Masjid Pesantren Cijawura |
GAYA
bangunan ala Timur Tengah dengan kubah besar di tengah dan empat kubah kecil di
empat sudut bangunannya mampu memperlihatkan kemegahan masjid itu. Kemegahan
pun semakin indah terlihat dengan adanya sebuah menara dengan puncak berbentuk
kubah kecil dengan ukuran sama seperti kubah di empat sudut, serta banyaknya
jendela bergaya lengkung tapal kuda yang menghiasi di sepanjang dindingnya
hingga tiga lantai.
Pemandangan
kemegahan itu bisa terlihat ketika kita melewati Jalan Ciwastra atau Jalan
Rancabolang karena masjid yang bernama Masjid Raya Pondok Pesantren Cijawura
Margasari itu berada tepat di belokan antara Jalan Ciwastra dan Jalan Rancabolang,
Kota Bandung.
Sekilas
suasana siang di halaman masjid terlihat sepi. Namun setelah memasuki
masjidnya, tampak beberapa kelompok santri berkumpul ada yang melingkar ada
pula yang berjajar yang dipimpin oleh seorang ustaz. Saat itu terlihat ada beberapa
kelompok santri yang sedang mengaji kitab dengan gaya pengajaran yang santai,
tapi serius. Suasana di dalam masjid pun terasa mengasyikkan. Para santrinya
beragam, mulai dari kalangan anak yang masih duduk di sekolah dasar, SMP dan
SMA hingga kalangan dewasa atau mahasiswa.
"Kami
melakukan kegiatan sejak setelah sahur hingga setelah tarawih," kata Ustaz
Umar Rosadi, salah seorang pengurus Masjid Pontren Cijawura Margasari, Minggu
(22/7/2012).
Setelah
menjalankan sahur para santri bersama jamaah warga sekitar banyak yang
melakukan itikaf. Dilanjutkan dengan salat subuh berjamaah. Seusai salat sbuh
dilanjutkan dengan kuliah sbuh mulai pukul 05.00 hingga 06.00. Pengajian
dimulai kembali pada siang hari menjelang salat lohor dan setelah salat asar
hingga buka puasa dilanjutkan dengan salat magrib berjamaah dan isya serta
salat tarawih.
Kegiatan
mengaji di masjid ini dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok Ibtida yakni
kelompok anak-anak yang mengaji kitab yang mengisahkan Isro Miraj, kedua
kelompok Wusto yakni kelompok remaja yang mengaji kitab ilmu nahu dan hadis,
dan ketiga adalah kelompok Ali yakni kelompok dewasa yang mengaji soal fikih
tafsir munir. Selain itu masing-masing kelompok juga mengaji Alquran.
Masjid
dan pontren yang didirikan oleh almarhum KH Muhammad Burhan pada tahun 1930-an
ini setiap tahunnya selalu diminati santri. Seperti tahun-tahun sebelumnya
santri yang meramaikan masjid tersebut terdiri dari sekitar 40 santri yang
tinggal di pondok dan 70 santri yang "ngalong" atau tidak tinggal di
pondok.
Masjid
yang mampu membaurkan para santri dengan warga sekitar ini, kata Umar, anak
Pimpinan Pontren Cijawura Margasari, KH Amin Fakih, penerus dari almarhum KH
Muhammad Burhan, tergolong masjid yang memiliki sejarah dalam perjuangan
kemerdekaan. Pada tahun 1946 masjid dan pontren ini sempat dihancurkan Belanda
karena sempat menjadi markas tentara Sabilillah.
"Kata
orang tua dulu, masjid pesantren ini sempat menjadi markas tentara
Sabilillah," kata Umar.
Namun
bangunan masjid yang sekarang ini merupakan banguan baru renovasi. Bahkan
bangunan masjid itu sudah mengalami renovasi sejak tahun 1948 karena sudah
dihancurkan Belanda. Hanya ruang tempat salat di mihrabnya yang masih bisa
dipertahankan hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment