Showing posts with label masjid dunia arab. Show all posts
Showing posts with label masjid dunia arab. Show all posts

Wednesday, July 31, 2013

Masjid Ukash, Masjid Berusia 229 Tahun di Pinggiran Kota Jeddah

[foto] Jemaah di Masjid Ukash.
Masjid tua dan indah di Arab Saudi tidak hanya ada di Makkah dan Madinah. Jeddah pun memiliki masjid berusia ratusan tahun yang tetap terjaga keindahan dan fungsinya. Salah satu masjid tua di Jeddah adalah Masjid Ukash.

Dibangun pada 1784, Masjid Ukash merupakan masjid tertua kedua di Jeddah. Masjid Uthman bin Affan jadi masjid tertua di Jeddah. Masjid Ukash berlokasi di pinggiran kota Jeddah di antara dua pasar.

Imam masjid, Sheikh Ahmad Al-Shanqqeti telah berusia 60 tahun dan menempati posisinya selama 35 tahun. Ia mengatakan masjid tersebut dibangun pada masa Ottoman dengan penerbitan akta resmi dua tahun setelah pembangunan. Masjid juga terdaftar di Departemen Wakaf Turki.

Laporan Al-Arabiya memuat masjid tersebut dibangun Ukash Abazah, warga Turki yang lahir dan tinggal di Jeddah. Sekarang, keluarga Hazazi bertugas menjalankan masjid dan menyediakan semua layanan yang diperlukan. Di masa lalu, masjid tersebut menjadi gerbang laut Jeddah karena dekat pintu masuk ke pelabuhan.

Pengunjung dan tamu resmi negara yang tiba di pelabuhan akan shalat di masjid Ukash. Imam masjid mengatakan masjid mendapat renovasi besar enam tahun lalu dengan pola arsitektur Islam.

Masjid dapat menampung lebih dari 1.200 jamaah. Ada bagian khusus untuk perempuan serta memiliki perpustaan luas dengan buku-buku tentang Muslim. Masjid tersebut memiliki tempat khusus di hati banyak warga Jeddah. Muhammad Al-Jad'ani, yang tinggal di Jeddah mengatakan, ketika berdoa di masjid, dia merasa dipenuhi perasaan spiritual dan kedamaian terutama pada Ramadhan. "Saya ingin selalu datang ke sini pada Ramadhan untuk shalat malam," ujarnya.



Thursday, July 18, 2013

Zamzam Air Terbaik di Bumi

Proyek penyediaan air Zamzam di laksanakan oleh “Penjaga dua Masjid Suci” Raja Abdullah, untuk dapat menyediakan 5000 meter kubik air Zamzam dan 200 ribu jerigen 10 liter setiap hari.
Air Zamzam merupakan air minum terbaik yang dapat dijumpai di muka Bumi. Jemaah dari seantero dunia dipastikan akan menyempatkan diri untuk minum air ini langsung di Masjidil Haram sebanyak mungkin selagi masih berada disana bahkan rela membelinya dalam jerigen untuk dibawa pulang ke Negara masing masing untuk dapat berbagi bersama keluarga dan handai taulan.

Air Zamzam merupakan satu anugerah dari Allah S.W.T yang persediaannya tak pernah habis meski disedot dengan pompa canggih setiap saat. Kita tahu bahwa sejarah air Zamzam merupakan anugerah Allah kepada Nabi Ismail a.s. saat beliau menangis karena kehausan yang kemudian membuat ibunda beliau, Siti Hajar belarian antara bukit Safa dan Marwa yang kini diabadikan sebagai salah satu ritual haji.

Bunda Hajar baru berhenti berlari antara dua bukit tersebut sampai kemudian beliau mendapati air jernih yang menyembur dari pasir yang didorong dorong oleh kaki mungil nabi Ismail yang masih bayi. Seketika itu beliau bergerak meninggikan pasir disekitar memancarnya air untuk menampung air tersebut sambil berucap Zamzam, Zamzam, Zamzam. Ucapan itu yang kemudian abadi menjadi nama air yang memancar ditempat itu, dan sejak itu juga pancaran air tersebut tak pernah berhenti mengalir hingga kini.

