Thursday, August 29, 2013

Gadai Rumah Untuk Bangun Masjid, Berani ?

Masjid Shunshine - Victoria, Australia.

Berani melakukan nya ?

Pasti akan fikir fikir dulu, gak usah malu, saya pun pasti begitu.
Tapi tidak untuk tiga bersaudara Hasan Dellal, Salih Huseyin dan Huseyin Deniz yang memiliki keberanian luar biasa itu di tahun 1985, demi untuk membeli sebuah lahan kosong di kawasan industri daerah Sunshine, Victoria, Australia.

Hasil dari keberanian mereka mengorbankan harta benda demi Rumah Alloh itu kini berbuah manis. Sebuah masjid megah bergaya Usmani berdiri kokoh menjadi penanda wilayah tersebut dan menjadi salah satu masjid terbesar di Australia. Kemegahan masjid ini menjadi penyejuk mata dan menghadirkan keindahan tersendiri bagi siapa saja yang melintas di ruas jalan lingkar luar menuju Melbourne.

Masjid Sunshine, begitu kini orang menyebutnya. Didirikan dan dikelola oleh Komunitas Muslim Siprus Turki di Australia. Turki, sebagai rumah terahir bagi sejarah kekhalifahan Islam memang meninggalkan begitu banyak warisan arsitektur menawan termasuk mewariskan rujukan seni arsitektur Islam mengagumkan di seluruh pelosok penjuru bumi.

Masjid Sunshine ini pun dibangun sebagai cerminan dari masjid biru di Istabul, Turki, dalam skala yang lebih kecil. Sampai sekarang pun pemerintah Turki turut memberikan dukungan dengan menyediakan Imam berkualifikasi tinggi bagi masjid ini, termasuk membayar ongkos pulang pergi (Turki –Australia dan sebaliknya) bagi Imam masjid serta keluarga nya, mengurus segala dokumen perjalanan hingga membayar gaji rutin dan biaya hidup Imam masjid dan keluarganya. Imam masjid Sunshine di ikat dengan kontak resmi dengan pemerintah Turki dalam masa kerja 3 tahunan.

Masjid. Memang tidak semata mata sebuah bangunan tempat melaksanakan ibadah sholat. Di setiap inci bangunan nya menyimpan sebuah sejarah, sebuah komitmen pengabdian Lillahita’ala. Terkadang juga menyimpan sejarah perjuangan yang teramat panjang suatu bangsa. 



Thursday, August 1, 2013

Selama Ramadhan, Muslim Bulgaria Ajak Non-Muslim Buka Puasa Bersama

Muslim Bulgaria
Muslim Bulgaria memanfaatkan momentum Ramadhan guna mempromosikan ajaran Islam. Mereka ajak kalangan agama lain untuk buka bersama.

Seperti dikutip Timeturk, Kamis (25/7),  Wali Kota Mestan, Akif Mehmet, mengatakan umat Islam ingin menciptakan suasana kehidupan keberagamaan yang hangat yang terwakili menikmati sajian makanan yang lezat dan hangat.

Menurut Akif, selama ini tidak pernah terjadi ketegangan antara Muslim dan umat agama lain. Umat Islam selalu mencoba bersikap terbuka dan hangat kepada umat agama lain. Mereka buka pintu masjid dan Islamic center kepada umat agama lain yang ingin tahu tentang Islam dan Muslim.


Stanka Mitleva, warga Bulgaria menyambut baik ajakan itu. Menurut dia, berbuka bersama umat Islam merupakan pengalaman yang menyenangkan. Ini membuatnya semakin mengenal tradisi dalam Islam.

Secara terpisah, Mufti Bulgaria, Beyhan Mehmed, mengatakan memasuki pertengahan Ramadhan, Muslim Bulgaria kian aktif memakmurkan masjid. Ini dilihat dari ramainya masjid hingga malam hari. Mereka pergunakan waktu melaksanakan shalat malam dan membaca Alquran.

Populasi Muslim Bulgaria mencapai 12 persen dari populasi total. Sebagian besar Muslim Bulgaria merupakan keturunan Turki. Maklum saja, Bulgaria merupakan bagian dari Kekalifahan Turki Ustmani sebelum akhirnya negeri itu memerdekakan diri.



