Oman merupakan
negara Arab yang terletak di ujung tenggara semenanjung Arabia, berbentuk
kesultanan mutlak, berbatasan darat langsung dengan Republik Yaman di barat
daya, Saudi Arabia disebelah barat dan memiliki perbatasan yang unik dengan Uni
Emirat Arab di barat laut. Satu exclave Oman berada di wilayah Uni Emirat Arab
di tanjung Musandam menghadap ke selat Hormuz, serta tumpang tindih wilayah di
daerah Madha, di Madha satu wilayah kecil milik Oman berada di tengah tengah
wilayah Uni Emirat Arab tapi di tengah wilayah kecil oman itu terselip kota
kecil milik Uni Emirat Arab. Sejauh ini Oman merupakan satu negara Arab yang
paling stabil.
Kesultanan Oman beribukota di Muscat, sat ini dipimpin
oleh Sultan
Qaboos (dibaca Sultan
Qabus), hukum islam menjadi hukum negara dan pemerintahan sehari hari
dijalankan oleh seorang Perdana Menteri. Masjid pertama di Oman diperkirakan
dibangun tahun 1300 masehi, Reruntuhan masjid tua itu ditemukan di wilayah
Qalhat di timut laut Oman, oleh ekspedisi
arkeologi
gabungan antara
Oman dan Prancis di tahun 2011 lalu. Masjid tua itu dibangun oleh Bibi
Maryam dandihancurkan oleh kolonial Portugis tahun 1508.
Mushandam
dan Madha, ke luar negeri di dalam negeri sendiri
Garis batas
kedua negara ini lebih rumit lagi di exclave Oman bernama Madha atau Wadi
Madhah (masuk dalam administrasi wilayah Mushandam) seluas 75 km persegi, yang
letaknya berada ditengah tengah wilayah ke-Emiran Sharjah, Uni Emirat Arab.
Warga Oman yang hendak ke/atau dari Madha ke wilayah Oman lainnya mau tidak mau
harus melewati wilayah Uni Emirat Arab. Tapi kerumitan garis batas tidak sampai
disitu, ditengah tengah wadi Madhah ini ada wilayah kecil milik Uni Emirat Arab
bernama Nahwa yang merupakan bagian dari ke-Emiran Sharjah. Rumit memang, tapi
begitulah kejadiannya. Di dalam wilayah Uni Emirat Arab ada wilayah Oman, tapi
di dalam wilayah Oman itu ada wilayah Uni Emirat Arab. Menjadi aneh bagi warga
Nahwa, karena mereka tinggal di luar negeri tapi di dalam Negara nya sendiri.
Ataupun aneh bagi warga Madha yang pergi ke luar negeri tapi masih di dalam
wilayahnya sendiri.
Sejarah
Kesultanan Oman
Islam masuk dan berkembang di Oman di abad ke 7 masih di masa hidup
Rosullulloh. Di abad ke 8 alirah Ibadis shi’ah dan Suni mendomonasi kehidupan
Islam di Oman dan menjadikan Oman sebagai satu satunya negara Islam dengan aliran
Ibadi. Komunita awal Islam ini yang kemudian memilih pemimpin diantara
komunitas mereka. Sentuhan Oman dengan dunia barat terjadi di tahun 1508 ketika
Portugis menjajah beberapa bagian kecil wilayah pantai Oman dan bertahan disana
selama hampir satu abad. Portugis yang menghancurkan masjid pertama yang
dibangun di Oman oleh Bibi Maryam. Sisa sia benteng Portugis masih dapat dlihat
hari ini di kota Muscat.
Oman terbilang sebuah negara merdeka sepanjang sejarah
terlepas dari penguasaan sedikit wilayahnya oleh Portugis dan Persia yang
berkali kali berupaya menguasai wilayah tersebut. Portugis terusir dari Oman di
tahun 1650. Dalam persaingan kekuasaan dengan Persia, Oman berhasil melebarkan
wilayahnya hingga ke Zanzibar, hingga ke pantai timur benua Afrika, serta
sebagian wilayah selatan semenanjung Arabia.
Dan kepemimpinan Oman pun beralih dari para imam Ibadi
yang dipilih secara berkala kepada sistem kesultanan yang berkuasa secara turun
temurun hingga saat ini dan bertahta di kota Muscat. Penguasa di Muscat terus
mengembangan wilayah dengan mendirikan berbagai pos perdagangan di berbagai
pantai wilayah Persia hingga daerah Makram (kini menjadi wilayah Pakistan) di
awal abad ke 19, kala itu Oman menjelma sebagai kekuatan utama di semenanjung
Arabia dan menunjukkan kehadirannya di wilayah pantai timur Afrika.
Oman sempat menjadi objek perebutan antara Farncis dan
Inggris di abad ke 18. Di abad ke 19 Oman dan Inggris Raya menandatangani
beberapa fakta kerjasama dan perdagangan. Dan ditahun 1908 inggris memasuki era
perjanjian persahabatan dengan Oman. Hubungan tradisional antara kedua negara
ini di syahkan pada pada tahun 1951
melalui sebuah fakta persahabatan, pedagangan dan navigasi dan pengakuan
Inggris Raya terhadap eksistenti Oman sebagai sebuah Kesultanan yang berdaulat
penuh.