Para penguasa yang silih berganti di kota Mekah senantia merawat dan menjaga sumur air Zamzam demi kemaslahatan ummat. Sampai kemudian Negara Saudi terbentuk, raja raja Saudi pun melanjutkan tradisi itu sebagaimana dilakukan oleh Raja Abdullah selaku penjaga dua Masjid Suci. Proyek yang beliau jalankan bagi penyediaan air Zamzam bagi seluruh jemaah, mampu menyediakan 5000 meter kubik ditambah dengan 200 ribu jerigen air Zamzam yang masing masing berisi 10 liter, setiap harinya.

Proyek tersebut dijalankan pada bulan Ramadhan tahun 2010 lalu dengan menyediakan 42 titik distribusi sejak dari sumbernya. Sebagai hasilnya air Zamzam dalam Jerigen kini tersedia 24 jam setiap harinya. Proyek tersebut mencakup sistem produksi yang menghasilkan 5 juta liter air melalui penyaringan linier. Air ditampung dalam tangki utama berkapasitas 10 juta liter dengan sokongan 4 pompa ke Masjidil Haram menggunakan pipa stenlis berdiameter 200 mm.

Keseluruhan proses pemrosesan Air Zamzam ini menempati fasilitas di atas lahan seluas 13,405 meter persegi dan terdiri dari beberapa bangunan dengan kompresor udara, gudang dan jalur produksi. Dilengkapi juga dengan pembangkit listrik berkapasitas 10 MW dengan sistem pengendali komputer yang memungkinkan pengawasan dan pengendalian setiap tahapan proses nya termasuk pengendalian dan pengawasan terhadap pompa yang menyedot air langsung dari sumur Zamzam hingga ke proses pengemasannya.

Fasilitas tersebut juga memiliki gudang sentral lengkap dengan sistem tata udara dan sistem peringatan kebakaran yang menelan dana hingga 75 juta Real Saudi. Gudang di fasilitas ini dibangun 15 tingkat untuk dapat menangani pendistribusian 1.5 juta jerigen berisi 10 liter air Zamzam. Dan keseluruhan fasilitas terebut dihubungkan dengan jalur dan jembatan untuk memudahkan proses produksi dan distribusi masing masing gedung di dalam fasilitas tersebut.***



Wednesday, July 10, 2013

Jamaah Tarawih Pendukung Mursi Terbesar Di Dunia Setelah Tanah Suci

Presiden Mursi digulingkan oleh kudeta militer Mesir paska demonstrasi besar besaran menentang keputusannya, kini giliran jutaan pendukung Mursi yang melakukan demonstrasi besar besaran diberbagai kota di seantero Mesir. 

Meski puluhan orang telah syahid dibantai junta militer saat shalat Subuh, jumlah demonstran pendukung Presiden Muhammad Mursi tidak berkurang. Saat malam Ramadhan pertama tiba, Selasa (9/7) waktu setempat, sekitar satu juta demonstran menggelar shalat tarawih berjamaah di Rabi’ah Adawiyah.

Basis demonstrasi pendukung Presiden Mursi itupun berubah menjadi lautan mushallin (orang-orang yang shalat) yang memanjang hingga puluhan kilometer memenuhi jalan-jalan utama di sekitarnya. Mempertimbangkan jumlahnya, jamaah tarawih pendukung Mursi ini merupakan jamaah tarawih terbesar kedua setelah jamaah tarawih Masjidil Haram atau terbesar ketiga setelah jamaah tarawih Masjid Nabawi. Berikut foto-fotonya:













Tuesday, January 1, 2013

Masjid Al-Noor, Megah di Gemerlapnya Kota Sharjah

Masjid Al-Noor di kota Sharjah, Uni Emirat Arab (foto dari khaleejtimes.com)

Sharjah adalah salah satu dari tujuh wilayah Ke-Emiran yang membentuk Uni Emirat Arab. Ke-Emiran Sharjah beribukota di kota metropolitan Sharjah yang merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di seluruh negara Uni Emirat Arab. Ke-Emiran Sharjah merupakan wilayah monarki konstitusional dipimpin oleh oleh seorang Emir dari dinasti Al-Qasimi. Emir Sharjah saat ini adalah Sultan bin Mohamed Al-Qasimi sejak tahun 1972.

Wilayah ke-Emiran Sharjah meliputi wilayah kota kota metropolitan Sharjah ditambah dengan beberapa wilayah Exclave termasuk Exclave Kalba, DIbba Al-Hisn dan Khor Fakkan. Wilayah Ke-Emiran Sharjah yang paling menarik ada di Exclave Nahwa, wilayah kecil milik Sharjah yang berada di tengah tengah exclave Madha milik kesultanan Oman yang berada ditengah tengah wilayah Fujairah, Uni Emirat Arab. (tentang Madha dan Nahwa, selengkapnya baca disini)

Masjid Al-Noor Megah di kawasan Kurnis Buhariah, kota Sharjah (gulfnews.com)
Dan sebuah prestasi diraih oleh kota metropolitan Sharjah, ditahun 2008 lalu kota ini terpilih oleh UNESCO sebagai ibukota budaya dunia arab, harap maklum, tak tanggung tanggung kota ini memiliki 17 museum menjadikannya sebagai tempat terbaik untuk mempelajari budaya dan sejarah Uni Emirat Arab.

Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah kota Jeddah dengan membangun dan mengembangan kawasan kurnis Jeddah ditepian laut merah, kota Sharjah pun tak ketinggalan dengan mengembangkan Kurnis di kawasan Buhairah. Kurnis Buhairah ini kini menjelma menjadi kawasan pemukiman, bisnis dan rekreasi yang luar biasa.

Masjid Al-Noor dalam kemilai keindahan festival lampu di kota Sharjah (foto dari thenational.ae)
Seperti halnya kota kota di dunia arab lainnya kota Sharjah juga bertabur masjid masjid megah. Di kota Sharjah ini setidaknya terdapat 600 masjid, 300 ratus diantara berada di jantung kota Sharjah. Salah satu dari 300 masjid tersebut adalah Masjid Al-Noor ini.

Masjid Al-Noor ini merupakan salah satu masjid terbesar di kota Sharjah, bersama dua masjid besar lainnya yakni Raja Faisal dan Masjid Al-Maghfiroh. Masjid Al-Noor ini menjadi begitu terkenal karena lokasinya yang berada ditepian laguna Khalid  di Kurnis Buhairah membuatnya begitu indah dipandang dari arah laut ditambah dengan arsitekturalnya yang sangat menawan.

Masjid Al-Noor dipandang dari arah laut (foto dari placesonline.com)
Memadukan arsitektural Usmaniyah dan rancangan masjid modern. Arsitektural luar masjid ini memang memiliki kemiripan dengan masjid biru (masjid Sultan Ahmed ) di kota Istambul, Turki. Masjid megah ini terbuka untuk kunjungan umum termasuk para expatriate setiap hari senin pukul 10 pagi.

Kubah utama masjid ini dikelilingi dengan bentuk setengah kubah yang menempel ke kubah utama ditambah dengan puluhan kubah lainnya. Dua menara tinggi mengapit bangunan utama. Menara masjid ini memadukan arsitektural menara Usmaniyah yang tinggi dengan ukung lancip seperti pensil. Namun sentuhan Arabia sangat kental pada ekterior maupun interior masjid ini.

Pembangunan Masjid Al-Noor ini dimulai pada tanggal 6 April 2003 lalu dan selesai dibangun selama dua tahun. Bangunan utamanya dilengkapi dengan ruang sholat khusus bagi jemaah wanita yang mampu menampung 400 jemaah wanita. Sedangkan ruang sholat utamanya untuk jemaah pria mampu menampung hingga 2200 jemaah sekaligus.***

::: Baca juga :::


Monday, December 31, 2012

Masjid Isa Bin Maryam, Madaba – Yordania

Sebagaimana ditulis di papan nama di atas pintu utamnya, masjid ini bernama Masjid Isa Bin Maryam. Digunakannya nama tersebut sebagai nama masjid ini sebagai bentuk penghormatan kepada nabi yang menjadi tokoh sentral bagi ummat Nasrani tersebut. Foto dari silent-heroes.net

Masjid Isa Bin Maryam memang dibangun sebagai bentuk penghormatan dari pembangunnya kepada Nabi Allah Isa Alayhissalam atau oleh kaum Nasrani biasa dipanggil sebagai Yesus Kristus. Cukup menarik, karena sangat jarang ummat Islam membangun sebuah masjid yang dinisbatkan kepada Nabi Isa Alaihissalam, meski tak ada larangan untuk hal tersebut. Dan Islam pun mewajibkan ummatnya untuk menghormati semua Nabi dan Rasul.

