Sunday, June 15, 2025

Masjid Al Hikmah Kampung Islam Buitan, Karangasem provinsi Bali

Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan (simas-kemenag)
 
Masjid Al-Hikmah Buitan adalah sebuah masjid kuno bersejarah di kampung Buitan Kecamatan Manggis kabupaten Karangasem provinsi Bali. Sejarah masjid ini sejalan dengan perkembangan masuknya islam di wilayah Bali, dan dikenal sebagai salah satu Masjid tertua di Kabupaten Karangasem.
 
Sejarah Masjid Al-Hikmah Buitan
 
Didirikan sekitar tahun 1000 Hijriah atau 1580 Masehi, hal ini dikuatkan dari hasil seminar di   pada tahun 1979 tentang keberadaan Masjid di Bali dan dikuatkan peninggalan Prasasti yang masih tersimpan dengan baik. Dua prasasti batu tertulis dengan huruf arab  berbahasa melayu yang bertuliskan:
 
“Pada hari jum’at pada tahun ba’hijriah nabi sallallahualaihiwassalam 1000” , ”Sudah selesai Tembok ini pada bulan robiul awal tanggal empat hari rabu”
 
Prasasti, yang berada di dekat masjid itu, ditulis dalam bahasa Arab Melayu. Orang yang menulis prasasti diperkirakan leluhur masyarakat Buitan, seorang pelaut Bugis yang makamnya dirawat umat Hindu di dekat kuburan Hindu di Kecamatan Manggis.
 
    Masjid Al Hikmah  
    Kampung Islam Buitan, Buitan, Desa Buitan
    Kec. Manggis, Kab. Karangasem,  Bali 80871
 
 
Setelah melewati rentang waktu 400 tahun lebih bangunan masjid ini telah mengalami sekian kali pemugaran dan renovasi. Menurut pengakuan dari salah satu sesepuh setempat H Muhammad Safei bin H Abdulrahman Alm, bahwasanya bentuk awal masjid tersebut seperti masjid di Demak Dengan ketinggian dari halaman ke lantai masjid 7 meter.
 
Bangunan tersebut dilengkapi 17 anak tangga, dinding terbuat dari tanah liat (tatal,sejenis batu bata yang dlm pembuatannya masih mengunakan ukuran tangan dan tidak di bakar seperti batu bata saat ini) dan berpondasi batu kali/batu pantai sisa peninggalan pondasi masih bisa dilihat di depan halaman masjid.
 
Ukuran bangunan masjid kurang lebih 10x10 meter beratatapkan alang alang, tiang penyangga sebanyak 4 buah berbahan kayu jati berbentuk kotak berdiameter 30 cm dengan ketinggian kurang lebih Sembilan meter. Juga terdapat tempat wudlu beserta kamar mandi tanpa atap.
 
Ekterior Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan (simas-kemenag)

Untuk pintu masjid berbahan kayu jati berbentuk persegi panjang membuka kee dalam sebanyak 2 buah bermotif ukiran bali (bunga bunga) handle pintu berbahan dasar kuningan berbentuk lingkaran
 
Jejak masa lalu Islam di wilayah Manggis juga terdapat kuburan tua yang diyakini oleh masyarakat Hindu di wilayah Manggis bahwa kuburan itu adalah kuburan Muslim, dan mereka selalu menyatakan Masyarakat Hindu bertanggung jawab atas perawatan kuburan ini secara turun – temurun meskipun mereka tidak tahu pasti sejak kapan kuburan tersebut ada disana.
 
Pada tahun 2006 ada perwakilan pengempon (yang merawat) kuburan tersebut yang datang kepada masyarakat Muslim di Buitan dengan niatan ingin menyerahkan pengelolaan kuburan kepada masyarakat muslim di Kampung Buitan, yang pada akhirnya pengelolaan kuburan tua itu disepakati untuk dikelola oleh kedua belah pihak yakni pihak umat Hindu dan Pihak umat Muslim yang ada di Buitan
 
Interior Masjid AL-Hikmah Kampung Islam Buitan.

