tinggi menjulang di atas benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo, Masjid Muhammad Ali Pasha tak pelak lagi menjadi landmark kota Kairo (foto dari wikipedia) |
Tak
salah bila Kairo dijuluki
sebagai kota seribu menara, kota ini memang bertabur menara menara masjid indah
dari berbagai era kekuasaan yang silih berganti menguasai Mesir. Salah satu masjid dengan
menara tinggi dan dapat dilihat dari jarak yang begitu jauh karena berada di dalam
Benteng Shalahuddin (Citadel/Qal'ah) di atas sebuah bukit di kota Kairo adalah Masjid Muhammad Ali
Pasha. Saking tingginya lokasi masjid ini, Ketika sudah berada disana, pengunjung
dapat melihat hampir seantero Kota Kairo,
berikut sungai Nil dan piramida dikejauhan dari halaman masjid.
Tak
pelak lagi dengan posisinya yang berada di ketinggian dan dapat dipandang dari
berbagai sudut kota, masjid ini dengan secara otomatis menjadi landmark kota Kairo. Masjid Muhammad Ali Pasha
dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha
penguasa Mesir dari dinasti
Muhammad Ali, dinasti Islam terahir yang berkuasa di Mesir sebelum kemudian negeri ini
berubah menjadi Republik hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki
banyak nama lain, diantaranya adalah Masjid Alabaster karena sebagian besar dilapisi
dengan marmer alabaster. Kadangkala juga disebut sebagai masjid Almarmari
merujuk kepada bahan marmer yang mendominasi bangunan masjid ini.
Masjid Muhammad Ali Pasha di Puncak Benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo. |
Mengenang Putra Sulung dan Menjadi Makam Sang Raja
Masjid
ini sengaja dibangun oleh Muhammad Ali Pasha
ditahun 1830 hingga 1848, untuk mengenang Tusun Pasha, putra tertua-nya yang
meninggal pada tahun 1816. Untuk membangun masjid tersebut,beliau mengundang
sejumlah insinyur dari Prancis dan Italia untuk merancang Masjid ini. Diantara
ide cemerlang yang dikemukakan para insinyur yang mendirikan Masjid Muhammad
Ali Pasha adalah pemilihan lokasi yang unik, yakni di puncak Benteng
Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di pinggiran Kota Kairo. Dengan dipilihnya lokasi
tersebut, panorama di sekitar benteng tersebut pun menjadi benar-benar berubah.
Rekonstruksi Masjid Muhammad Ali Pasha dimulai pada tahun 1830 atau sekitar
tujuh abad setelah berdirinya Citadel dan selesai tahun 1848.
Jazad
Muhammad Ali Pasha
sendiri ahirnya di makamkan di halaman masjid ini. Muhammad Ali Pasha
wafat di Istana Ras el-Tin
Palace di Alexandria pada
tanggal 2 Agustus 1849 dan dimakamkan di pemakaman Hosh al-Basha.
Adalah Raja Abbas I
yang tak lain adalah cucu dari Muhammad Ali Pasha,
putra dari Tusun Pasha
yang kemudian memindahkan makam Muhammad Ali Pasha
ke halaman masjid ini pada tahun 1857.
dari segi ukuran, Masjid Muhammad Ali Pasha ini merupakan masjid terbesar yang pernah dibangun di awal abad ke 19, terutama di Mesir dan Afrika. |
Bergaya Turki dengan sentuhan Prancis dan Italia
Masjid
Muhammad Ali Pasha secara umum dibangun dengan mengadopsi gaya masjid dinasti Usmaniyah,
bangunan masjid dengan dua buah menara tinggi yang ramping dan runcing seperti
sebuah pinsil, mengapit kubah utama dan sejumlah kubah kecil disekitarnya.
Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya
dibuat megah dan tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.
Bangunan
utamanya dari dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang
letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang
merupakan hadiah dari Raja Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846. Konon,
sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha
memberikan obelisk Ramses II dari Kuil Luxor yang terdapat di pintu masuk. Saat
ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde,
Paris, Prancis.
Interior Masjid Muhammad Ali Pasha, tak jauh berbeda dengan interior masjid masjid dari masa Usmaniyah lainnya. Terutama Masjid Aya Sofia di Istambul, Turki. |
Ruang
shalat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang
berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah
kecil yang mengapit kubah utama. Bagian langit-langit puncak kubah (dari dalam)
dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama
Khulafaur Rasyidin. Dinding ruang sholat diberi celah-celah yang dihias dengan
kaca patri berwarna-warni dan pilar pilar pualam yang tidak membuat ruangan
masjid tersebut terasa sempit. Di samping pilar pilar utama terdapat juga pilar
pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.
Selain
cahaya alami, sistem pencahayaan masjid ini disinari oleh lampu-lampu gantung
raksasa di bagian tengah ruang shalat. Lampu-lampu gantung raksasa tersebut
diberi bingkai lampu-lampu gantung listrik yang memiliki ukuran lebih kecil
dengan bola-bola kristal yang indah dan menawan yang terdapat di sekelilingnya.
Keberadaan ornamen dan lampu-lampu kristal pada bagian ruang shalat ini memberi
kesan gaya Baroque, suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa Renaisans
yang begitu sarat dengan dekorasi dan ornament, termasuk dengan bangunan
mimbarnya.
Di
dalam Benteng Salahudin ini Selain Masjid Muhammad Ali juga terdapat dua
museum, yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja
Mesir, Singgasana Raja Farouk,
dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang terdiri dari 6 bagian (diantaranya
ruangan yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya,
ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha
hingga kini, dan ruangan-ruangan lainnya.
(Dari
berbagai sumber)
-----------
::: Baca juga :::
No comments:
Post a Comment