Masjid An-Nuur Bio Farma di Jalan Pasteur, Bandung |
SETIAP
bangunan masjid memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Begitu juga dengan Masjid
An-Nuur Bio Farma di Jalan Pasteur, Bandung. Arsitektur di bagian luar memiliki
ciri khas, yakni tetap menampilkan gaya heritage dengan banyaknya bentuk
bangunan melengkung. Namun di bagian dalam masjid, jemaah akan merasakan nuansa
Mekah atau Madinah karena ada semacam replika pohon kurma yang daunnya bisa
menyala pada malam hari.
Masjid
seluas 2.200 meter persegi ini mengambil nama dari masjid sebelumnya yang
memang berada di Bio Farma. Dirancang oleh seorang arsitek ITB, masjid yang
pembangunannya dimulai September 2011 ini cukup unik. Atapnya tidak seperti
kebanyakan masjid yang memiliki kubah. Meski begitu, nuansa religius akan
sangat terasa begitu kita menginjakkan kaki di masjid yang diresmikan oleh
Komisaris Utama Prof Dr H Sam Soeharto Sp MK dan Direktur Utama PT Biofarma Drs
Iskandar Apt MM pada 27 April 2012 ini.
Saat
melangkah masuk, jemaah akan melihat sisi-sisi masjid yang didominasi bentuk
bangunan melengkung. Menurut Ketua DKM Masjid An-Nuur, Drs Hasanurdin MSi, gaya
melengkung mengikuti bangunan heritage yang mendominasi gaya-gaya gedung di
sepanjang Jalan Pasteur, termasuk Gedung Kantor PT Bio Farma (Persero).
"Ini
(gaya melengkung) memang mengikuti peninggalan heritage. Di sini disampaikan
pesan juga bahwa Bio Farma ingin menjaga kelestarian sejarah. Selain itu,
bentuk bangunan masjid ini ingin menyampaikan juga misi-misi perusahaan yang
berglobalisasi dan berwawasan bioteknologi," katanya saat ditemui seusai
kegiatan kuliah Zuhur di Masjid An-Nuur, Senin (23/7).
Melangkah
lebih dalam lagi, para jemaah sebelum masuk masjid sudah dimanjakan dengan
nuansa hijau karena banyaknya tanaman. Begitu juga saat akan mengambil air
wudu, sebuah atap kaca akan membimbing jemaah ke ruangan wudu yang juga
dilengkapi toilet. Ruangan wudu berada di lantai bawah masjid. Di ruangan ini
juga terdapat loker penitipan serta dilengkapi dengan perangkat atau kotak
perlengkapan P3K.
Tempat
wudu sangat nyaman karena, selain luas, cukup banyak kran air yang bisa
digunakan. Meski di lantai bawah, jemaah tidak perlu khawatir udara pengap atau
gelap. Adanya atap kaca sebelum masuk ruang wudu serta taman kecil membuat
sirkulasi udara di tempat ini bagus dan sejuk.
Saat
akan masuk ke ruang utama masjid, jemaah akan melewati pintu kaca. Di sinilah
jemaah akan merasakan keunikan dari masjid berlantai empat ini. Di bagian kanan
dan kiri ruangan yang bisa menampung antara 1.000-1.500 orang jemaah ini
terdapat replika pohon kurma lengkap dengan daunnya yang besar-besar. Uniknya
lagi, daun-daun ini akan menyala pada malam hari yang juga bisa berfungsi
sebagai penerangan atau lampu.
"Adanya
replika pohon kurma ini ingin menciptakan nuansa Masjidil Haram di Masjid An-Nuur. Dan pohon ini juga sebagai simbol
kesuburan dan kemuliaan," kata Hasan.
Dan
yang membedakan lagi dengan masjid lain, dilihat dari luar posisi bangunan
Masjid An-Nuur lurus atau tidak miring, tapi saat masuk ke masjid, posisi
bangunan seperti terlihat miring. Hal ini terjadi karena mengikuti arah kiblat.
Untuk menyiasati agar jemaah tidak "pusing", terdapat tiang-tiang
unik setinggi kurang lebih dua meter untuk memberi kesan kamuflase. Tiang-tiang
dari tembaga ini juga bisa menyala semerah tembaga pada malam hari.
Bila
melihat ke arah dinding dalam masjid, bisa dilihat nilai seni masjid ini, yakni
dinding yang dibentuk atau seperti dipahat kaligrafi dengan warna-warni
didominasi hijau tua dan hijau muda serta biru toska. Dinding kaligrafi ini
hampir menutupi dinding bagian depan dalam masjid atau dinding tempat imam
berdiri. Uniknya pula, pada malam hari, dinding kaligrafi ini akan memancarkan
cahaya (glow in the dark). Dan untuk memperindah masjid ini, sebuah lampu
gantung besar dan panjang dipasang di bagian atas masjid.
Di
sisi masjid, sebuah menara menjulang setinggi 39 meter menambah megah Masjid
An-Nuur. Bulan sabit di ujung menara ini pada malam hari akan memancarkan
cahaya hijau dan bisa terlihat jelas dari berbagai arah, terlebih dari atas
Jembatan Pasupati.
"Masjid
ini tidak hanya sebagai tempat ibadah wajib bagi jamaah, tapi juga dimanfaatkan
karyawan Bio Farma sebagai tempat pembinaan. Ada jadwal-jadwal tertentu, para
jamaah mendapat pembekalan yang sifatnya religius untuk menambah kejujuran dan
amanah," katanya.
Ia
juga mengatakan, pada saat Ramadan banyak kegiatan yang dilaksanakan di masjid
ini, yakni kuliah Zuhur, tarawih, iktikaf, pengumpulan zakat, dan salat
Idulfitri. Pada hari raya, Masjid An-Nuur tercatat sebagai salah satu dari lima
masjid di Bandung yang bisa menampung jemaah hingga 10.000 orang. Dan di luar
Ramadan, Masjid An-Nuur juga menggelar kegiatan kajian-kajian Islam untuk
karyawan dengan materi tafsir kajian hadit/akhlak/fikih dengan narasumber dari
luar dan dari intern Bio Farma. (*)
No comments:
Post a Comment