Tempat pengungsian bencana Gunung Agung
 
Saat terjadi bencana Gunung Agung ditahun 2017 silam Masjid Al-Hikmah Buitan ini menjadi salah satu masjid yang untuk pengungsi seiring dinaikkannya status Gunung Agung dari level waspada ke siaga menyusul meningkatnya gempa vulkanik yang terdeteksi melalui pos pemantauan. Teras, halaman hingga ruang-ruangan di dalam masjid menjadi lokasi untuk hunian aman pengungsi.
 
Posko pengungsian yang didirikan di dalam Masjid Al Hikmah tersebut terdapat penyandang disabilitas, ibu menyusui, lansia dan pengungsi yang sedang menderita stroke. Terdapat 305 jiwa pengungsi yang ditampung dimasjid ini termasuk 124 diantaranya anak-anak yang masih aktif bersekolah. Sebagian di antara pengungsi tersebut masih pulang pergi ke rumah masing-masing untuk keperluan mendesak.
 
Posko Masjid Al Hikmah memiliki layanan dapur umum yang menyediakan makanan bagi para pengungsi, air dan layanan kesehtan dari Rumah Sehat Baznas (RSB) Sidoarjo yang mengirimkan dua dokter dan dua perawat.

Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan.
 
Keunikan Akulturasi
 
Salah satu tradisi unik di Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan ini adalah tradisi Mangibung alias makan bareng ini, tersaji beragam masakan bercita rasa Bali seperti pepes ikan, telur bumbu Bali, sate tusuk, ikan goreng, dan masakan lainnya. Siapa saja usai sholat di masjid itu boleh menikmati sajian di atas nampan-nampan meski tidak menyumbang makanan.
 
Saat Hari Raya Kuningan oleh umat Hindu, masyarakat muslim turut diundang makan, lauk pauk yang disajikan seperti ayam dan kambing, disembelih oleh warga Muslim Buitan agar halal sesuai permintaan warga setempat.
 
Kampung yang dihuni oleh sekitar 40 keluarga ini berada di pinggir pantai. Kebanyakan masyarakatnya adalah nelayan yang rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan kebudayaan untuk mempertemukan umat Islam dan Hindu.
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 

Saturday, June 14, 2025

Masjid Agung Baiturrahim Kaimana, Peninggalan Kerajaan Sran Eman Muun

Masjid Agung Baiturrahum Kaimana peninggalan kerajaan Islam Sran sekaligus masjid tertua di kabupaten Kaimana provinsi Papua Barat. (kabarpapua.co).

Masjid Agung Baiturrahim adalah masjid Agung di Kaimana kabupaten Kaimana provinsi Papua Barat. Masjid Agung yang kini berdiri megah dengan gaya bangunan masjid modern sejatinya merupakan bangunan masjid tua peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Islam Sran Eman Muun sekaligus merupakan masjid tertua di kabupaten Kaimana.
 
Kerajaan Islam SranEman Muun adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah eksis di wilayah kabupaten Kaimana, awalnya kerajaan ini berdiri dan berpusat di Pulau Adi di laut Arafuru sebelum kemudian dipindahkan ke Kaimana.
 
   Masjid Agung Baiturrahim Kaimana Papua Barat
   Kampung Sran, Kaimana Kota, Kec. Kaimana, Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
   https://maps.app.goo.gl/FZFY76oJEvXc6rdY7
 

 
Masjid Agung Baiturrahim Kaimana berdiri di tepi pantai tak jauh dari pelabuhan laut Kaimana kini mendominasi pemandangan kawasan tersebut dengan kemegahan dan keindahan arsitekturnya dengan satu kubah besar diatap bangunan utama diapit oleh empat menara tinggi menjulang ditambah empat menara yang lebih pendek.
 
Meskipun merupakan bangunan yang awalnya merupakan masjid kuno peniiggalan kerajaan Sran, tak ada yang tersisa dari banguna asli-nya di Masjid Agung Baiturrahim ini dari bangunan aslinya. Namun demikian sejarahnya tak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Islam Sran. Selain Masjid Agung Baiturrahim Kaimana, peninggalan lain dari Kerajaan Sran yang masih ada adalah komplek pemakaman keluarga Kerajaan Sran.
 
Menurut Umar Sabuku, Mangkubumi Kaimana mewakili Abdul Hakim Ahmad Aituarauw Raja Sran Kaimana VIII mengatakan, Semua peninggalan seperti istana dan benteng, dihancurkan oleh bangsa barat pada perang berkepanjangan. Yang tersisa adalah masjid di Kampung Sran dan saat ini sudah lima kali dipugar.