Mohamed Arturo Cerulli, Walikota Muslim Pertama di Italia

Mohamed Arturo Cerulli, Walikota Muslim Pertama di Italia
Harian Italia, Il Corriere della Sera tanggal 18 April 2008 telah memuat sebuah artikel mengenai terpilihnya seorang suami warga Indonesia yang terpilih menjadi Walikota di Monte Argentario, Regione di Toscana, Italia, dengan judul ”Walikota Baru Argentario dari Partai Tengah-Kanan (Centrodestra) Pindah menjadi Islam karena cintanya dengan seorang wanita Indonesia”.

Mohamed Arturo Cerulli yang akrab dipanggil Arturo akhirnya terpilih menjadi walikota (Sindaco) Monte Argentario yang baru dari partai politik Tengah-Kanan (centrodestra), Popolo della Liberta merupakan satu satunya Walikota di Italia yang beragama Islam. Arturo memeluk agama Islam karena cintanya dengan istrinya. Demikian laporan dari wartawan Il Corriere della Sera, Marco Gasperetti yang dimuat di harian tersebut tanggal 18 April 2008.

Sebelumnya Arturo mempunyai nama baptis, Il Cristianissimo Arturo dengan marga Cerulli. Arturo lahir di Porto Santo Stefano dan saat ini berusia 53 tahun dan berprofesi sebagai insinyur nuklir. Sewaktu menikah dengan istrinya, Arturo pindah agama menjadi Islam dan mengambil sumpah diatas Quar’an dan juga melakukan sirkumsisi dengan seorang rekannya yang seorang doktor Italia di Rumah Sakit Ortobello. Arturo menjelaskan bahwa agama dengan politik mempunyai arah arah yang berbeda’’.


Walikota yang baru untuk Comune di Monte Argentario ini, terpilih dengan suara 45,42% dan dinyatakan sudah memenuhi ketentuan dalam kelompok suara Liberta, dimana koalisi terdiri dari PDL (Partai Demokrat Liberta), UDC (Unita Demokrat Cristiani) dan Parpol Kanan dan dari Partai Lista Civiche. Ditambahkan lagi bahwa kemenangan ini dipromotori oleh para VIP. Menurutnya menjadi walikota adalah salah satu kehormatan baginya karena posisi ini sebelumya adalah salah satu kedudukan politik yang paling dihormati, karena pernah ditempati oleh Susanna Angelli, yang dianggap penduduk sebagai seorang yang berjasa besar di daerah tersebut. Arturo berharap agar posisi ini dapat memberikan inspirasi baginya. .

Arturo sebelumnya pesimis bakal bisa bersaing menjadi walikota mengingat Arturo telah pindah agama menjadi muslim dengan nama Muhamed Arturo. Kisah kepindahannya menjadi seorang muslim adalah ketika pada tahun 1988 pada saat Arturo bertugas di Indonesia dan bekerja dibagian pusat tenaga Nuklir yang tempatnya tidak jauh dari Jakarta (BATAN Serpong, Banten).

Arturo ingat bagaimana dirinya jatuh cinta dengan istrinya yang bernama Sri Semiarti yang akrab dipanggil Nunuk. Sebelumnya orang tuanya sangat menentang karena tidak setuju dengan keberadaan orang asing dirumahnya, apalagi beragama yang berbeda. Namun, karena demi cintanya kepada istrinya Arturo pindah agama.

Sempat beredar kampanye negatif jikalau dirinya menjadi walikota tanda salib di setiap sekolah di daerah tersebut akan diturunkan, namun kenyataanya Arturo tidak pernah menyinggung masalah tersebut setelah menjadi walikota karena itu adalah kelakarnya saja, Namun diakuinya bahwa dirinya sangat senang masuk Islam.

Mohamed Arturo sebagai walikota sangat gembira dalam kehidupan keluarganya, Arturo saat ini sudah dikaruniai dua orang anak. Harapan Arturo dengan menjadi Walikota ini adalah dapat mengembalikan situasi di Argentario seperti apa yang dialaminya sebagaimana posisi Susanna Agnelli pada tahun 80an yaitu dengan mengembangkan kembali daerah Monte Argentario menjadi daerah tujuan wisata yang lebih besar.

Karena kinerjanya yang cukup bagus dan berhasil apalagi kebijakannya lebih pro terhadap kepentingan publik, masyarakat menghendaki dirinya memimpin kembali kota dengan jumlah penduduk sekitar 14 ribu itu.

Di pemilihan pada Mei 2013  ia terpilih sebagai wali kota untuk periode kedua (2013-2018).

Kini pria kelahiran 54 tahun ini datang ke Indonesia untuk menghadiri peluncuran buku Scappa per Amore: Mozaik Perjalanan Cinta di Benua Biru karya Dini Fitria di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (19/7) malam WIB. Arturo juga sekaligus memiliki agenda mengunjungi kerabatnya di Indonesia karena istrinya, Sri Semiarti Sastropawiro merupakan warga pribumi.

Berada di Indonesia, Cerulli sangat menikmatinya. Apalagi momennya bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Hal itu dinilainya sebagai berkah terselubung. Pasalnya, di tanah kelahirannya, datangnya Ramadhan hampir tidak terasa sama sekali.

Hal itu berkebalikan dengan kondisi di Indonesia yang serba meriah. Ia menilai denyut Ramadhan di Indonesia sangat terasa seperti di Arab Saudi, tempat dulunya, ia pernah bekerja. "Suasana puasa di Indonesia sangat terasa, seperti di Arab Saudi. Di Italia, suasana Ramadhan tidak terasa gebyarnya bagi seorang Muslim," katanya.***



Untuk Pertama Kalinya Stasiun TV Nasional Inggris Menayangkan Azan Selama Ramadhan

Hassen Rasool di Channel4
Ramadhan tahun ini memang sedikit berbeda bagi masyarakat muslim Inggris, maklumlah, Channel 4 yang merupakan stasiun televisi nasional Inggris secara mengejutkan memutuskan untuk menayangkan azan subuh setiap hari di stasiun tivi tersebut. Sebuah tindakan yang sama sekali bertolak belakang dengan arus utama pertelevisian setempat dan menjadikannya sebagai stasiun tivi Inggris yang menayangkan azan. Azan subuh tersebut dilantunkan oleh Hassen Rasool, yang merupakan salah satu muazin terbaik di Inggris.

Tak pelak keputusan itu menuai kritik dari berbagai kalangan. Beberapa menganggapnya sebagai usaha mencari popularitas sementara kelompok patriotik melontarkan kritik teramat keras dengan menyebut langkah tersebut sebagai langkah yang akan memancing ketegangan agama di Inggris. Kritik keras yang ditanggapi biasa saja oleh manager pemasaran stasiun tivi tersebut, Justine Bower, yang mengatakan bahwa usaha itu adalah untuk memberikan pijakan dasar bagi cara pandang terhadap kaum minoritas. Dia juga menambahkan bahwa hal tersebut juga merupakan bagian dari upaya penyadaran akan keberagaman masyarakat dan budaya di Inggris.


Kritikan keras juga mengalir dengan menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Channel 4 sebagai sebuah penghamburan dana public untuk kepentingan satu golongan. Dan dikhawatirkan akan menimbulkan kemarahan publik. Dan dengan ringan kepala penyiaran stasiun tivi tersebut Ralph Lee mengatakan bahwa sebagai stasiun tivi nasional Channel 4 bertindak bagi kepentingan nasional termasuk bagi 2,8 juta muslim yang ada di Inggris. Itu sebabnyak mereka menanyangkan azan selama 30 hari penuh selama bulan Ramadhan tahun ini.

Penanyangan azan tersebut dilaksanakan dalam durasi sekitar 3 menit setiap hari sekitar pukul 3 pagi waktu setempat dan akan menjeda acara apapun yang sedang tayang pada saat itu. Tak sampai disitu, Azan juga ditayangkan pada waktu zuhur dan asar saat acara laporan cuaca. Tayangan azan ini di barengi dengan klip singkat berjudul “Ramadan Reflections.” Selain penayangan azan Channel 4 juga menayangkan acara khusus Ramadhan berjudul “4Ramadan” yang ditayangkan selama bulan suci Ramadhan.***



Wednesday, July 31, 2013

Gereja St. Eloi Vierzon di Prancis Kemungkinan Menjadi Masjid

Pastor Alain Krauth di depan Gereja St. Eloi di kota Vierzon - Prancis.
Sebuah gereja yang terletak di kota Vierzon, Prancis tengah, kemungkinan akan diubah menjadi masjid. Vierzon memiliki enam gereja dan untuk menyelamatkan anggaran gereja, uskup Bourges memutuskan untuk menjual salah satu di antaranya. Yakni Gereja St. Eloi. Sebuah organisasi Muslim, l’Association des Marocains sedang melakukan pembicaraan untuk mengubah Gereja St Eloi itu menjadi masjid, meskipun keputusan final belum dicapai.

