Masjid Hassan II di
kota Libreville, lokasinya berdiri berada di belakang istana kepresidenan
Republik Gabon (bila dipandang dari arah laut). Masjid dengan gaya Maroko ini
memang dibangun oleh Kerajaan Maroko pada tahun 1983. Merupakan Masjid terbesar
di Gabon dengan kapasitas mencapai 5000 jemaah. Raja Maroko Muhammad
VI pernah singgah untuk menunaikan sholat di Masjid ini dalam rangkaian kunjungannya
resmi nya ke Republik Gabon, Burkina Faso dan Senegal tahun 2005 lalu. (foto
dari panoramio)
|
Apa
dan dimanakah Gabon berada ?
Gabon adalah sebuah Negara Republik di
pantai barat benua Afrika bagian tengah, bertetangga dengan Guyana Katulistiwa
dan Kamerun disebelah utara, Republik Kongo di sebelah timur hingga ke selatan,
dan tentu saja sebelah baratnya adalah wilayah pantai sepanjang 810km yang
menghadap ke Samudera Atlantik. Gabon adalah bekas jajahan Prancis dan
memperoleh kemerdekaanya 17 August 1960. Karenanya bahasa Prancis merupakan
bahasa resmi Negara, sedikit sekali penduduknya yang mampu berbahasa Inggris.
Republik Gabon ber-Ibukota di Libreville.
Luas
Negara Gabon adalah 267,667 km2 berada dalam
urutan ke 77 luas Negara di dunia, terdiri dari wilayah daratan seluas 257,667
km2 dan perairan seluas 10,000 km2. Negara ini beriklim tropis, letaknya berada
beberapa derajat disebelah selatan garis Katulistiwa kira kira sama seperti
letak pulau Jawa terhadap garis Katulistiwa. Titik terendahnya berada di
permukaan samudera Atlantik (0 m) dan titik tertingginya berada di puncak
gunung Iboundji (1,575 m).
Penduduk
nya yang sedikit dengan sumber daya alam yang cukup melimpah, sebagian besar bahkan
belum tersentuh, menjadikan Republik Gabon sebagai salah satu Negara Afrika yang
paling makmur dan memiliki stabilitas politik yang baik serta membuat Negara
ini sebagai salah satu Negara yang mampu menjaga keaslian hutan hujan tropis berikut
kekayaan biodiversity-nya.
Islam di Republik Gabon
Merujuk
kepada the-world-factbook-cia, penduduk Gabon terdiri dari bebeberapa suku, yakni
Suku bantu, termasuk empat kelompok suku utama masing masing adalah Fang, Bapounou, Nzebi, dan Obamba), lalu ditambah
suku suku Afrika dan Eropa, sebanyak 154.000 jiwa termasuk 10,700 orang Prancis
dan 11.000 jiwa warga dengan kewarganegaraan ganda.
Islam
merupakan agama minoritas di Republik Gabon. 55% hingga 75% penduduk Gabon memeluk agama Kristen disusul
penganut Animisme, sedangkan pemeluk Islam kurang 1% dari total penduduk Gabon yang berjumlah 1,608,321 (July 2012).
Meski demikian beberapa sumber lain menyebutkan bahwa angka dibawah 1% tersebut
sudah lama terlampaui.
Diperkirakan
saat ini ada sekitar 12 persen penduduk Gabon sudah memeluk Islam meskipun
disebutkan juga bahwa 80-90% dari jumlah itu adalah orang asing. Lebih lanjut
disebutkan bahwa komposisi pemeluk agama di Gabon terdiri dari 70% Kristen (Katholik
dan Protestan), 12% Islam, 10% masih menjalanjan kepercayaan tradisional dan 5%
sisanya sama sekali tidak beragama.
Kehidupan
beragama di Gabon cukup baik. Pemerintah memberikan
kebebasan kepada rakyatnya untuk memeluk agama dan keyakinannya masing masing,
setidaknya sampai tahun 2007 tidak ada laporan apapun tentang pelanggaran hak
atas kebebasan beragama. Meski tidak ada dukungan dana apapun dari pemerintah
untuk lembaga lembaga pendidikan swasta baik lembaga pendidikan keagamaan yang
di dominasi oleh sekolah Kristen (Katolik dan Protestan) maupun lembaga
pendidikan sekuler. Namun pemerintah tetap mewajibkan semua lembaga tersebut
untuk mengikuti silabus pendidikan sesuai standar pemerintah.