Masjid Agung Baiturrahim di tepian pantai dan tak jauh dari Pelabuhan Kaimana. (kompasiana)
 
Renovasi Masjid Agung Baiturrahim Kaimana
 
Terkait dengan perubahan bentuk masjid peninggalan kerajaan Sran menjadi sebuah Masjid Agung modern, Mohamad Lakotani, Ketua Nahdatul Ulama Kabupaten Kaimana, banyaknya dana sosial yang disediakan bagi masyarakat membuat warga berlomba-lomba untuk merombak masjid. Akibatnya, bentuk asli dari masjid yang seharusnya dipertahankan, berubah total menjadi tampilan masjid modern.
 
Renovasi dan pembangunan terahir terhdap masjid agung Baiturrahim Kaimana dilakukan pada tahun 2008 dan diresmikan oleh Gubernur Papua Barat Drs. Dominggus Mandacan, M. Si didampingi Wakil Bupati Kaimana Hasbulla Furuada, S.P serta Raja Namatota dan Masyarakat setempat. Peresmian ditandai dengan pemancangan Tiang Alif pada tanggal 23 Maret 2022 dilanjutkan dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan prasasti serta penguuntingan pita pada pintu utama  yang telah dipersiapkan.
 
Dana renovasi masjid ini dari dana bantuan biaya Pemerintah Kabupaten Kaimana sebesar  2,5 Miliar dan Bantuan  dari donator sebesar 350 juta, serta bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat sebesar 500 Juta.
 
Golden hour Masjid Agung Baiturrahim Kaimana. (IG @ant_tiflen)

Gubernur Papua Barat Dalam sambutannya berharap disamping masjid sebagai tempat ibadah, Umat Islam wajib memakmurkan masjid, masjid  juga dapat dimanfaatkan  umat islam  dalam menjabarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta nilai persaudaraan  dan kerukunan diantara sesam umat beragama di Papua Barat.
 
Sebagai masjid agung kabupaten, masjid agung Baiturrahim Kaimana menjadi tempat pelepasan keberangkatan jemaah haji dari kabupaten Kaimana. Pada tahun 2023 sebanyak 40 calon jemaah haji kabupaten Kaimana diberangkatkan dari masjid ini menuju embarkasi haji Makassar Sulawesi Selatan.
 
Menariknya bahwa dari 40 calhaj Kaimana tersebut 16 orang diantaranya dibiyai oleh pemkab Kaimana. Upacara pelepasan calon jemaah haji Kaimana saat itu dipimpin oleh Bupati Kaimana Freddy Thie. Dalam sambutannya Bupati Freddy Thie meminta calon jemaah haji untuk mendoakan Kaimana agar selalu diberkati.
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Jami Doom, Masjid Pertama di Papua Barat Daya
Masjid Agung Al Falah Nabire
Masjid Tembagapura, Mimika
Masjid Al Falah, Kepulauan Yapen, Papua
Masjid Agung Baiturrahman, Wamena
Masjid An-Nur Agats, Asmat
Masjid Al-Mujahidin, Puncak Jaya, Papua
Masjid Agung Waisai, Raja Ampat, Papua Barat
Masjid Raya Babussalam Timika, Mimika, Papua
Masjid Raya Al Aqsa, Merauke, Papua
 
Rujukan
 
https://papuabarat.tribunnews.com/2023/06/03/bupati-freddy-thie-minta-calon-jamaah-haji-doakan-kaimana-agar-selalu-diberkati
https://kaimanakab.go.id/gubernur-papua-barat-resmikan-masjid-jami-baitul-rahim-kaimana.html
https://regional.kompas.com/read/2013/08/07/2116167/Masjid.Agung.Baiturrahim.Peninggalan.Kerajaan.Sran.Eman.Muun.

Sunday, June 8, 2025

Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone Takalar

Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone saksi bisu penyebaran Is;lam di Takalar.
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone adalah salah satu masjid tertua di Sulawesi Selatan. Lokasinya berada di Dusun Sanrobone, Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, provinsi Sulawesi Selatan.
 
