Megah dengan menara nya yang menjulang, namun kini kalah jangkung dengan gedung gedung disekitarnya |
Masjid Jami
Maulana Hasanuddin ini terbilang cukup unik dari sisi strukturnya yang sudah
menerapkan konsep masa kini meski dibangun pada awal abad ke 20 yang lalu. Bila
masjid masjid yang dibangun di zamannya masih menggunakan tiang tengah atau
sokoguru untuk menopang struktur atapnya, masjid ini justru sama sekali tidak
menggunakan tiang tiang dimaksud.
Bangunan utama
masjid Jami Maulana Hasanuddin ini pada dasarnya berupa masjid dengan atap
joglo seperti masjid masjid lainnya dan di puncak atapnya ditempatkan satu
kubah bawang dari bahan metal. Konsep yang memang banyak diterapkan pada masjid
masjid modern yang dibangun di abad ke 21 sekarang ini.
Masjid
Jami Maulana Hasanudin
Jl. MT Haryono,
RT.1/RW.5, Cikoko, Pancoran
Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12770
Merujuk kepada
penjelasan pengurus-nya, Masjid Jami Maulana Hasanudin didirikan oleh H Mursan
bin Thaifin atau Kiai Kucang pada tahun 1928 dan baru dinyatakan selesai pada
tahun 1933. Pada awalnya, pembangunan masjid ini mendapat tentangan dari
sekelompok ulama lain, karena pembangunannya dianggap belum perlu mengingat di
sekitar lokasi sudah ada masjid Al Atiq Kampung Melayu.
Namun Kiai
Kucang dengan dibantu rekan-rekannya, tetap bersikeras mendirika masjid baru, mengingat
jarak kampung cikoko dengan Masjid Al Atiq Kampung Melayu terbilang cukup jauh.
Pada masa itu mushala-mushala di Jakarta belum sebanyak saat ini, masyarakat
Cikoko, kala itu harus jalan kaki menuju masjid Al-Atiq dengan waktu tempuh
yang cukup lama untuk menunaikan sholat berjamaah.
Ruangan masjid tanpa tiang tengah, meski dibangun di tahun 1928. |
Pada saat
didirikan, oleh penduduk diberi nama "At Taghwan." Baru pada tahun
1967, atas permintaan pemerintah daerah dilakukan perubahan nama menjadi Masjid
Jami Maulana Hasanudin, mengambil nama sultan pertama Banten. Warga setuju
karena memang Kiai Kucang masih murid dari Sultan Maulana Hasanudin.
Masjid Maulana
Hasanudin pada zamannya merupakan salah satu masjid yang penting. Konon, banyak
jemaah haji di zaman Hindia Belanda selalu menyempatkan diri untuk singgah ke
masjid ini seusai pulang dari tanah suci dengan kapal laut. ***
No comments:
Post a Comment