Masjid Al-Hikmah
Buitan adalah sebuah masjid kuno bersejarah di kampung Buitan Kecamatan Manggis
kabupaten Karangasem provinsi Bali. Sejarah masjid ini sejalan dengan
perkembangan masuknya islam di wilayah Bali, dan dikenal sebagai salah satu
Masjid tertua di Kabupaten Karangasem.
Sejarah Masjid
Al-Hikmah Buitan
Didirikan sekitar
tahun 1000 Hijriah atau 1580 Masehi, hal ini dikuatkan dari hasil seminar
di pada tahun 1979 tentang keberadaan Masjid
di Bali dan dikuatkan peninggalan Prasasti yang masih tersimpan dengan baik. Dua prasasti
batu tertulis dengan huruf arab
berbahasa melayu yang bertuliskan:
“Pada hari jum’at pada tahun ba’hijriah nabi sallallahualaihiwassalam
1000” , ”Sudah selesai Tembok ini pada bulan robiul awal tanggal empat hari rabu”
Prasasti, yang berada di dekat masjid itu, ditulis dalam bahasa Arab
Melayu. Orang yang menulis prasasti diperkirakan leluhur masyarakat Buitan,
seorang pelaut Bugis yang makamnya dirawat umat Hindu di dekat kuburan Hindu di
Kecamatan Manggis.
Masjid Al
Hikmah
Kampung Islam
Buitan, Buitan, Desa
Buitan
Kec. Manggis, Kab. Karangasem, Bali 80871
Setelah melewati
rentang waktu 400 tahun lebih bangunan masjid ini telah mengalami sekian kali
pemugaran dan renovasi. Menurut pengakuan dari salah satu sesepuh setempat H
Muhammad Safei bin H Abdulrahman Alm, bahwasanya bentuk awal masjid tersebut
seperti masjid di Demak Dengan ketinggian dari halaman ke lantai masjid 7 meter.
Bangunan tersebut
dilengkapi 17 anak tangga, dinding terbuat dari tanah liat (tatal,sejenis batu
bata yang dlm pembuatannya masih mengunakan ukuran tangan dan tidak di bakar
seperti batu bata saat ini) dan berpondasi batu kali/batu pantai sisa
peninggalan pondasi masih bisa dilihat di depan halaman masjid.
Ukuran bangunan
masjid kurang lebih 10x10 meter beratatapkan alang alang, tiang penyangga
sebanyak 4 buah berbahan kayu jati berbentuk kotak berdiameter 30 cm dengan
ketinggian kurang lebih Sembilan meter. Juga terdapat tempat wudlu beserta
kamar mandi tanpa atap.
Jejak masa lalu
Islam di wilayah Manggis juga terdapat kuburan tua yang diyakini oleh
masyarakat Hindu di wilayah Manggis bahwa kuburan itu adalah kuburan Muslim,
dan mereka selalu menyatakan Masyarakat Hindu bertanggung jawab atas perawatan
kuburan ini secara turun – temurun meskipun mereka tidak tahu pasti sejak kapan
kuburan tersebut ada disana.
Pada tahun 2006 ada perwakilan pengempon (yang
merawat) kuburan tersebut yang datang kepada masyarakat Muslim di Buitan dengan
niatan ingin menyerahkan pengelolaan kuburan kepada masyarakat muslim di
Kampung Buitan, yang pada akhirnya pengelolaan kuburan tua itu disepakati untuk
dikelola oleh kedua belah pihak yakni pihak umat Hindu dan Pihak umat Muslim
yang ada di Buitan
Saat terjadi bencana Gunung Agung ditahun 2017 silam Masjid Al-Hikmah
Buitan ini menjadi salah satu masjid yang untuk pengungsi seiring dinaikkannya status Gunung Agung dari level waspada ke siaga menyusul meningkatnya
gempa vulkanik yang terdeteksi melalui pos pemantauan. Teras, halaman hingga
ruang-ruangan di dalam masjid menjadi lokasi untuk hunian aman pengungsi.
Posko pengungsian
yang didirikan di dalam Masjid Al Hikmah tersebut terdapat penyandang
disabilitas, ibu menyusui, lansia dan pengungsi yang sedang menderita stroke. Terdapat
305 jiwa pengungsi yang ditampung dimasjid ini termasuk 124 diantaranya
anak-anak yang masih aktif bersekolah. Sebagian di antara pengungsi tersebut
masih pulang pergi ke rumah masing-masing untuk keperluan mendesak.
Posko Masjid Al
Hikmah memiliki layanan dapur umum yang menyediakan makanan bagi para
pengungsi, air dan layanan kesehtan dari Rumah Sehat Baznas (RSB) Sidoarjo yang
mengirimkan dua dokter dan dua perawat.
![]() |
Masjid Al-Hikmah Kampung Islam Buitan. |
Keunikan Akulturasi
Salah satu tradisi unik di Masjid Al-Hikmah
Kampung Islam Buitan ini adalah tradisi Mangibung alias makan bareng ini, tersaji beragam
masakan bercita rasa Bali seperti pepes ikan, telur bumbu Bali, sate tusuk,
ikan goreng, dan masakan lainnya. Siapa saja usai sholat di masjid itu boleh
menikmati sajian di atas nampan-nampan meski tidak menyumbang makanan.
Saat Hari Raya Kuningan oleh umat Hindu, masyarakat muslim turut diundang
makan, lauk pauk yang disajikan seperti ayam dan kambing, disembelih oleh warga
Muslim Buitan agar halal sesuai permintaan warga setempat.
Kampung yang dihuni oleh sekitar 40 keluarga ini berada di pinggir
pantai. Kebanyakan masyarakatnya adalah nelayan yang rutin menyelenggarakan
berbagai kegiatan kebudayaan untuk mempertemukan umat Islam dan Hindu.
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Rujukan