Lokasinya berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Makassar. Bahkan ada versi cerita mengatakan masjid ini lebih tua dari masjid paling tua yang diakui saat ini, Masjid Tua Katangka (1603 M), di Kabupaten Gowa.
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
Dusun Sanrobone, Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar, provinsi Sulawesi Selatan 92231
 
 
Masjid tua ini berdiri bersebelahan dengan komplek makam raja raja Sanrobone yang berada tepat di sisi selatan masjid menjadi penanda utama bahwa masjid ini memiliki keterkaitan sejarah dengan kerajaan Sanrobone yang pernah ada disana. Sisi barat atau bagian belakang masjid ini juga dipenuhi makam makam tua.
 
Arsitektur Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone diapit oleh dua ruas jalan raya di sisi barat dan timurnya. Sisi timurnya memiliki halaman yang cukup luas tempat dimana pintu utama berada. Masjid ini juga dapat diakses dari ruas jalan disebelah timurnya dengan melalui komplek pemakaman tua dibelakang masjid.
 
Bersebelahan dengan komplek makam para raja Sanrobone. Menariknya cungkup cungkup makam (bewarna putih dekat menara) bentuknya sama persis dengan cungkup makam para raja Gowa di komplek Masjid Tua Al-Hilal Katangka.

Terdiri dari bangunan utama dan satu menara tinggi ditambah dengan area tempat wudhu. Bangunan utama mesjid ini berdenah bujursangkar berukuran 10x10 meter dengan atap limas bersusun tiga sebagaimana bangunan khas masjid masjid Nusantara. Sekilas pandang tak terlihat kekunoan dari bangunan masjid ini mengingat seluruh bangunannya sudah didominasi bangunan beton.
 
Bangunan utama ini kemudian ditambahkan bangunan baru disisi depan-nya (sisi barat) dengan bangunan teras dan beranda menghadap ke pekarangan. berdasarkan rekaman foto foto yang ada, bangunan tambahan tersebut setidaknya ditambahkan setelah tahun 2017.
 
Sisi belakang Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone.

Bangunan utama masjid ini dibangun cukup tinggi dari permukaan tanah dilengkapi dengan enam anak tangga. Struktur atapnya ditopang oleh empat pilar beton (sokoguru) ditengah ruangan masjid. Sebuah mimbar kayu berukir dan sebuah beduk melengkapi masjid ini.
 
Sejarah Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone
 
Menurut penuturan bapak Abdul Rozak pengurus Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone, bahwa sejarah masjid ini dijelaskan didalam sebuah manuskrip berbahasa Makasar diseburkan bahwa pembangunnya adalah seorang pedagang dan ulama dari Minangkabau yang disebut masyarakat setempat sebagai Datu Mahkota atau Sultan Pagaruyung pada sekitar tahun 1012 Hijriah (sekitar tahun 1671-1672 Masehi).
 
Masjid Tua Baitul Maqdis Sanrobone tahun 2016 (akun google the viersi)

Pada saat pertama dibangun dengan luas 8 rafa x 8 rafa setara dengan 10x10 meter. Bangunan awalnya satu tiang, kemudian diubah menjadi empat tiang, dan ditahun 1900-an kembali dengan satu tiang dan kini kembali dengan empat tiang. Awalnya tiang masjid ini dari kayu ulin dengan atap dari daun lontar dan daun nipah.
 
Dijelaskan juga bahwa salah satu peninggalan dari era awal masjid ini adalah adanya sebuah sumur untuk menyediakan air bagi jemaah. Sumur tersebut masih digunakan hingga kini dan alhamdulillah airnya tak pernah kering mencukupi untuk kebutuhan jemaah.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 

Saturday, June 7, 2025

Masjid Ummul Qura Danau Manjinjau

Megah ditepian Danau Maninjau.
 
Masjid Ummul Quro adalah sebuah masjid tua nan indah baik bangunan masjidnya begitupun lokasinya yang berada ditepian danau Maninjau, salah satu danau paling indah di Sumatera Barat. Lokasi masjid ini berjarak 3,9 Km atau lebih kurang delapan menit berkendara sebelah utara dari Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka yang juga berada ditepian Danau Maninjau.
 
Nama Ummil Qura berasal dari bahasa Arab yang artinya “kota tua” juga berarti “Ibu kota” atau dalam bahasa Minang disebut “Ibu Nagari” yang juga merupakan nama lain dari Kota Mekah. Dari papan nama yang terpasang di depan masjid tersebut, dapat diketahui bahwa masjid ini dibangun pada 1907.
 