Di kota Madaba yang berada sekitar 30 Kilometer di sebelah selatan kota Amman, Yordania, sejak tahun 2008 lalu telah berdiri megah sebuah bangunan masjid baru yang diberi nama Masjid Isa Bin Maryam, sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Isa Alaihissalam putra Maryam. Sebagaimana disampaikan oleh imam masjid ini, Djamal Safarati kepada kantor berita Interfax bahwa Nabi Isa juga merupakan nabi-nya umat Islam dan sangat dihormati oleh muslim seluruh dunia.

Ukurannya memang tak terlalu besar jauh lebih kecil dibandingkan dengan Masjid Agung Kota Madaba yang sudah dibangun lebih dulu. Namun pemberian nama Nabi Isa bagi masjid ini begitu menarik perhatian banyak pihak. Foto dari fiqhislam.com.
Berbagai media internasional menyebut masjid Isa Bin Maryam di kota Madaba ini sebagai masjid pertama di tanah Arab yang menggunakan nama Nabi Isa A.S. sebagai nama masjid. walaupun sebenarnya masjid di Madaba ini bukanlah yang benar benar pertama di tanah Arab yang menggunakan nama Nabi Isa sebagai nama. Sebagai informasi saja di Amerika sudah ada setidaknya dua masjid yang menggunakan Nama Nabi Isa, yakni Masjid Isa Bin Maryam di Stratford Connecticut dan satu lagi di Columbus, Ohio.

Sebelumnya sudah ada Masjid dengan nama yang sama di kota Tripoli (Lebanon bukan Tripoli Ibukota Libya), ada juga masjid di Giza, Mesir serta masjid masjid lainnya namun tak pernah muncul ke dalam pemberitaan media internasional sebagaimana masjid di Madaba ini. meskipun begitu adalah benar bila Masjid di Madaba ini sebagai masjid pertama di dunia Arab dengan menggunakan Nama Isa A.S. secara lengkap, “Masjid Isa Bin Maryam “.

Foto dari panoramio di atas menampilkan suasana senja di Masjid Isa Bin Maryam di kota Madaba ini, diambil dari sudut yang hampir sama dengan foto sebelumnya.
Berdirinya masjid ini mendapat sambutan hangat baik dari kaum muslimin maupun dari kaum Nasrani di kota Madaba. Masjid ini sendiri berdiri tak jauh dari gereha Kristus yang yang sudah sangat dikenal di kota Madaba. Ide menggunakan nama Isa Bin Maryam sebagai nama masjid ini merupakan ide dari Jamal Al Sufrati yang tak lain adalah imam masjid ini.  

Menurut beliau ada begitu banyak masjid di tanah Arab yang menggunakan nama nama nabi, namun belum ada yang menggunakan nama nabi Isa sebagai nama masjid. Islam mengenal Nabi Isa sebagai salah satu Nabi yang harus dihormati, dan Islam menyebut beliau sebagai Isa Al-Masih Putra Maryam.

Jemaah Sholat Jum'at di Masjid Isa Bin Maryam (Foto dari silent-heroes.net)
Berbagai media internasional sangat mengapresiasi pembangunan masjid ini dan menyebutnya sebagai symbol kerukunan antar pemeluk agama dan symbol perdamaian. Penggunaan nama nabi Isa sebagai nama masjid ini sekaligus menunjukkan toleransi yang tinggi dari ummat Islam sekaligus wujud penghormatan terdapat Nabi yang menjadi tokoh sentral bagi pemeluk agama Nasrani tersebut.