Secara
resmi pemerintah mengakui hari hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional
termasuk Idul Fitri dan Idul Adha. Televisi nasional milik pemerintah juga
menyediakan jam tayang gratis bagi para tokoh agama untuk menyiarkan agama
mereka masing masing, termasuk bagi tokoh muslim disana. Meskipun sempat ada
keluhan dari kelompok denominasi Protestan yang menuduh stasiun televisi
pemerintah tidak adil dalam menerapkan jam tayang gratis yang dimasa lalu
pemerintah dan militer lebih mengutamakan Katholik dan Islam.
Omar Bonggo |
Perkembangan
Islam di Gabon cukup baik. Ber-Islamnya presiden Gabon kedua, Omar
Bonggo sejak tahun
1973 tentunya turut memberikan pengaruh bagi perkembangan Islam di Negara
tersebut baik langsung ataupun tidak langsung. Keluhan yang disampaikan oleh
perwakilan Protestan terkait hak tayang gratis di saluran televisi nasional
negara tersebut yang dinilainya lebih condong kepada ummat Katholik dan Islam
menunjukkan bahwa Islam bersama Katholik memang mendapatkan ‘sesuatu’ dari
penguasa pemerintahan dan militer setempat.
Pada
bulan Juni tahun 2004 yang lalu untuk pertama kalinya diselenggarakan Konfrensi
Nasional Muslim Gabon di Ibukota Negara, Libreville, dibuka
oleh Presiden Majelis Tinggi Islam Gabon (Supreme Council for Islamic Affairs
of Gabon
- CSAIG) Ali Bonjo dan turut dihadiri oleh Uskup Agung Lebreville serta
Pimpinan Gereja Anglican setempat. Konfrensi Nasional Muslim Gabon pertama tersebut mengusung tema ‘United
for the sake of a flourishing and tolerant Islam’ atau dalam bahasa Indonesia
nya “Bersatu Untuk Perkembangan Islam dan Toleransi”.
Perhelatan
nasional tersebut merupakan hal yang positif bagi ukhuwah Islamiah, tak kurang
34 komunitas Muslim dari berbagai daerah di Republik Gabon turut serta dalam konfrensi tersebut
dan turut menandatangan nota kesepakatan untuk senantiasa melakukan koordinasi dalam
setiap langkah kerja. Di dalam struktur Majelis Tinggi Islam Gabon. Presiden Gabon, Haji Ali Bonggo Ondimba sendiri bertindak sebagai Penasehat khusus, sedangkan
jabatan Chaiman sekaligus sebagai imam Besar Gabon dijabat oleh Ismael Oceni Ossa.
Dipimpin Presiden Mualaf
Setelah
merdeka dari Prancis di tahun 1960, Gabon dipimpin oleh presiden pertamanya
bernama Gabriel Léon M'ba. Di bulan Februari 1964 Jean-Hilaire Aubame melakukan kudeta terhadap pemerintahan Léon
M'ba meski
kekuasaanya tak berlangsung lama karena di intervensi oleh pemerintah Prancis. Léon
M'ba menjabat sebagai
presiden Gabon hingga wafat karena penyakit kanker
di bulan November 1967 dan digantikan posisinya oleh wakil presiden
Albert-Bernard Bongo yang dikemudian hari masuk Islam dan mengganti namanya
menjadi Haji Omar Bonggo Ondimba atau lebih dikenal sebagai Omar
Bonggo.
Albert-Bernard
Bongo atau Haji Omar Bonggo Ondimba menjadi salah satu kepala Negara
dengan masa jabatan terlama di dunia. Beliau mendominasi kekuasaan politik
Negara Gabon selama empat dekade (1967-2009),
sebelum menjabat sebagai presiden pun dia sudah
berada di jajaran puncak kekuasaan sebagai wakil presiden yang
dijabatnya dari tahun 1960 ketika Gabon merdeka hingga tahun 1967.
Seperti
halnya 55%-75% penduduk Gabon, Presiden Albert-Bernard Bongo
terlahir sebagai penganut Kristen sampai menjabat wakil presiden hingga
menduduki jabatan presiden beliau masih mempertahankan agama lamanya. Interaksi
dengan para pemimpin Negara Negara anggota OPEC yang mayoritas dihuni oleh
Negara Negara muslim Teluk Arabia, memberinya kesempatan bergaul dengan para
peminmpin Negara Negara Islam. Di tahun 1973 secara mengejutkan Albert-Bernard
Bongo mengumumkan bahwa dirinya sudah masuk Islam dan setelah menunaikan Ibadah
Haji mengganti nama nya menjadi Haji
Omar Bonggo dan di
tahun 2003 dia menambahkan Odimba dibelakang namanya.