      Masjid Ummul Qura
      Bancah, Maninjau, Tanjung Raya, Agam Regency, West Sumatra
 
 
Arsitektur Masjid Ummur Quro
 
Masjid Ummul Quro benar benar berdiri tepat ditepian danau Manjinjau, sisi barat bangunan masjid ini menghadap ke danau dan dari pelataran belakang (sisi barat) masjid terdapat akses anak anak tangga batu ke danau untuk keperluan berwudhu dan lainnya. Selain itu beberapa sisi bangunan masjid juga terdapat kolam.
 
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan pada zaman dahulu di Ranah Minang. Jika anak laki–laki sudah berusia 7 atau 10 tahun, maka akan tinggal di masjid atau surau. Selain itu masjid juga menjadi pusat aktivitas masyarakat, tempat masyarakat mandi, mencuci dan mengambil kebutuhan air bersih. 
 
Bangunan masjid yang sangat khas bernuansa Minangkabau.

Bangunan masjid tua ini sangat khas Minangkabau dengan denah persegi empat beratap limas beringkat tingkat seperti layaknya sebuah bangunan pagoda. Dua tingkat atap paling atasnya berbentuk seperti sebuah payung terkembang, sedangkan dipuncak tertinggi atapnya dihias dengan bentuk bentuk bola dari bahan metal, dan bagian paling ujungnya ditempatkan ornamen bulan sabit dan bintang.
 
Sebuah menara dengan gaya khas Minangkabau dibangun disisi timur masjid, dan pada sisi belawanan atau disisi barat bangunan dibangun bangunan khusus untuk mihrab yang juga diberi atap serupa dengan bangunan menara ini.
 
Interior Masjid Ummul Quro Maninjau.

bangunan induk masjid dibagi dua bagian yakni ruang utama yang merupakan ruang sholat dan teras masjid yang dibangun di tiga sisi ruang utama (sisi utara, selatan dan timur). Teras masjid ini dikelilingi pilar dan arkade (lengkungan) yang mendominasi bangunan utama.
 
Interior Masjid Ummul Quro
 
Didalam ruang utama masjid terdapat sembilan buah pilar yang menyangga atap dengan satu pilar yang berada di tengah–tengah ruangan. Dinding masjid ini dihiasi dengan kaligrafi surat Al Fatihah dan petikan Al Quran Surat Al Baqarah ayat 46.
 
Cagar Budaya.

Mihrab masjid ini terdiri dari tiga cerukan dibangun dari semen dengan lengkungan dibagian atasnya. Hingga saat ini Masjid Ummil Qura di Desa Bancah Maninjau masih digunakan sebagai tempat aktivitas keagaaman oleh warga setempat.
 
Cagar Budaya
 
Menurut pengurus Masjid, Masjid Ummul Quro ini merupakan masjid tertua di Maninjau dan merupakan syarat berdirinya nagari Maninjau. Setiap pengangkatan gelar adat harus melalui masjid ini. Saat ini Masjid Ummul Quro sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat.***
 
------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 

Sunday, June 1, 2025

Masjid Al-Falah Waihaong Kota Ambon

Masjid Al-Falah Waihaong kota Ambon setidaknya sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda.
 
Masjid Al-Falah Waihaong merupakan salah satu masjid tua di kota Ambon provinsi Maluku. Masjid ini “setidaknya” sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda. Sebuah peta kuno dari masa penjajahan Belanda, Masjid ini sudah berdiri di kawasan yang mereka sebut sebagia kawasan Pecinan Kota Ambon.
 
Sebuah foto dokumentasi militer Belanda menunjukkan kawasan Pecinan Kota Ambon (Chinese street in Ambon) tahun 1948 bangunan masjid ini tampak di kejauhan dilatar belakang kawasan pecinan di ruas jalan Hativestraat yang kini menjadi Jalan Sultan Babullah kota Ambon.
 
Masjid Al Falah Waihaong - Ambon
Jl. Sultan Babullah, Kel Waihaong, Kec. Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku
 
 
Dimasa kini Masjid Al-Falah masih berdiri kokoh ditempatnya dengan bentuk yang sudah berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan ruang yang lebih besar untuk mengakomodir jemaah yang sudah semakin meningkat.
 