Ada sekitara 10 persen dari total penduduk kota Madaba merupakan penganut Nasrani sedangkan di seluruh negara, pemeluk Nasrani ada sekitar 5 persen dari total 5,5 juta jumlah penduduknya. Namun sepanjang sejarah, Muslim dan Nasrani di Yordania hidup rukun dan damai selama berabad abad.***

Dari berbagai sumber

----------------------

::: Baca juga :::




Masjid Muhammad Ali Pasha, Masjid dalam Benteng Kota Kairo


tinggi menjulang di atas benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo, Masjid Muhammad Ali Pasha tak pelak lagi menjadi landmark kota Kairo (foto dari wikipedia)
Tak salah bila Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara, kota ini memang bertabur menara menara masjid indah dari berbagai era kekuasaan yang silih berganti menguasai Mesir. Salah satu masjid dengan menara tinggi dan dapat dilihat dari jarak yang begitu jauh karena berada di dalam Benteng Shalahuddin (Citadel/Qal'ah) di atas sebuah bukit di kota Kairo adalah Masjid Muhammad Ali Pasha. Saking tingginya lokasi masjid ini, Ketika sudah berada disana, pengunjung dapat melihat hampir seantero Kota Kairo, berikut sungai Nil dan piramida dikejauhan dari halaman masjid.

Tak pelak lagi dengan posisinya yang berada di ketinggian dan dapat dipandang dari berbagai sudut kota, masjid ini dengan secara otomatis menjadi landmark kota Kairo. Masjid Muhammad Ali Pasha dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha penguasa Mesir dari dinasti Muhammad Ali, dinasti Islam terahir yang berkuasa di Mesir sebelum kemudian negeri ini berubah menjadi Republik hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki banyak nama lain, diantaranya adalah Masjid Alabaster karena sebagian besar dilapisi dengan marmer alabaster. Kadangkala juga disebut sebagai masjid Almarmari merujuk kepada bahan marmer yang mendominasi bangunan masjid ini.

Masjid Muhammad Ali Pasha di Puncak Benteng Salahudin di atas bukit kota Kairo.
Mengenang Putra Sulung dan Menjadi Makam Sang Raja

Masjid ini sengaja dibangun oleh Muhammad Ali Pasha ditahun 1830 hingga 1848, untuk mengenang Tusun Pasha, putra tertua-nya yang meninggal pada tahun 1816. Untuk membangun masjid tersebut,beliau mengundang sejumlah insinyur dari Prancis dan Italia untuk merancang Masjid ini. Diantara ide cemerlang yang dikemukakan para insinyur yang mendirikan Masjid Muhammad Ali Pasha adalah pemilihan lokasi yang unik, yakni di puncak Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di pinggiran Kota Kairo. Dengan dipilihnya lokasi tersebut, panorama di sekitar benteng tersebut pun menjadi benar-benar berubah. Rekonstruksi Masjid Muhammad Ali Pasha dimulai pada tahun 1830 atau sekitar tujuh abad setelah berdirinya Citadel dan selesai tahun 1848.

Jazad Muhammad Ali Pasha sendiri ahirnya di makamkan di halaman masjid ini. Muhammad Ali Pasha wafat di Istana Ras el-Tin Palace di Alexandria pada tanggal 2 Agustus 1849 dan dimakamkan di pemakaman Hosh al-Basha. Adalah Raja Abbas I yang tak lain adalah cucu dari Muhammad Ali Pasha, putra dari Tusun Pasha yang kemudian memindahkan makam Muhammad Ali Pasha ke halaman masjid ini pada tahun 1857.

dari segi ukuran, Masjid Muhammad Ali Pasha ini merupakan masjid terbesar yang pernah dibangun di awal abad ke 19, terutama di Mesir dan Afrika.
Bergaya Turki dengan sentuhan Prancis dan Italia

Masjid Muhammad Ali Pasha secara umum dibangun dengan mengadopsi gaya masjid dinasti Usmaniyah, bangunan masjid dengan dua buah menara tinggi yang ramping dan runcing seperti sebuah pinsil, mengapit kubah utama dan sejumlah kubah kecil disekitarnya. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter. Sementara itu, bagian kubahnya dibuat megah dan tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.

Bangunan utamanya dari dua bagian. Pada bagian luar, terdapat tempat berwudhu yang letaknya tepat di tengah-tengah halaman masjid dan sebuah menara jam yang merupakan hadiah dari Raja Prancis, Louis Philippe I, pada tahun 1846. Konon, sebagai hadiah balasan, Raja Muhammad Ali Pasha memberikan obelisk Ramses II dari Kuil Luxor yang terdapat di pintu masuk. Saat ini, obelisk Ramses II tersebut masih bisa dilihat di Place de la Concorde, Paris, Prancis.