Tatkala Sultan Al-Busaid wafat di tahun 1856 putranya
berebut kekuasaan, yang berujung pada perpecahan kesultanan Oman menjadi dua
wilayah yakni : Zanzibar, bersama dengan wilayah barat Afrika, serta Muscat dan
Oman. Zanzibar membayar upeti tahunan kepada Muscat dan Oman sampai dengan kemerdekaan
Zanzibar di awal tahun 1964. Di penghujung abad ke 18 dan pertengahan abad ke
19, Sultan Oman sempat menghadapi pemberontakan dari anggota Ibadi yang
menuntut otonomi penuh diwilayah mereka yang berpusat di kota Nizwa dengan Imam
Ibadi sebagai pemimpinnya. Konflik tersebut selesai dengan fakta perjanjian
Seeb di tahun 1920. Oman memberikan kewenangan kepada Imam Ibadi untuk mengatur
wilayahnya sebagai bagian dari Kesultanan Oman.
Seiring dengan ditemukannya minyak di kawasan otonom
ibadi, konflik merebak lagi di tahun 1954, pemberontakan sporadis tersebut
dipimpin oleh Imam Ibadi yang baru, menuntut wewenang lebih bagi pengelolaan
wilayahnya. Pemberontakan itu berahir dengan kekalahan pasukan pemberontak di
tahun 1959 dengan bantuan Inggris. Imam Ibadi kemudian dipecat dari jabatannya
dan diasingkan ke Saudi Arabida di tahun 1960-an dengan dukungan dari para
pendukung dan beberapa pemerintah Arab, namun semua dukungan tersebut berahir di
tahun 1980-an.
Di tahun 1964 pemberontakan separatis terjadi di
Provinsi Dhofar. Didanai oleh komunis dan pemerintahan negara negara beraliran
kiri termasuk Republik Demokratik Yaman (Yaman Selatan). Para pemberontak
membentuk Fron Pembebasan Dhofar (Dhofar Liberation Front – DLF) yang kemudian
digabungkan dengan Front beraliran Marxist, Populat Front For the Liberation of
Oman and Arab Gulf (PFLOAG). Fron ini mendeklarasikan keinginan untuk
menggulingkan rezim teluk Arab. Di tahun 1974 PFLOAG menyingkat nama mereka
menjadi Popular Front for Liberation of Oman (PFLO) dan memulai perjuangan
politik daripada pendekatan militer dalam upaya meraih kekuasan di negara
negara teluk, namun juga tetap meneruskan perang gerilya di Dhofar.
Kudeta
Oleh Sultan Qaboos
Dengan bantuan dari penasihat Inggris, Sultan Qaboos
Naik takta pada tanggal 23 Juli 1970 dengan melakukan kudeta terhadap
ayahandanya sendiri, Sa’id Bin Taymur yang kemudian meninggal dalam pengasingan
di London. Baru naik tahta, sultan Qaboss sudah berhadapan dengan setumpuk
permasalahan yang warisan semasa kekuasaan Ayahnya, termasuk masalah penyakit
menular, buta aksara, dan kemiskinan. Salah satu langkah pertama yang
dilakukannya adalah menghapuskan begitu banyak larangan yang dulu pernah
diberlakukan ayahnya yang mengakibatkan ribuan warga Oman kabur ke luar negeri
serta memberikan begitu banyak amnesti kepada tokoh tokoh yang berseberangan
dengan rezim sebelumnya untuk memungkinkan mereka semua kembali ke Oman.
Sultan Qaboos |
Ancaman dari PFLO dengan sendirinya terhapus seiring
dengan dicapainya hubungan diplomatik antara Yaman Selatan dan Kesultanan Oman
di bulan Oktober tahun 1983. Yaman Selatan sendiri telah mengurangi secara
berkelanjutan mengurangi segala bentuk aktivitas propaganda suversif terhadap
Oman. Di penghujung tahun 1987, Oman membuka Kedutaannya di Aden (ibukota Yaman
Selatan) dan menunjuk Duta besar pertamanya untuk Yaman Selatan.
Kerjasama
dengan Amerika Serikat
Wilayah ujung Utara Oman yang terpisah oleh wilayah
Uni Emirat Arab, sebuah tanjung bernama Semenanjung Musandam, merupakan wilayah
yang sangat strategis di selat Hormuz, berhadapan langsung dengan Iran di
seberang selat sejauh 35 mil laut. Oman yang sadar akan keamanan dan stabilitas
kawasan itu, menjaga hubungan diplomatiknya dengan Irak selama perang teluk
tahun 1990-1991 namun mendukung pasukan Gabungan PBB dengan mengirimkan
kontingen pasukannya untuk bergabung dengan kekuatan koalisi.
Sejak tahun 1980 Oman dan Amerika Serikat terikat
dalam Perjanjian kerjasama militer dan kemudian di perbaharui tahun 2000. Oman
juga sudah begitu lama berpartisipasi secara aktif dalam upaya menciptakan
perdamaian di kawasan Timur Tengah. Menyusul serangan 11 September 2001 di
menara kembar WTC, Oman secara serius memberikan dukungan kepada pemerintah AS
dalam perang melawan teroris. Oman menjadi salah satu negara yang menyetujui
hampir semua perjanjian anti terorisme yang disponsori oleh PBB.
Sengketa perbatasan dengan Yaman dengan sendirinya
berahir ketika Yaman Utara dan Yaman Selatan kembali bergabung sebagai Republik
Yaman di bulan Mei tahun 1990. Perjanjian perbatasan antara Oman dan Republik
Yaman yang baru dibentuk (kembali) ditandatangani pada tanggal 1 Oktober 1992.
Oman juga kemudian menyelesaikan perjanjian garis demarkasi dengan negara
negara tetangganya yang lain termasuk garis demarkasi dengan Uni Emirat Arab diratifikasi tahun 2003.
Pada bulan November 2010, Program Pembangunan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan bahwa Oman, di antara 135 negara
sedunia, merupakan negara yang paling terperbaiki dalam 40 tahun terakhir.
Menurut indeks-indeks internasional, Oman adalah salah satu negara yang paling
maju dan stabil di Dunia Arab.
Referensi
No comments:
Post a Comment