Dimasa kini Masjid Al-Falah Waihaong secara administratif masuk dalam wilayah Keluarhan Waihaong Kelurahan Waihaong kecamatan Nusaniwe Kota Ambon provinsi Maluku.
 
Merujuk kepada dkm.or.id Masjid Al-Falah dibangun pada tahun 1985, kemungkinan yang dimaksud adalah renovasi bangunan masjid Al-Falah yang kini berdiri, bukan pembangunan awalnya. Masjid Al-Falah merupakan kategori Masjid Jami . Memiliki luas tanah 50 m2 , luas bangunan 215 m2 dengan status tanah Wakaf. ***


Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 

Saturday, May 31, 2025

Masjid Tuha Gunong Kleng Aceh Barat

Masjid Tuha Gunung Kleng
 
Sesuai namanya, Masjid Tuha Gunung Kleng adalah sebuah bangunan masjid tua di Desa Gunong Kleng kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat provinsi Aceh. Masjid ini berdiri persis di pinggir jalan Meulaboh-Tapak Tuan atau sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Meulaboh tepatnya di sebelah kanan jembatan tak jauh dari persimpangan Alue Peunyareng menuju Kampus Universitas Teuku Umar (UTU).
 
Di depan masjid terdapat dua plang yang menjelaskan bangunan tua itu: Situs Cagar Budaya. Namanya Masjid Gunung Kleng, rumah ibadah bersejarah sejak masa Belanda dan Jepang menjajah Aceh. Di sampingnya dilahan yang sama, kini terdapat bangunan masjid baru yang lebih besar dan megah.
 
Masjid Tuha Gunong Kleng
Gunong Kleng, Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh 23681
 
 
Arsitektur Masjid Tuha Gunung Kleng
 
Masjid Tuha Gunung Kleng berbentuk semi permanen bagian bawah dibangun dengan batu bata dan semen sedangkan dinding atasnya dari papan kayu Ketapang (Terminali catappa). Konstruksi bangunan masjid ini seluruhnya dibuat dari kayu, berukuran 12 meter persegi, berdiri di atas lahan sekitar satu hektar.
 
Bangunan masjid ini terdiri dari bangunan induk ditambah dengan teras depan dan satu menara disisi mihrabnya. Bangunan induk beratap limas tumpang dua dengan satu sokoguru tunggal dari kayu merbau (Intsia bijuga) dibagian tengah ruangan masjid. Mustaka di puncak atap bangunan utama masjid tua ini mirip obelisk dihiasi bulatan berhentuk vas dengan tongkat kecil di atasnya.
 
Rancangan unik Masjid Tuha Gunung Kleng.

Teras depan masjid ini dilengkapi tiga atap tumpang, satu atap tumpang bagian tengah dilengkapi dengan kubah bawang sedang dua atap tumpang dikiri dan kanannya dengan atap limas. Menara masjid juga dibangun dari kayu disisi mihrab dilengkapi dengan kubah setengah lingkaran.
 
Sehingga bila seluruh atap tumpang masjid ini juga dianggap kubah maka masjid tuha ini memiliki lima kubah, masyarakat di sana mengenal lima kubah itu sebagai tampong limong yang bermakna lima rukun Islam: dua kalimat syahadat, salat, zakat, puasa Ramadhan, dan haji bagi yang mampu.
 
Menurut pengurus Masjid Gunong Kleng sejak berdirinya masjid itu hingga kini sama sekali belum pernah direnovasi. Bentuknya masih sama sejak dibangun dulu. Hanya, pada 2018 bagian atap ada yang diganti karena bocor.
 
Masjid Tuha Gunung Kleng, dengan papan nama Masjid Nurul Hidayah masjid baru beurukuran besar yang dibangun disebelah Masjid Tuha Gunung Kleng.

Interior Masjid
 
Ruangan dalam masjid ini didominasi oleh sokoguru tunggal yang menjadi sokoguru tunggal dan struktur utama penopang atap masjid, serta sisi mihrabnya yang dibuat dari semen terdiri dari tiga cerukan. Ceruk tengah untuk imam, ceruk kiri untuk khatib sedangkan ceruk kanan terdapat tangga sebagai akses muazin ke menara untuk mengumandangkan azan.
 
