya saja di atas lahan tersebut terdapat sebuah gubuk milik seorang Yahudi tua. Amru bin Ash sudah melakukan negosiasi langsung dengan-nya namun Yahudi tua tersebut menolah untuk menyerahkan tanah milik-nya.

Masjid Amru Bin Ash di siang hari
Selaku Gubernur, Amru bin Ash naik pitam dan memerintahkan pembongkaran paksa atas gubuk reot tersebut. Dalam keputus-asa-an menghadapi kesewenangan gubernurnya, Yahudi tua tersebut memutuskan untuk mengadu ke Khalifah Umar Bin Khattab di Madinah, Dan peristiwa setelah itu mengubah segalanya. Yahudi tua tersebut sama sekali tak menduga bahwa Khalifah yang ditemuinya adalah seorang yang sangat sederhana jauh dari kemewahan.

Lebih terheran heran lagi ketika setelah mengadukan masalahnya, khalifah Umar ternyata marah besar dan meminta-nya untuk mengambil sepotong tulang, lalu dengan ujung pedangnya Umar menorehkan garis lurus di potongan tulang tersebut dan meminta Yahudi tua tersebut memberikan tulang itu langsung ke Gubernur Amru bin Ash di Mesir.

Seketika setelah menerima potongan tulang dari Yahudi tua itu, Gubernur Amru bin Ash pucat pasi dan serta merta memerintahkan semua bawahannya untuk mengentikan pembangunan masjid di lahan Yahudi tua tersebut dan memerintahkan menghancurkan bangunan masjid yang sudah setengah jadi berdiri disana. Kontan saja tindakan itu membuat Yahudi tua itu terhenyak dalam keheran yang bertubi tubi sejak dia bertemu dengan Khalifah Umar bin Khattab di Madinah.

Gubernur Amru bin Ash yang kemudian menjelaskan semuanya setelah meminta maaf atas kesewenang wenangnannya. Beliau menjelaskan bahwa tulang yang diserahkan Yahudi tua itu adalah perintah langsung dari Khalifah kepada dirinya selaku gubernur, untuk senantiasa bertindah adil, bertindak lurus baik dari kalangan atas sampai kalangan paling bawah seperti hurup alif yang digoreskan khalifah Umar di atas tulang tersebut, bilamana tak mampu menjalankan amanah dengan adil maka pedang khalifah Umar sendiri yang akan memenggal kepalanya. Itu sebabnya Gubernur Amru bin Ash langsung pucat pasi menerima peringatan langsung dari Khalifah tersebut.

Interior masjid Amru Bin Ash
Alih alih gembira dengan keputusan gubernurnya yang menghentikan pembangunan masjid di atas lahan miliknya, Yahudi tua tersebut malah meminta khalifah untuk menghentikan pembongkaran bangunan masjid yang sedang dibangun itu. Dia mengaku sangat kagum dengan kepemimpinan Khalifah Umar yang begitu adil dan sangat kagum dengan ajaran Islam dan karenanya dia ridho menyerahkan lahannya untuk dibangun masjid dan meminta Gubernur Amru bin Ash untuk membimbingnya masuk Islam. Subhanallah.

Masjid Tertua di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash ini seringkali disebut sebagai 'Taj Al-Jawami' atau 'Mahkotanya Masjid'. Mesjid yang berada di wilayah Fusthath dibagian kota tua Kairo ini merupakan masjid pertama di Mesir dan Benuar Afrika. Meski bangunan asli yang dibangun semasa Amru bin Ash sudah tak tersisa lagi, namun sejarah awal pembangunannya menjadikan masjid ini memegang peranan penting bagi peradaban Islam di Mesir dan benua Afrika.

Bangunan masjid yang kini berdiri merupakan hasil pembangunan para penguasa sesudah Beliau. Keindahan arsitekturalnya menarik perhatian berbagai pihak termasuk para turis dari mancanegara, mahasiswa local dan luar negara, sampai sampai salah satu adegan Film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazy, juga mengambil tempat di pelataran tengah masjid ini. jadi, tak ada salahnya bila anda sedang berkunjung ke Kairo untuk menyempatkan sejenak singgah ke masjid bersejarah ini.**

Begini gaya pengajian Ramadhan di Masjid Amru Bin Ash

Source : rindumasjid

----------------------

::: Baca juga :::