Interior Masjid Muhammad Ali Pasha, tak jauh berbeda dengan interior masjid masjid dari masa Usmaniyah lainnya. Terutama Masjid Aya Sofia di Istambul, Turki.
Ruang shalat berada di bawah kubah-kubah yang terdiri atas satu kubah utama yang berada di tengah dan empat kubah berukuran menengah (sedang) serta empat kubah kecil yang mengapit kubah utama. Bagian langit-langit puncak kubah (dari dalam) dihiasi ukiran geometris dengan empat pojok yang terukir kaligrafi empat nama Khulafaur Rasyidin. Dinding ruang sholat diberi celah-celah yang dihias dengan kaca patri berwarna-warni dan pilar pilar pualam yang tidak membuat ruangan masjid tersebut terasa sempit. Di samping pilar pilar utama terdapat juga pilar pualam ramping yang menyangga atap dan kubah-kubah kecil.

Selain cahaya alami, sistem pencahayaan masjid ini disinari oleh lampu-lampu gantung raksasa di bagian tengah ruang shalat. Lampu-lampu gantung raksasa tersebut diberi bingkai lampu-lampu gantung listrik yang memiliki ukuran lebih kecil dengan bola-bola kristal yang indah dan menawan yang terdapat di sekelilingnya. Keberadaan ornamen dan lampu-lampu kristal pada bagian ruang shalat ini memberi kesan gaya Baroque, suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa Renaisans yang begitu sarat dengan dekorasi dan ornament, termasuk dengan bangunan mimbarnya.

Di dalam Benteng Salahudin ini Selain Masjid Muhammad Ali juga terdapat dua museum, yaitu Museum Permata (Qashrul Jawharah) yang berisi perhiasan raja-raja Mesir, Singgasana Raja Farouk, dan Museum Polisi (Mathaf As-Syurthah) yang terdiri dari 6 bagian (diantaranya ruangan yang memamerkan senjata-senjata yang pernah dipakai polisi Mesir sepanjang sejarahnya, ruangan dokumen-dokumen penting semenjak masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha hingga kini, dan ruangan-ruangan lainnya.
  
(Dari berbagai sumber)

-----------

::: Baca juga :::

Masjid Amru Bin Ash, Masjid Pertama di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash, Masjid Pertama di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash di Fustath, Kota Kairo - Mesir, di malam hari (foto dari Flickr)

Saksi Kebijaksanaan Sang Khalifah

Pernah mendengar kisah tentang kebijaksanaan khalifah Umar Bin Khattab dalam menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya ?. Masjid Amru Bin Ash di Kairo, Mesir ini menyimpan cerita tersebut sebagai teladan bagi para pemimpin setelah Beliau. Kisah ini seringkali pernah dituturkan oleh (alm) Kyai Sejuta Ummat, Zainudin MZ dalam salah satu episode ceramah-Nya.

Kisah bermula ketika di tahun 641 Masehi bertepatan dengan tahun ke 21 Hijriah, Amru bin Ash berhasil merebut wilayah Mesir dari kekuasaan emperium Romawi. Amru bin Ash adalah salah satu sahabat baginda Rosulullah S.A.W. beliau mengemban amanat sebagai Jenderal perang semasa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab. Pada tanggal pada 1 Muharram 20 H./8 November 641 M, Amru bin Ash memproklamirkan kota Fustath (kini bagian dari Kairo Tua) sebagai Ibukota wilayah Islam di Mesir dan beliau sendiri ditunjuk oleh Khalifah Umar sebagai Gubernur Mesir Pertama.

Manakala beliau berencana membangun Masjid bagi kota yang baru saja dimulai pembangunannya itu, beliau berkeinginan membangun sebuah masjid besar di atas tanah yang cukup luas tak jauh dari kediaman resminya. Hanya saja di atas lahan tersebut terdapat sebuah gubuk milik seorang Yahudi tua. Amru bin Ash sudah melakukan negosiasi langsung dengan-nya namun Yahudi tua tersebut menolah untuk menyerahkan tanah milik-nya.