Dengan lorong dari pintu menuju altar sepanjang 26 meter, gereja itu dapat menampung 200 orang dan dibandrol seharga 170.000 euro. Alain Krauth pastor di Notre Dame de Vierzon, menjelaskan kepada koran mingguan setempat Le Nouvel Observateur, “Kita harus mempertahankan bangunan-bangunan (gereja), sementara Vierzon mengalami penurunan jumlah jemaat dalam beberapa tahun terakhir. Komunitas Kristen tidak lagi sepenting dahulu, seperti pada masa lampau.”

“Gereja itu moderen dan mudah untuk ditata ulang, pasti gampang terjual,” imbuhnya. Pastor Krauth menjelaskan bahwa kuesioner tentang usulan penjualan gereja sudah dibagikan kepada jemaat. “Sebagian jemaat gembira karena tempat itu akan dibeli oleh angota komunitas Muslim – anggota Muslim moderat. Tetapi sebagian lain merasa terhina dan khawatir akan Islam radikal,” kata pendeta itu.

Dengan jumlah Muslim mencapai enam persen dari populasi Eropa sekarang ini, dan masih terus akan bertambah, lebih banyak gereja kemungkinan akan menjadi masjid, tulis Russia Today. Di Prancis sendiri saat ini terdapat hampir 150 masjid baru yang sedang dibangun untuk menampung hampir lima juta Muslim, yang mencakup 7,5 persen populasi negara mode itu. Prancis adalah negara Eropa dengan jumlah Muslim terbanyak.*

Gereja St. Eloi emang beada di kawasan pemukiman Turki dan Maroko. Namun kenyataan-nya meski 27 ribu penduduk kota itu hanya sekitar 300 orang saja yang secara rutin pergi ke gereja tiap minggunya. Dalam kurun saty decade terahir ini saja keuskupan di Prancis secara resmi telah menutup lebihd dari 60 Gereja dan kebanyakan berubah menjadi masjid.

Bila merujuk kepada hasil riset yang diselenggarakan oleh PEW Center menyebutkan bahwa “Islam telah menjadi agama dengan tingkat pertumbuhan tercepat di Eropa”, jumlah muslim di benua itu telah bertambah tiga kali lipat dalam kurun waktu 30 tahun terahir dan diperkirakan satu dari 3 bayi yang lahir di Eropa berasal dari keluarga muslim pada tahun 2025 mendatang.

Referensi



Masjid Ukash, Masjid Berusia 229 Tahun di Pinggiran Kota Jeddah

[foto] Jemaah di Masjid Ukash.
Masjid tua dan indah di Arab Saudi tidak hanya ada di Makkah dan Madinah. Jeddah pun memiliki masjid berusia ratusan tahun yang tetap terjaga keindahan dan fungsinya. Salah satu masjid tua di Jeddah adalah Masjid Ukash.

Dibangun pada 1784, Masjid Ukash merupakan masjid tertua kedua di Jeddah. Masjid Uthman bin Affan jadi masjid tertua di Jeddah. Masjid Ukash berlokasi di pinggiran kota Jeddah di antara dua pasar.

Imam masjid, Sheikh Ahmad Al-Shanqqeti telah berusia 60 tahun dan menempati posisinya selama 35 tahun. Ia mengatakan masjid tersebut dibangun pada masa Ottoman dengan penerbitan akta resmi dua tahun setelah pembangunan. Masjid juga terdaftar di Departemen Wakaf Turki.

Laporan Al-Arabiya memuat masjid tersebut dibangun Ukash Abazah, warga Turki yang lahir dan tinggal di Jeddah. Sekarang, keluarga Hazazi bertugas menjalankan masjid dan menyediakan semua layanan yang diperlukan. Di masa lalu, masjid tersebut menjadi gerbang laut Jeddah karena dekat pintu masuk ke pelabuhan.