Sejarah Masjid Tuha Gunung Kleng
 
Berdasarkan penuturan masyarakat, Masjid Tuha Gunung Kleng dibangun sekitar tahun 1923. Pembangunan masjid dilakukan secara gotong royong masyarakat dan para ulama Gunong Kleng. Di antara para ulama yang membangun masjid tersebut adalah Tengku Arsyad dan Tengku Tayeb.
 
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, tentara Belanda dan Jepang pernah singgah dan istirahat di masjid ini karena mengira bangunan masjid ini merupakan sebuah istana kecil atau tempat Ulee Balang pada masa itu.
 
Ditepian ruas jalan raya Meulaboh - Tapak Tuan.

Saat tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, bangunan masjid itu tidak ada yang rusak. Hanya, tanah di sisi kiri mimbar amblas serta tongkat khotbah beduk yang dibawa tsunami.
 
Situs Cagar Budaya
 
Meski bangunannya belum berubah, kini Masjid Tua Gunung Klieng tak lagi digunakan untuk salat. Namun warga masih kerap ke sana untuk melepas nazar atau mengikuti pengajian.
 
Untuk aktivitas peribadatan dan lainnya telah dipindahkan ke Masjid Nurul Hidayah Gampong Gunong Kleng, bangunan masjid baru yang lebih refresentatif disebelah bangunan masjid ini. Masjid Tuha Gunung Kleng telah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh sebagai salah satu situs cagar budaya Provinsi Aceh.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 
 

Sunday, May 25, 2025

Masjid Tua Pulau Makian Halmahera Selatan

Masjid Tua di Pulau Makian kabupaten Halmahera Selatan provinsi Maluku Utara dipotret antara tahun 1920-1931.
 
Selembar foto tua koleksi Tropenmuseum negeri Belanda ini berjudul “Moskee op Poelau Makian” atau Masjid di Pulau Makian (Makean) dipotret antara tahun 1920-1931. Pulau Makian merupakan salah satu pulau di gugus kepulauan Maluku.
 
Secara administratif dimasa kini Pulau Makian merupakan bagian dari wilayah kabupaten Halmahera Selatan provinsi Maluku Utara. Dimasa lalu, Pulau Makian merupakan pusat dari kerajaan Bacan tepatnya di Dauri Tahane, sebelum kemudian dipindahkan ke Pulau Bacan.
 
Mesjid Taqwa
Desa Dalam, Kecamatan Pulau Makian
Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara
 
 
Di Desa Dauri Tahane terdapat sebuah masjid tua yang kini dikenal sebagai Masjid Al-Mujahidin Dauri Tahane yang pada 23 Juni 2024 dikukuhkan oleh Sultan Bacan ke-22 Muhammad Irsyad Maulana Sjah sebagai Masjid Sultan Pertama Muhammad Al-Baqir.
 
Namun demikian, berdasarkan informasi dari perbincangan di Maluku Utara Tempo Doeloe di platform milik Meta, disebutkan bahwa masjid tua yang ada di foto ini, dimasa kini dikenal sebagai Masjid Besar Taqwa di desa Dalam, kecamatan Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
 
Sejauh ini kami belum memiliki informasi lebih lanjut tentang masjid ini. Jangan sungkan untuk berbagi informasi dan data bila anda memiliki informasi terkait dengan masjid ini.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Agung Baiturrahman Pulau Morotai
Masjid Raya Al-Istiqomah Sanana, Kepulauan Sula
Masjid Gammalamo Jailolo
Masjid Raya Sigi Lamo Jailolo
 

Saturday, May 24, 2025

Masjid Besar Al-Izhaar Kutoarjo

Masjid Besar Al-Izhar atau Masjid Agung Kutoarjo.
 
Masjid Besar Al-Izhar juga dikenal sebagai Masjid Agung Kutoarjo adalah masjid besar kecamatan Kutoarjo kabupaten Purworejo. Lokasinya berada di daerah Kauman, Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo di sisi barat alun-alun Purworejo. Tak jauh dari pendopo kawedanan Kutoarjo / rumah dinas wakil Bupati Purworejo yang berada di sisi utara Alun-alun.
 