Masjid Amru Bin Ash di siang hari
Selaku Gubernur, Amru bin Ash naik pitam dan memerintahkan pembongkaran paksa atas gubuk reot tersebut. Dalam keputus-asa-an menghadapi kesewenangan gubernurnya, Yahudi tua tersebut memutuskan untuk mengadu ke Khalifah Umar Bin Khattab di Madinah, Dan peristiwa setelah itu mengubah segalanya. Yahudi tua tersebut sama sekali tak menduga bahwa Khalifah yang ditemuinya adalah seorang yang sangat sederhana jauh dari kemewahan.

Lebih terheran heran lagi ketika setelah mengadukan masalahnya, khalifah Umar ternyata marah besar dan meminta-nya untuk mengambil sepotong tulang, lalu dengan ujung pedangnya Umar menorehkan garis lurus di potongan tulang tersebut dan meminta Yahudi tua tersebut memberikan tulang itu langsung ke Gubernur Amru bin Ash di Mesir.

Seketika setelah menerima potongan tulang dari Yahudi tua itu, Gubernur Amru bin Ash pucat pasi dan serta merta memerintahkan semua bawahannya untuk mengentikan pembangunan masjid di lahan Yahudi tua tersebut dan memerintahkan menghancurkan bangunan masjid yang sudah setengah jadi berdiri disana. Kontan saja tindakan itu membuat Yahudi tua itu terhenyak dalam keheran yang bertubi tubi sejak dia bertemu dengan Khalifah Umar bin Khattab di Madinah.

Gubernur Amru bin Ash yang kemudian menjelaskan semuanya setelah meminta maaf atas kesewenang wenangnannya. Beliau menjelaskan bahwa tulang yang diserahkan Yahudi tua itu adalah perintah langsung dari Khalifah kepada dirinya selaku gubernur, untuk senantiasa bertindah adil, bertindak lurus baik dari kalangan atas sampai kalangan paling bawah seperti hurup alif yang digoreskan khalifah Umar di atas tulang tersebut, bilamana tak mampu menjalankan amanah dengan adil maka pedang khalifah Umar sendiri yang akan memenggal kepalanya. Itu sebabnya Gubernur Amru bin Ash langsung pucat pasi menerima peringatan langsung dari Khalifah tersebut.

Interior masjid Amru Bin Ash
Alih alih gembira dengan keputusan gubernurnya yang menghentikan pembangunan masjid di atas lahan miliknya, Yahudi tua tersebut malah meminta khalifah untuk menghentikan pembongkaran bangunan masjid yang sedang dibangun itu. Dia mengaku sangat kagum dengan kepemimpinan Khalifah Umar yang begitu adil dan sangat kagum dengan ajaran Islam dan karenanya dia ridho menyerahkan lahannya untuk dibangun masjid dan meminta Gubernur Amru bin Ash untuk membimbingnya masuk Islam. Subhanallah.

Masjid Tertua di Mesir dan Benua Afrika

Masjid Amru Bin Ash ini seringkali disebut sebagai 'Taj Al-Jawami' atau 'Mahkotanya Masjid'. Mesjid yang berada di wilayah Fusthath dibagian kota tua Kairo ini merupakan masjid pertama di Mesir dan Benuar Afrika. Meski bangunan asli yang dibangun semasa Amru bin Ash sudah tak tersisa lagi, namun sejarah awal pembangunannya menjadikan masjid ini memegang peranan penting bagi peradaban Islam di Mesir dan benua Afrika.

Bangunan masjid yang kini berdiri merupakan hasil pembangunan para penguasa sesudah Beliau. Keindahan arsitekturalnya menarik perhatian berbagai pihak termasuk para turis dari mancanegara, mahasiswa local dan luar negara, sampai sampai salah satu adegan Film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazy, juga mengambil tempat di pelataran tengah masjid ini. jadi, tak ada salahnya bila anda sedang berkunjung ke Kairo untuk menyempatkan sejenak singgah ke masjid bersejarah ini.**

Begini gaya pengajian Ramadhan di Masjid Amru Bin Ash

Source : rindumasjid

----------------------

::: Baca juga :::