Pengunjung dan tamu resmi negara yang tiba di pelabuhan akan shalat di masjid Ukash. Imam masjid mengatakan masjid mendapat renovasi besar enam tahun lalu dengan pola arsitektur Islam.

Masjid dapat menampung lebih dari 1.200 jamaah. Ada bagian khusus untuk perempuan serta memiliki perpustaan luas dengan buku-buku tentang Muslim. Masjid tersebut memiliki tempat khusus di hati banyak warga Jeddah. Muhammad Al-Jad'ani, yang tinggal di Jeddah mengatakan, ketika berdoa di masjid, dia merasa dipenuhi perasaan spiritual dan kedamaian terutama pada Ramadhan. "Saya ingin selalu datang ke sini pada Ramadhan untuk shalat malam," ujarnya.



Masjid Wotgaleh, bangunan kuno yang jadi favorit di Yogyakarta

[foto] Bangunan dengan arsitektur khas Keraton Yogyakarta, sampai saat ini terlihat masih tetap terjaga di Masjid Wotgaleh. Bahkan, masyarakat sekitarnya tetap menjadikan masjid tersebut sebagai tempat favorit dalam melakukan kegiatan keagamaan.
Bangunan dengan arsitektur khas Keraton Yogyakarta, sampai saat ini terlihat masih tetap terjaga di Masjid Wotgaleh. Bahkan, masyarakat sekitarnya tetap menjadikan masjid tersebut sebagai tempat favorit dalam melakukan kegiatan keagamaan.

Letak masjid ini memang tidak berdekatan dengan pemukiman. Sebab, sekitar 1950 ada proyek perluasan lahan Akademi Angkatan Udara (AAU) yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Pemukiman warga sekitar yang beralamat di Sendangtirto, Berbah, Sleman pun ikut tergusur dan mendapatkan ganti oleh pemerintah. Satusatunya masjid saat itu, Wotgaleh, yang seharusnya juga ikut dipindahkan, tidak jadi ikut digusur.

“Saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX telah mempersilakan kalau ingin dipindah. Tapi beliau mengatakan, kalau terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, tidak mau tanggung jawab,” kata Mas Surakso Adjuri Jazuli, Juru Kunci Makam Eyang Purboyo, yaitu anak dari Panembahan Senopati di masa Sri Sultan Hamengku Buwono I. Namun, upaya untuk memindahkan masjid tersebut ke daerah Imogiri, Bantul, tidak terjadi. Upaya yang dilakukan tidak berhasil oleh petugas.

Dikatakannya, pembangunan masjid milik Keraton ini sudah sejak sekitar 1600-an. Sampai saat ini, rehab masjid sudah dilakukan sebanyak lima kali. “Rehab hanya dilakukan di beberapa bagian saja. Seperti atap-atap. Kalau untuk soko (tiang) masih tetap seperti itu sejak dulu,” kata Adjuri Jazuli. Masjid ini letaknya berjarak sekitar 100 hingga 200 meter dari pemukiman.

Bangunannya dikelilingi oleh lahan kosong milik AAU. Di sampingnya, ada sebuah makam milik Eyang Purboyo yang selalu ramai dikunjungi para penziarah. Menurut Adjuri Jazuli, jemaah masjid ini tidak pernah terlihat sedikit. Saat salat lima waktu, jemaahnya sekitar dua-tiga saf. Namun, ketika salat Jumat, bisa sampai halaman luar masjid. Takmir Masjid Wotgaleh Muhammad Tukinam mengatakan, tidak saja warga sekitaran satu kelurahan untuk tertarik beraktivitas di masjid ini.

Namun, orang di luar daerah ataupun musafir juga sering datang. Banyak juga musafir yang sekedar ingin beristirahat di emperan masjid. “Karena memang, merasa lebih nyaman dari pada masjidmasjid lainnya,” katanya. Hal menarik yang rutin dilakukan setiap tahunnya di masjid ini adalah acara Nyadran Ageng. Yaitu, kirab ambeng-ambeng (gunungan) nasi ingkung yang dilakukan saat menyambut datangnya bulan puasa. “Setiap bulan Syaban, dilakukan Nyadran Ageng. Masing-masing warga membuat nasi ingkung kemudian diarak,” ucapnya.