Sebuah
keputusan kontroversional yang tak pelak mengundang aksi tak simpatik dari
rakyatnya sendiri yang bahkan meminta dia mengundurkan diri dari jabatan
presiden. Selama menjabat sebagai presiden selama hampir 42 tahun presiden Omar
Bonggo memang banyak
menuai kontroversi termasuk kebijakannya dibidang ekonomi. Namun secara
keseluruhan Gabon mencapai prestasi sebagai salah satu
Negara Afrika yang paling makmur.
Presiden
Omar Bonggo begitu banyak mendapat kecaman dari
lawan lawan politiknya termasuk kritikan tajam atas 7x hasil pemilu presiden
yang memenangkannya dinilai penuh dengan kecurangan. Termasuk pemilu terahir
tanggal 27 November 2005 ketika Omar
Bonggo Bonggo
memenangkan hingga 80% suara. Namun bukan lawan politik yang ahirnya
melengserkan Omar Bonggo. Pada tanggal 8 Juni 2009 Omar
Bonggo wafat di
sebuah rumah sakit di Barcelona, Spanyol, akibat penyakit jantung yang sudah
lama dideritanya.
Presiden Ali Bonggo |
Gabon dan Omar
Bonggo dikenal luas
di Negara Negara tetangganya sebagai tokoh kuat yang mampu menjadi juru damai
dan memecahkan masalah masalah pelik di kawasan tersebut termasuk menjadi
mediator dan penjaga perdamaian di Negara Negara konflik Republik Afrika Tengah, Congo-Brazzaville,
Burundi, dan Democratic Republic of Congo. Sebuah warisan yang sangat baik
kepada putranya Ali Bonggo Ondimba yang kini meneruskan tahta Bapaknya
sebagai presiden Gabon, sesuai dengan hasil pemilu 2009.
Stabilitas
politik dan kekuatan ekonomi menjadikan Gabon sebagai Negara yang cukup disegani di
kawasan serantau. Sudah sejak lama Negara ini memainkan peran penting dalam
penyelesaian konflik di Republik Afrika Tengah yang masih bergolak hingga kini
dengan membentuk Misi Pedamaian Economic Community of Central African States. Gabon juga merupakan aktor dibalik layar
bagi terbentuknya Brigade Pasukan Cadangan sebagai penjaga perdamaian yang
bermarkas di Gabon, dibawah naungan Organisasi Persatuan
Afrika (African Union).
OKI dan Hubungan Gabon dengan Indonesia
Pemerintah
Indonesia tidak memiliki kantor perwakilan di Republik Gabon, hubungan diplomatic Indonesia dengan Republik Gabon diwakili oleh kedutaan besar
Indonesia di Dakar, Ibukota Senegal. Kedutaan Besar Indonesia di kota Dakar ini
sekaligus menjadi perwakilan Indonesia untuk Senegal, Gambia, Gabon, Pantai Gading, Sierra Leone dan
Zaire. Semua kepentingan pemerintah
Indonesia dengan pemerintah Gabon ditangani oleh Kedubes RI di Dakar
ini, termasuk pengurusan pemulangan Lima ABK Indonesia yang terdampar di kota Port
Gentil, akibat ditelantarkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja pada bulan
Maret 2012 lalu.
Meski
pemeluk Islam di Gabon minoritas, namun Gabon sudah bergabung dengan Organisasi Kerjasama
Islam (OKI) sejak tahun 1974 atau setahun setelah Presiden Omar
Bonggo menyatakan
diri masuk Islam, dan turut berperan aktif dalam organisasi tersebut. Presiden Gabon saat ini, Ali Bonggo
(putra dari Omar Bonggo) dalam berbagai kesempatan pertemuan
sesama anggota OKI selalu menyerukan media dunia Islam untuk menjadi yang
terdepan dalam mempromosikan dan menyebarluaskan nilai-nilai Islam yang benar.
Sebab, inti dari stereotip negatif tentang Islam berawal dari kesalapahaman
yang serius.***
-----------------------------------
Baca Juga
Islam
di Guyana │Islam
di Nigeria│Islam
di Sierra Leone
Islam di Republik Togo │Islam di Burkina Faso
Islam di Republik Togo │Islam di Burkina Faso
No comments:
Post a Comment