Dikenal juga sebagai masjid Agung Kutoarjo karena memang sebelum tahun 1936, Kutoarjo merupakan sebuah kabupaten sendiri dengan nama kabupaten Semawung didalam wilayah administratif karesidenan Begelen. Dari bentuk bangunannya, sepintas lalu Masjid Besar Al-Izhar atau Masjid Agung Kutoarjo ini sangat mirip dengan Masjid Agung Darrul Muttaqin Purworejo, baik bangunan masjidnya begitupun dengan menaranya.
 
Masjid Besar Al-Izhaar Kutoarjo
Masjid Agung Kutoarjo
Kembang Arum, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo
Jawa Tengah 54251.
 

           
Ibukota kabupatennya berada di Kutoarjo sebelum kemudian dilebur kedalam wilayah kabupaten Purworejo. Itu sebabnya pola tata ruang pusat kotanya mirip dengan tata ruang sebuah ibukota kabupaten dengan alun-alun, pendopo dan Masjid Agung.
 
Sejarah Masjid Besar Al-Izhar Kutoarjo
 
Masjid Besar Al-Izhaar Kutoarjo dibangun pada 16 September 1887 oleh bupati R.A.A. Pringgoatmodjo di atas tanah wakaf K.H. Kastubi. K.H. Kastubi merupakan seorang penghulu yang berada di Kabupaten Semawung. Sejak diangkatnya K.H. Kastubi sebagai penghulu pada 1887, masalah pernikahan dapat terlayani bagi warga masyarakat Kutoarjo yang masih berdiri sendiri sebagai Kabupaten.
 
Untuk urusan perceraian juga sudah ada pejabat yang menangani. Dari berbagai pelayanan yang sudah ada. Muncullah pengadilan agama (PA) cikal bakal PA Purworejo. Dalam sejarah di era K.H. Abu Bakar, keturunan dari K.H. Kastubi, di masjid tersebut sudah berlaku tatacara perceraian pasangan suami isteri secara sah, baik segi agama maupun pemerintahan.
 
Renovasi masjid pada 1875 ini dilakukan putra R.A.A Pringgoatmodjo yang bernama R.A.A. Poerboatmodjo. Masjid Agung Al-Izhaar Kutoarjo yang masih berdiri kokoh dan megah ini, berdasarkan ketuaan bangunan maupun sisi historis lainnya, masjid ini dimasukkan ke dalam benda cagar budaya tidak bergerak dengan nomor inventarisasi: 11-06/Pwr/TB/27.
 
Masjid Besar Al-izhar Kutoarjo antara tahun 1890-1917.


Arsitektur Masjid Besar Al-Izhar Kutoarjo
 
Bila merujuk kepada foto dokumentasi masjid ini di museum Belanda tahun 1890-1917, bangunan awal masjid ini kini menjadi bangunan induk Masjid Besar Al-Izhar Kutoarjo. Tidak tampak perubahan signifikan pada bangunan induknya.
 
Bangunan masjid khas Indonesia dengan ciri utama atapnya berbentuk atap limas (kerucut) bertingkat ditopang dengan struktur tiang sokoguru yang dapat dilihat didalam ruangan masjid. Hanya sedikit perubahan pad bangunan induk dengan menambahkan sebuah kubah bawang ukuran kecil di puncak atap.
 
Disisi depan bangun induk ditambahkan dua bangunan tambahan berdenah persegi panjang, kemungkinan ditambahkan pada masa renovasi oleh  R.A.A. Poerboatmodjo. Penmbahan bangunan tambahan ini serupa dengan penambahan bangunan pendopo di sisi depan bangunan induk Masjid Agung Demak. Sebuah bangunan menara dari beton kini berdiri megah dihalaman masjid.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Jenderal Besar Soedirman Purwokerto
Masjid Muhammad Cheng Ho Purbalingga
Masjid Agung Baiturrahman Sukoharjo
Masjid Agung Kendal
Masjid Agung Kebumen
Masjid Agung Rembang, Rembang
Masjid Tiban Gedongmulyo Lasem
 
Rujukan
 
https://manglayang.id/masjid-agung-kutoarjo/
http://kekunaan.blogspot.com/2012/09/masjid-agung-al-izhaar-kutoarjo.html
https://radarpurworejo.jawapos.com/wisata/2143331399/dibangun-bupati-ada-kantor-pengadilan-agama